"I'm sure if you propose her tonight we will have a hard time approaching them. She will totally reject you without thinking," jelas Anver dengan ekspresi dinginnya memerhatikan saudara kembarnya tengah merapikan jas di depan cermin.
Ansell pergi ke walk in closet kamarnya dan mengambil dasi biru muda dari laci, sebelum mengikat di kerahnya ke depan cermin. "I know what I'm doing, Anver."
Anver mengerutkan dahi. "I wish you have a plan for this."
"I'm," jawabnya tenang. Setelah selesai mengikat dasinya, Ansell menghadap kakak kembarnya. "Jangan sibuk mengurusiku, lebih baik kau mengatur rencanamu sendiri. Perempuan itu sulit untuk ditaklukkan."
"Apa aku terlihat perlu latihan untuk itu?" tanya Anver memasukkan sebelah tangannya ke saku, seolah-olah tidak perlu mempertanyakan sudah berapa banyak wanita jatuh ke pelukannya tanpa perlu melakukan apa-apa.
"She is lesbian," peringat Ansell.
"Kita lihat saja nanti," ucap Anver menghela napas seiring mengedarkan pandangan, seakan sama bingungnya.
"You don't have any plan?" tanya Ansell tidak percaya. "Kau tidak mungkin diam untuk makan malam bersama begitu saja, brother."
"I will make her beg me about her business and I-"
"Yeah," potong Ansell memutar mata seiring mengambil jam Audemars Piguet Royal Oak Grand Complication seharga lebih dari tujuh ratus ribu dollar itu dan memakainya di pergelangan tangan. "Benar-benar gaya seorang workaholic."
Anver memutar mata dan merapikan dasi hitamnya. "Cepatlah, kita akan terlambat," ucapnya beranjak pergi dari kamar adiknya.
"Perempuan benci menunggu," gumam Ansell.
Anver terus berjalan menuju parkiran di mana mobil-mobil mewahnya berbaris rapi dengan suara mesin khas sport car memecah keheningan malam. Di sebuah mobil Lamborghini Alfred tengah memanaskannya.
Anver mengarahkan jarinya ke arah mobil Aston Martin DB11 berwarna merah sebagai tanda agar Alfred segera menyiapkan mobil tersebut ke beranda agar bisa langsung dibawa oleh Anver. Setelah melihat Alfred mengerti dan mematikan beragam mesin sport cars-nya, ia pergi ke beranda di mana keenam mobil hitam para bawahan sudah terparkir rapi bersiap mengawal.
"Listen," ucap Anver pada para pria berpakaian serba hitam di depannya. "Aku tidak mau ada seorang pun dari kalian berbicara atau bahkan melirik dengan kurang ajar pada kelompok La Muerte. Jika ada yang menggoda, tundukkan pandangan kalian, it's a trap. Understand?" desis Anver.
"Yes, Sir," jawab mereka serempak.
Ansell yang baru saja keluar dari rumah merapikan lengan bajunya. "Jika ada sedikit saja kecurigaan atau hal janggal, langsung laporkan pada Wilbert atau Alfred."
"Yes, Double G!"
Bertepatan saat itu Alfred membawa mobil Aston Martin DB11 ke beranda. Anver yang melirik hal tersebut memberi perintah, "Let's go now."
***QUEEN IN SUIT***
Dua mobil hitam, di belakangnya terdapat satu mobil hitam berada di sela, di baris ketiga terdapat mobil sport biru dan merah, kedua pemimpin organisasi The Greatest yang tidak asing bagi Negara United States itu dipanggil Double G. Di belakang terdapat sebuah mobil dan di belakangnya lagi dua mobil, di mana terdapat para anggota kelompok melindungi sang ketua. Delapan mobil itu berhenti rapi tepat di sebuah gerbang mansion tua yang jika seseorang berada di sana seakan-akan terlempar pada zaman lampau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen in Suit
ActionWARNING! THIS IS ADULT CONTENT! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN! #1 in Elegant #1 in Suit #1 in Classy Anver Stone dan Ansell Stone adalah pewaris The Greatest, kelompok mafia terbesar di Amerika. Mereka saudara kembar yang mengelola setiap pe...