Ah sialan. Bahkan setelah belajar semalam suntuk, aku tetap saja tidak bisa mengejar nilai Myungsoo.
Kami di tahun ketiga SMA dan beberapa bulan lagi lulus. Nilai tertinggi mock exam kemarin disapu bersih oleh pria kucing itu. Sehari sebelum ujian, dia sempat menawarkan peringkat itu padaku, katanya jika aku ingin sekali-sekali menang darinya, dia bisa mengalah sedikit.
Persetan denganmu, Mr. Kim. Walau aku adalah Red Queen sekarang, pendirianku tetaplah kuat. Aku tak akan mau menang dengan cara curang seperti itu.
Dan, huh, dia menggemaskan sekali saat mengatakannya. Aku tak menapik bahwa aku semakin jatuh cinta padanya. Wajahnya tampan rupawan. Otaknya cerdas tak terkalahkan. Dan diatas semuanya, sifatnya yang sangat menawan. Kyaaa! Sialan kau Kim Myungsoo.
Beberapa hari lagi dia ulang tahun. Kalau sebelumnya dia memberiku sebuket mawar merah raksasa dan sekotak penuh pensil yang telah dikeruk, maka aku akan memberikannya sesuatu yang lebih aneh lagi.
Pfft!
Selamat menantikannya, kucing kesayanganku.
***
Dia akan melihatnya pagi ini saat dia membuka jendela kamarnya.
Sebuah baliho raksasa bertuliskan "Happy Birthday, Cheshire Cat!" terpampang nyata di depan rumahnya bersamaan dengan segudang Lily of the Valley segar yang telah dipaketkan ke alamatnya.
Aku bangun pagi-pagi sekali untuk berkunjung ke apartemen sederhana pria itu. Katanya, minggu depan dia akan pindah ke rumah Ayahnya setelah menyelesaikan berbagai hal, Ibu dan Ayahnya akan menikah kembali.
Aku turut berbahagia untuk semuanya.
"Suzy!" dia berlari sempoyongan keluar dari apartemennya. Masih memakai piyama putih bergambar kucing. Pfft! Astaga imut sekali.
Kurasa dia baru saja bangun dan terkaget-kaget melihat baliho seharga motor itu. Dan jangan lupakan soal Lily of The Valley yang membanjiri rumahnya.
"Apakah kau sedang membalas dendam dengan bunga-bunga putih itu?" tanyanya cemberut.
Aku mengusap-ucap pelan kepalanya bak anak kecil.
"Kau bukanlah pria yang beracun, Myungsoo. Kau adalah Lily of the Valley putih yang telah mengembalikan seluruh kebahagiaanku. Bukankah makna sebenarnya adalah itu?"
Kuharap dia tidak muntah mendengar kalimat itu.
Tapi oh, kurasa reaksinya lebih dari dugaanku.
Dia menangis. Menghamburkan sebuah pelukan yang sehangat bunga-bunga di musim semi. Kami dikelilingi pohon-pohon sakura yang bermekaran. Dan jalanan lapang yang memanjang.
Semuanya terasa melambat.
Dunia kami melambat.
"Suzy... kurasa aku sangat beruntung bisa melihatmu hari itu. Hari dimana kau bersua dengan guru Matematika itu. Dan kalian tertawa bersama. Saling mengasihi. Kau terlihat sangat memukau..."
"Jika aku tak penasaran denganmu, akankah hari-hari membosankan yang dulu tetap menghantuiku?"
Aku tak menjawab pujian-pujian itu. Bagiku, jika Myungsoo tak berjuang sekeras itu untukku, aku akan tetap menjadi si munafik Suzy, tetap berlinang dalam ketakutan dan jeratan buruk.
Semua hal yang dilakukan Myungsoo telah membuka mataku selebar-lebarnya.
Bahwa selalu ada satu pria tulus yang akan setia sampai akhir.
Aku memiliki firasat, Myungsoo akan menjadi orang yang seperti itu.
***
"Say cheese!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland's Trial
FanfictionCheshire Cat itu terlalu terpaku dalam dunia gadis bermata almond itu. Baginya, dunia Suzy adalah sebuah Wonderland yang menjanjikan sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa membuatnya tenggelam. Dalam keputusasaan.