Chapter 09

1.5K 302 23
                                    

[Name] yang sedang belajar mengenai sihir bersama grizelda dan tentunya ditemani oleh Claudia menengok kearah langit. Matahari sudah berada di tengah, menandakan waktunya makan siang mereka.

"Grizelda, Claudia, maaf aku harus pergi sekarang, aku memiliki janji dengan orang lain. Terimakasih omong-omong." Ucap [Name] ketika mengingat janjinya dengan ashil kemarin.

"Apa kamu memiliki janji makan siang dengan anak lain? Kami Ikut dong~" pinta grizelda.

[Name] berpikir sebentar, apa ashil akan merajuk kalau ia mengajak grizelda dan Claudia?

"Boleh deh." Akhirnya [Name] memutuskan. Setelah di ingat, ashil kan suka berteman dengan banyak orang.

"Yey"

***

[Name] memutuskan untuk makan siang di taman dekat kamarnya, dan memerintahkan pelayan untuk menyiapkannya.

Sembari menunggu makanan dan ashil, mereka berbincang kecil.

"Ah benar juga, Claudia belum mulai pelatihannya?" Tanya [Name].

Claudia menggelengkan kepalanya, "Pelatihannya itu.. seperti apa?"

[Name] melihat kearah Grizelda dengan pandangan 'kau tidak memberi tahunya?'

Grizelda mengalihkan pandangannya dan bertindak seolah dia tidak melihat pandangan [Name].

'Yang benar saja? Memang aneh memberi tahu hal kejam pada anak kecil, tapi kalau tidak di beritahu akibatnya akan fatal.'

"Jadi pelatihan it-"

"Tidak! Tidak akan kubiarkan kau bertemu dengan kakak!"

"Huhh? Kau pikir kau siapa?"

Terkejut dengan suara teriakan yang tiba-tiba, [Name] langsung bangun dari duduknya.

"Tunggu sebentar."

[Name] pergi mendekati suaranya, 'suaranya kayak suara ashil, tapi siapa satu lagi?'

Bugh

Tepat saat [Name] sampai, [Name] melihat pandangan dimana ashil didorong dengan kencang oleh seseorang yang menjijikan.

"Ashil!" [Name] menghampiri laki-laki itu dan membantunya berdiri.

"Kakak.."

"Oh jadi kau yang namanya [Name]." Orang itu menyeringai.

[Name] menatap orang itu tajam, "Kau ini... Siapa sih?"

'Boong deh, gue tau dia Fontaine, tapi kalo gue nyebut namanya aneh, secara kita ga pernah ketemu.'

"Cih! Sangat tidak sopan, aku Fontaine agriche anak tertua agriche, tunjukkan sedikit hormat kepadaku!" Ucap Fontaine dengan kesal.

"Heh, kenapa aku harus memberi hormat kepada orang seperti mu?" Balas [Name] dengan meremehkan.

"Karna aku lebih tua darimu! aku dengar ayah memberimu hadiah tapi kau malah menolaknya, heh sombong  sekali."

'Oh dia mau nyari ribut? Karna dia pikir gue ga akan ngelawan dan itu membuat dia keliatan lebih kuat.'

"Itu tidak ada urusannya denganmu, dan karna kau lebih tua dariku, bukan berarti aku akan menghormatimu. Kau tidak lupa dengan sistem agriche bukan? Agriche menjujung tinggi kekuatan, yang lebih kuatlah yang patut di hormati."

Fontaine menggertakan giginya karna marah, "Maksudmu aku lebih lemah darimu?!"

"Ternyata kamu bisa menangkap ucapan tersiratku ya."

Marah, Fontaine mencoba meraih kerah baju [Name]. Tetapi tidak sempat mendekat Fontaine terdorong kebelakang dan hampir jatuh karna dorongan seseorang.

"Jangan sentuh kakak dengan kasar!" Yang ternyata itu adalah ashil.

"Kau!" Fontaine Tampak lebih marah 'sialan dorongannya kuat juga, padahal selama ini dia tidak pernah melawan.'

"Ashil berani sekali kau!" Fontaine meraih kerah kemeja ashil dan ingin mengangkatnya. Tapi tidak sempat mengangkatnya, [Name] mencengkram tangan Fontaine dengan kencang.

"Kau kalau ingin bertarung denganku bilang dong, aku akan menanggapimu walau aku tau akhirnya seperti apa sih." [Name] dengan santai mengalirkan mana ke tangannya dan membuat cengkramannya panas.

'apa-apaan? tangannya panas sekali, sial, dia seperti ingin membakar tanganku.'

Dengan kasar Fontaine menepis tangan [Name], "Aku tunggu kau di lapangan! Akan ku buktikan aku lebih kuat darimu."

Dengan seringainya yang menyeramkan [Name] menjawab "Aku menantikan itu, yah walau 10000 tahun terlalu cepat untukmu mengalahkanku."

Setelah Fontaine pergi dengan langkah kencangnya. [Name] melihat kearah ashil, "Tidak apa-apa?"

Ashil merengut kesal "Aku.. aku harus lebih kuat untuk melindungi kakak!"

[Name] tersenyum sembari menepuk kepala ashil, "Aku hargai hal itu."

Tak lama Dion datang dengan wajah Bingungnya "...Apa yang terjadi?"

"Ah Dion! Pas sekali, kau tau Dion? Kau lihat kak Fontaine tadi kan?" Ashil berlari mendekati Dion.

Dion mengangguk singkat.

"Kak Fontaine tadi hampir menyakiti kak [Name]! Dia menantang kak [Name], heh seolah dia akan menang." Ashil mengadu kepada Dion selayaknya seorang anak mengadu pada ayahnya.

'Sejak kapan ashil jadi sarkas gitu?'

Wajah Dion menggelap, ia sudah meraih pedang yang terikat di pinggangnya, "Tak perlu tunggu kakak bertarung, aku akan menghabisinya si Fontaine itu."

"Eyy, jangan bertindak gegabah Dion, kau akan kena hukuman dari ayah nanti."

Dion tersentak, lalu melihat kearah [Name] "Tapi.."

"Tidak ada tapi-tapian, kita makan siang saja sekarang, Grizelda dan Claudia sudah menunggu." Ucap [Name] sembari berjalan meninggalkan kedua orang itu untuk ke meja makan.

"Ehh? Kak grizelda dan Claudia ikut juga?" Ashil mengikuti [Name] di ikuti Dion dibelakangnya.

"Benar, aku mengundangnya. Kau tidak masalahkan?"

Pipi ashil memerah karna semangat "Tentu saja! Semakin ramai akan semakin seru."

[Name] tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Saat dekat dengan meja, nampak grizelda dan Claudia sedang berbincang, makananpun sudah sampai. [Name] memberi isyarat kepada pelayan yang ada disana agar menambah satu kursi untuk Dion.

"Kamu sudah kembali [Name], dan... Oho? Tidakku sangka hari dimana seorang Dion agriche akan berbaur akan tiba." Ucap grizelda dengan nada menggoda di akhir yang hanya dibalas dengusan oleh Dion.

Mereka menikmati makan siang mereka dengan berbincang senang diselingi pertengkaran kecil antara ashil Dion dan Grizelda [Name] sedangkan Claudia menjadi penengah.

Layaknya hubungan saudara pada umumnya, pada acara makan siang saat itu, wajah mereka begitu cerah seperti mereka tidak di lahirkan di keluarga kejam yang membesarkan mereka menjadi pembunuh.

****

Why this world? | twtpflobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang