Aku belum siap dewasa.
Tetapi, waktu dan keadaan memaksaku
untuk bersikap bijaksana di usia yang terlalu muda.****
Atalaric menunggu Gemini di depan gerbang sekolahnya. Sudah puluhan kali dia melihat ke arah jam, dan seiring perubahan jarum jam, sosok Gemini belum juga sampai.
Dia benci menunggu. Dia juga benci dengan seseorang yang tidak bisa menepati ucapannya sendiri. Atalaric pikir, Gemini akan menjaga ucapannya dan menjalankan perintah yang sudah disepakati bersama kemarin.
Sudah pukul 6:45, lima belas menit lagi jam pelajaran akan segera dimulai. Sedangkan tugas rumah yang semalam belum Atalaric selesaikan. Sekarang, dia benar membutuhkan sosok Gemini untuk mengerjakan tugasnya.
Sosok gadis bermata sembab turun dari motor butut sang ayah, mencium tangan sang ayah sebagai bentuk hormat kepadanya, lalu berpamit untuk masuk ke area sekolah.
Atalaric sadar, itu adalah sosok yang sedang dia tunggu. Dia bersedekap dada saat Gemini melihat ke arah dirinya. Memasang muka paling sinis untuk membuat Gemini takut.
Diluar dugaan Atalaric, tapan sinis yang dia berikan, sama sekali tidak Gemini gubris. Dia melewati Atalaric begitu saja tanpa berniat untuk menyapa lelaki sinis yang ada di depannya.
Atalaric mencekal tangan Gemini, "bagus. Udah gue tungguin setengah jam, Lo malah langsung cabut gitu aja." Sungut Atalaric kesal saat melihat dirinya diabaikan oleh Gemini.
"Gue enggak nyuruh Lo buat nunggu gue." Ketus Gemini tanpa melihat ke arah Atalaric.
Kening Atalaric mengernyit, apa dia tidak salah dengar? Gemini yang dia temui kemarin, berbeda dengan Gemini yang saat ini berdiri di depannya.
"Gue-lo?" Tanya Atalaric heran saat Gemini mengucapkan kedua kata tersebut.
Gemini memutar matanya dengan malas,"to the point ajalah, gue males debat sekarang." Dia menarik paksa tangannya yang di genggam oleh Atalaric.
"Kerjain tugas gue dan harus selesai sekarang juga." Atalaric membuka tasnya, mengambil buku tugasnya lalu menyerahkan buku itu ke tangan Gemini.
"Kerjain sendiri, lah. Punya otak buat apa?" Ketus Gemini.
"Enggak bisa, sesuai kesepakatan kemarin, Lo harus ngerjain tugas gue selama dua bulan. Kenapa sekarang gak mau?" Paksa Atalaric.
"Kesepakatan Lo itu gak adil. Cuman karena buku novel, Lo jadiin gue babu. Gak habis pikir gue sama Lo. Se- males itukah sampe-sampe nyuruh gue buat ngerjain tugas Lo? Kalo gitu gausah sekolah aja sekalian. Buang-buang waktu."
Belum selesai dengan keterkejutannya mendengar Gemini berbicara menggunakan kata lo-gue, sekarang Atalaric dibuat heran lagi dengan ucapan Gemini yang begitu kasar dan menohok hatinya.
"Enggak adil menurut Lo? Adil. Lo ngerjain tugas gue, setelah dua bulan nove Lo bakalan balik ke Lo. Apanya yang gak adil? Di sini kita sama-sama dapat keuntungan, ya."
"Bacot Lo! Bawa aja sana novelnya. Gue udah gak butuh novel itu lagi. Masih banyak hal penting yang harus gue urusin sekarang. Novel gituan, di toko buku juga ada banyak."
"Bukannya ini novel pemberian dari mantan pacar Lo, ya? Yakin Lo mau kasih novel ini ke gue? Hal yang udah jadi milik gue, gak akan bisa direbut lagi." Ancam Atalaric, dia tahu betul bahwa Gemini sekarang ini masih dalam keadaan hancur. Jadi, Atalaric pikir, Gemini tidak akan bisa mengorbankan novel pemberian mantan pacarnya itu saat hatinya masih belum bisa ikhlas menerima kepergian sang mantan.
Gemini memijat pelipisnya, tiba-tiba otaknya menangkap sebuah peluang besar atas kejadian ini, dia menatap Atalaric dengan intens, "novel doang enggak bisa ngebuat gue nurut sama perintah Lo."
Melihat Gemini yang menatapnya begitu intens membuat Atalaric tidak nyaman,"biasa aja natapnya, terus selain novel, Lo mau apa lagi?" Akhirnya Atalaric memilih untuk mengalah dan mengakhiri perdebatan ini.
Gemini tersenyum puas mendengar hal itu, tidak menyangka bahwa Atalaric bisa menebak isi kepalanya. "Satu tugas, Lo harus bayar gue lima puluh ribu. Gimana?" Tanya Gemini dengan senyuman sinis yang belum hilang dari bibirnya.
"Buset. Mahal amat, Lo mau nguras harta gue apa gimana?"
"Mau atau gue tarik kesepakatan kemarin." Ancam Gemini dengan serius.
"Ck, dasar cewek matre! Tugas aja pake bayar segala."
"Bukan matre! Tapi realistis bro! Kalau gak mau, yaudah." Gemini melanjutkan langkahnya yang terhenti.
"Okee! Gue mau bayar Lo segitu. Lagian lima puluh ribu doang, itu uang kecil buat gue." Teriak Atalaric karena posisi dia dengan Gemini sudah berjarak satu meter.
Hati Gemini sangat senang kali ini. Dia berhasil mendapatkan uang hanya dengan mengerjakan tugas sekolah yang menurutnya mudah sekali.
Dan kalau di pikir-pikir uang lima puluh ribu itu lumayan juga, nantinya uang itu akan dia tabung untuk membantu orang tuanya membayar hutang mereka.
Menjadi anak semata wayang dalam wujud perempuan benar-benar menyiksa bagi seorang Gemini.
Kepribadian yang semula manja, kini harus dipaksa untuk menanggung tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Ayahnya sudah berumur 46 tahun, kemungkinan akan mendapatkan pekerjaan sangatlah kecil.
Sepertinya, Gemini akan mengubah semua perilaku buruknya dari sekarang . Tidak ada lagi Gemini yang manja, sekarang yang ada hanyalah Gemini yang mandiri dan bisa mengerjakan semuanya seorang diri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thing She Has A : NOVEL
Teen FictionThe Thing She Has A : NOVEL --------------|||------------- Blurb : Setiap orang punya cara untuk menghibur dirinya sendiri, bagi Gemini Larasati menulis adalah segalanya. Dia menjadikan kegiatan itu sebagai obat penenang sekaligus pelampiasan saat...