-Tiga hari sebelum ulang tahun Suzy-
Aku langsung mencari jam. Pukul 10 pagi.
Untung saja sekarang hari minggu. Ibu pasti sedang libur.
Berarti tak penting apakah itu malam atau pagi. Angkanya akan tetap bertambah. Aku selalu penasaran tentang satu hal selain angka yang terus bertambah.
Dunia siapa kali ini?
Kudengar suara Ibu yang lamat-lamat memanggil dari luar.
Aku menyahut dan keluar setelah merapikan anak-anak rambutku yang berantakan.
Ibu menyambutku di meja makan bersama salad sayurnya yang entah hambar atau keasinan.
"Semalam Ayahmu menelponku. Katanya dia ingin mengundang kita makan malam bersama istri barunya. Kau mau tidak, Myung?"
Ibu duduk di depanku. Cerah sekali wajahnya pagi ini. Sepertinya dia rindu dengan Ayah.
"Terserah Ibu. Aku ikut-ikut saja."
Dia menepuk meja antusias.
"Berarti aku harus dandan secantik mungkin. Pokoknya lebih cantik dari istri barunya." dia tertawa lepas, lantas menuangkan salad andalannya itu ke atas piringku.
Ada senyum yang tak memudar di bibir ranumnya.
"Enak." kataku, benar-benar refleks. Setelah semua salad hambar dan asin yang kuhadapi berhari-hari, kali ini benar-benar enak.
"Mungkin ucapan 'makanan enak datang dari hati yang senang' itu benar adanya." dia mengusap-usap kepalaku kemudian beranjak menuju kamarnya.
"Sepertinya aku akan berbelanja ke Mall sebentar. Mau ikut?" katanya seraya menengok keluar di ambang pintu.
"Boleh kuajak Suzy?"
Dia mengangguk senang.
"Tentu saja. Aku kangen juga dengan anak cantik itu."
***
Aku menjemput Suzy di rumahnya bersama Ibu mengendarai sebuah mobil hitam keluaran lama. Dia enggan menggantinya semenjak bercerai dengan Ayah. Mungkin banyak kenangannya? Selain tentu saja tak punya uang.
Suzy keluar dari apartemen berpintu kaca itu seraya melambai ringan padaku.
Dia mengenakan one piece tanpa lengan bercorak garis-garis merah putih bersama topi bermerk favoritenya.
Ah, Suzy... sekarang kan musim gugur. Kenapa bajunya terbuka sekali seperti musim panas yang lalu? Bukankah itu pakaian musim panas dua bulan yang lalu saat kita bertamasya ke pulau Jeju bersama Jieun dan Sehun?
Aku tak mengomentari gaya berpakaiannya. Tanpa persetujuan memakaikan mantel panjang berwarna coklat milikku padanya.
Dia sedikit tersentak. Lalu hanya ada senyum simpul manis yang mengembang di bibirnya. Tak membantah. Dia merapatkan mantel itu layaknya harta karun berharga.
Kalian harus tahu gaya fashion Suzy tak ada duanya di sekolah kami. Bahkan Jieun selalu mengikuti gayanya setiap musim dan tentu saja dia tahu musim apa sekarang, kan? Harusnya dia mengenakan pakaian yang hangat, bukan pakaian musim panas yang mencolok seperti ini.
Aku jadi menerka-nerka, dunia siapa yang bisa membalikkan selera fashion Suzy yang keren menjadi nyeleneh seperti ini.
"Bagaimana kabarmu, Suzy?" tanya Ibu seraya menjalankan mesin mobil dan memelesatkannya menuju jalan raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland's Trial
Fiksi PenggemarCheshire Cat itu terlalu terpaku dalam dunia gadis bermata almond itu. Baginya, dunia Suzy adalah sebuah Wonderland yang menjanjikan sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa membuatnya tenggelam. Dalam keputusasaan.