Simbiosis Mutualisme

7 2 0
                                    


***

"Mau novel ini balik? Ada tiga syarat. Lo harus ngikutin semua syaratnya kalo mau novel ini balik."

Atalaric tersenyum sinis. Dia menirukan gaya Gemini beberapa menit yang lalu

"Ribet banget sih. Kembaliin novel aja pake syarat segala. Lagian itu novel aku. Bukan novel kamu."

"Mau, atau enggak? Enggak mau? Yaudah, novel ini gue klaim jadi milik gue." Atalaric mengambil ancang-ancang untuk segera pergi.

Tidak ada pilihan lain, yang dia pikirkan saat ini adalah mendapatkan kembali novel tersebut. Apapun caranya. "Duh. Syaratnya apa?."

Saat Atalaric menyebutkan syaratnya satu persatu, handphone Gemini berbunyi. Atensi Gemini tertuju pada bunyi tersebut.

"Syhrz_ membuat sorotan cerita untuk pertama kali setelah beberapa saat."

Perasaan lega dan penasaran semakin menyeruak dari dalam diri Gemini, Setelah hampir beberapa bulan tidak mendengar kabar dari akun tersebut.

Perasaan yang semula senang, kini berubah menjadi tidak nyaman. Dia, memposting foto bersama dengan seorang perempuan. Jika dibandingkan dengan Gemini, perempuan itu lebih cantik dari pada dirinya.

Hatinya berdesir tidak karuan, hampir saja dia meneteskan air matanya, kala Atalaric sedang berada di depannya.

Tangan kekar Atalaric menepuk pelan punggung Gemini, "Lo denger gak sih apa yang gue bilang tadi?"

Gemini gelagapan, tidak tahu harus menjawab apa, karena semenjak satu menit yang lalu, otaknya sibuk memikirkan tentang foto yang baru saja Gemini lihat di Instagram.

"Hah? Sorry, aku lagi gak fokus tadi, boleh diulang ucapannya?" Jelas Gemini, Atalaric mendengus, terlihat mukanya menyiratkan rasa malas yang begitu kentara.

Mata Atalaric memincing, dia tahu, ada yang di sembunyikan gadis yang ada di hadapannya ini. Atalaric menatap dalam mata Gemini, refleks Gemini memalingkan muka ke arah lain, merasa tidak nyaman saat di perlakukan seperti itu oleh orang lain.

"Lo nangis?" Tanya Atalaric. Gemini hanya menggeleng, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Atalaric barusan. "Ck, ulangin." Sanggah Gemini.

"Satu, Lo harus ngerjain semua tugas gue, selama 2 bulan penuh. Ke dua, Lo gak boleh nangis dan buat kuotes sedih lagi di depan gue. Dan ke tiga..." Jelas Atalaric sedikit menggantung.

Dahi Gemini mengernyit. Rupanya Atalaric sedang memanfaatkan dirinya sekarang, "kenapa diem? Kenapa gak dilanjutin? Syarat yang ketiga apa?."

"Syarat yang ke tiga nanti gue kasih tau dua bulan lagi."

Kini, giliran Gemini yang menatap Atalaric dengan intens. "Kamu lagi coba buat manfaatin aku, ya?"

Atalaric menggeleng, "bisa enggak, bisa iya, tebak aja sendiri." Jawab Atalaric, sembar mengendikkan bahu.

"Aku rasa iya, oke. Kamu boleh manfaatin aku, tapi sebagai gantinya. Kamu, aku jadiin pelampiasan emosi aku." Gemini menghela napas sebentar, menetralisir perasaan sakitnya. "Asal kamu tahu, menulis itu cara aku ngungkapin semua perasaan aku. Kalau kamu ngelarang aku buat nulis kuotes, kamu harus jadi pelampiasan emosi aku." Lanjut Gemini. Dia mengulurkan tangannya ke arah Atalaric, membuat kesepakatan bersama.

"Oke, deal." Atalric menerima uluran tangan dari Gemini.

Gemini melepaskan uluran tangannya lebih dulu,"Sekarang, kembaliin novel aku."

"Novel ini bakalan aku kembalikan setelah dua bulan lagi. Jangan lupa sama kesepakatan yang tadi, mulai Senin besok dan seterusnya lo harus pulang bareng gue buat ngerjain semua tugas-tugas gue." Tanpa menunggu respon dar Gemini, Atalaric segera pergi dari perpustakaan. Meninggalkan Gemini dengan muka yang sudah merah seperti kepiting rebus karena ditinggalkan begitu saja.

"Sialan, kenapa sih hari ini orang-orang pada ngeselin?" Keluh Gemini.

Dia mengambil tas ranselnya, berjalan ke arah parkiran, menunggu sang ayah yang sebentar lagi akan datang menjemput dirinya.

***

Sudah setengah jam dia menunggu, namun sang ayah tidak juga datang. Dia melirik jam tangannya, sudah pukul lima sore, hari mulai gelap. Awan hitam sudah mulai menampakkan diri.

Gemini bermonolog, "Kayaknya mau hujan."
Beberapa menit kemudian, hujan datang dengan deras. Bertepatan dengan itu, ada sebuah sepeda motor yang berhenti tepat di hadapan Gemini.

"Ayah Lo belum jemput?" Ucap Alex, teman sekelas Gemini yang kebetulan belum pulang.

"Belum, abis latihan basket, ya?"

"Yoi, seperti biasa. Nih pake jas ujannya, gue anterin Lo pulang." Tawar Alex.

Melihat hari yang semakin gelap dan hujan yang semakin deras, tidak ada pilihan lain, "emang enggak papa? Takut ngerepotin kamu soalnya." Tanya Gemini memastikan bahwa dia tidak sedang merepotkan Alex.

"Ya enggak papa lah, santai aja kali. Masa nganterin pulang doang masa ngerepotin, sih."

"Okay, makasih ya, Lex."

Alex menarik gas motornya, motor yang mereka tunggangi berjalan menerobos hujan yang semakin deras. 

***
TBC

The Thing She Has A : NOVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang