4. Upaya

397 58 5
                                    

Tepat tengah malam, Xaira terbangun dari tidur. Pandangannya tertuju ke langit-langit kamar, lalu ke samping mencari-cari keberadaan ponsel. Oh benda pipih ini sudah lama sekali tidak disentuh, rasanya. Seperti sudah dua setengah abad. Gwen, sahabat karibnya semasa taman kanak-kanak, yang tidak pernah lagi muncul setelah bertahun-tahun, mengirimi pesan singkat.

Gwen: tadi aku ke rumahmu. Paman dan bibi bilang kau menghilang sejak kemarin. Sayang sekali kita tidak sempat bertemu..

Terburu-buru Xaira turun dari ranjang, membuka pintu kamar dan turun ke bawah, tepatnya di lantai satu rumah tua sang paman. Ia berharap pria bertubuh tambun itu ada di ruang tamu, menyapanya cuek seperti biasa. Sayangnya, beliau tidak ada. Sudah pasti ia masih berada di luar kota.

"Bibi!" serunya pada wanita paruh baya yang baru saja keluar dari area dapur.

"Kau terbangun?"

"Ya."

"Kembalilah tidur, ini sudah malam." ia membuka kulkas tepat di perbatasan ruang tamu dan dapur, mengambil segelas air dingin. "Setelah badai, cuaca tiba-tiba panas. Aku tidak tahu jika Versaile bisa sepanas ini," ujarnya.

"Sejak kapan aku menghilang, Bi?" tanyanya cepat.

"Aku tidak menerima pesan apapun mengenai kehilanganmu."

Xaira lupa bibinya tidak pernah peduli akan hidupnya. Pertanyaan bodoh, Xaira! Bahkan tembok di rumah ini pun pasti akan lebih tau apa yang terjadi dengan hidupmu ketimbang Bibi Theresa.

"Oh, begitu, ya? Kukira aku sempat menghilang sebelumnya."

"Kau pasti bermimpi buruk."

"Kurasa begitu."

Selesai menenggak air sampai habis, wanita itu berjalan melewatinya.

Kembali lagi ke kamar, Xaira duduk sambil memainkan ponsel. Dibukanya bubble pesan dari Gwen tadi, dibacanya lagi sampai dua kali kemudian diputuskannya menelpon—meski tahu hari sudah malam.

Beruntung, teman masa kecilnya yang tinggal di Brunetto itu menjawab panggilannya. "Hey, Xaira.. how are you?"

"Kau datang ke rumahku?"

"Wow, kau tidak menjawab salamku." nada Gwen terdengar kecewa.

"Oh iya.. maaf, Gwen. Aku hanya sedang penasaran dengan isi pesan yang kau kirimkan. Kau bilang aku menghilang, tapi Bibi tidak mengatakan bahwa aku menghilang. Yang mana yang benar, sih?"

"Kau sendiri bagaimana, apa kau merasa dirimu telah menghilang tadi pagi dan baru pulang sekarang?"

"Kau mengunjungiku tadi pagi?"

"Selagi ada di Versaile, aku ingin bertemu denganmu, sayang sekali kau tidak ada di rumah. Waktuku di sana tidak banyak, tepat di sore hari ibu memesan tiket pesawat pulang ke Brunette, dia ada urusan pekerjaan yang sangat penting."

Xaira diam, sementara Gwen menunggu tanggapannya.

"Xaira apa kau masih di sana?"

Xaira tersentak. "Oh iya tentu, aku masih di sini. I'm okay, Gwen. Sayang sekali kita tidak sempat bertemu, ya? Aku merindukanmu, sangat-sangat rindu. Bagaimana bisa aku tidak ada di rumah disaat kau datang ke sini setelah hampir 10 tahun pergi. Aku merindukanmu."

"Huuuu, jangan menangis. Tahun depan, aku pasti akan mengunjungi kota Versaile lebih lama. Jangan bersedih."

Bukan perasaan sedih karena tidak sempat bertemu Gwen yang Xaira pikirkan. Fakta bahwa ia tidak ada di rumah saat sahabatnya datang berkunjung menjadi bukti bahwa ia benar-benar menghabiskan waktu di Pandora, planet di luar bumi yang sangat jauh. Xaira tidak mengira hal itu bisa terjadi. Perputaran waktu antara planet bumi dan Pandora ternyata saling berkesinambung.

The world is ours | Neteyam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang