Part 3

97 26 4
                                    

Kami bertiga dibawa ke ruang guru. Di sana wali kelas kami, Choi Minho, menunggu dengan wajah masam.

"Kau tahu kan kau kupilih sebagai perwakilan cerdas cermat di Macau karena kau terbilang murid teladan dengan nilai yang nyaris sempurna. Tapi apa-apaan kejadian memalukan pagi ini? Kau mau mencoreng nama baikmu sendiri, huh? Apakah kau masih mau mengikuti lomba itu?" suaranya sedikit naik. Meski bias lembut itu masih tak bisa ditapik. Tetap melekat di wajah tampannya. Guru inilah yang merekomendasikan Aku dan Taehyung sebagai perwakilan ke Macau. Namun karena aku menolak, dia terpaksa menggantikanku dengan Suzy. Suzy menyebutnya sebagai Mr. Caterpillar yang cuek dan pendiam. Tapi tak kusangka dia bisa berteriak juga.

"Tentu saja, Saem! Aku tak akan kalah dari Kim Taehyung sialan itu!"

"Jaga ucapanmu, Suzy. Kita sedang berada di ruang guru." Mr. Choi berdehem pelan mendengar Suzy mengumpat.

Ah, kurasa kebiasaan mengumpat Suzy masih belum hilang. Bahkan dia sampai melakukannya di depan wali kelas tercintanya.

Ya, wali kelas tercintanya.

Kau tahu? Suzy dan Mr. Caterpillar---maksudku Mr. Choi---pernah menjalin hubungan terlarang sebagai sepasang kekasih. Mungkin saat Suzy masih menginjak kelas satu SMA. Aku mengetahuinya setelah penyelidikan yang lagi-lagi kulakukan berhari-hari.

Mereka putus karena Suzy ingin fokus dengan ujian kenaikan kelas. Dan walah, aku mencuri romansa kelas dua Suzy dan menjadi pacarnya secara resmi hingga sekarang.

Kalian harus tahu, aku benar-benar tak menyukai guru sialan ini. Aku tak tahu sejauh mana dia menyukai Suzy, atau apakah mereka pernah melakukan sesuatu diluar batas wajar. Apakah dia berpotensi jadi selingkuhan Suzy selain Taehyung? Jujur, ada rasa takut yang mencekikku sedetik aku mengetahui bahwa Suzy ikut cerdas cermat ke Macau bersama Taehyung, dan tentu saja bersama Choi Minho---guru Matematika jenius idola SMA Hullyunghan. Ini seperti double kill dalam shooting game yang biasa kumainkan.

Dua pria ini benar-benar mengintimidasiku. Aura mereka terlalu kuat sekaligus aneh. Rasa-rasanya mereka bisa berbuat jauh jika aku memalingkan pengawasanku dari Suzy barang sedetik.

"Dan kau Kim Myungsoo, syukurlah tanganmu baik-baik saja. Ah, dan aku ingin berterima kasih karena telah mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Maksudku... terima kasih sudah menolong Suzy..."

Pancaran di mata itu. Aku bisa menangkap banyak hal di dalamnya. Ketakutan? Kecemasan yang berlebihan? Kesedihan?

"Gwaenchana, Saem... kau tak perlu khawatir. Aku akan melakukan apapun untuk Suzy bahkan jika nyawaku taruhannya..." aku mencoba terkekeh pelan, meleburkan suasana yang sempat kaku.

Guru ini... dia tidak tertawa sama sekali. Malahan, sorot di pupilnya yang hitam itu semakin terasa kelam. Dia menepuk-nepuk pundakku. Mengangguk-ngangguk. Lalu tatapannya teralih ke Sehun.

"Kau keparat sialan---"

Mr. Choi langsung berdehem pelan, meluruskan kalimatnya yang sempat mengutuk Sehun.

"Maksudku, Oh Sehun. Kau akan diskorsing selama satu minggu. Dan jangan lupa datang ke ruang detensi malam ini setelah pelajaran terakhir selesai."

Sehun menunduk menatap ubin dengan pandangan kosong. Tak bereaksi apapun.

"Kalian boleh kembali."

***

Pukul delapan teng saat pelajaran terakhir selesai. Aku mengajak Suzy ke apartemenku. Ibuku pasti belum pulang. Asik mabuk-mabukkan bersama teman kantornya sampai malam. Yah, setidaknya aku ingin memasakkan Suzy sesuatu yang tidak hambar atau keasinan. Berduaan bersamanya. Mungkin bermain game konsol? Shooting game?

Wonderland's TrialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang