Selamat Membaca
"Kau harus beli ponsel. Jika tidak maka kita sendiri nanti yang akan sulit, begitupun dengan bisnis dan usaha yang sedang kau jalankan."
Mendengar nasihat dari teman. Memasang senyum lebar sambil menganggukkan kepala, sejauh ini akan ia benarkan seluruh nasihat tersebut karena itu memang nasihat terbaik.
"Kau pikir aku tidak sedang mengusahakannya? Tapi ponsel baru itu mahal, sementara memakai yang lama dulu juga sudah membantu." Ia berkata pada sang teman bahwa sejatinya dia tidak nampak keberatan sama sekali dengan keadaannya saat ini. Selagi ponsel jadulnya masih bisa dipakai untuk berkirim pesan dan melakukan panggilan, itu berarti keadaannya masih baik.
"Baiklah, terserah kau saja." Sang teman, Changbin berkata sambil menganggukkan kepala lalu lanjut menikmati sarapan mereka.
Kedai pinggir jalan, dan dekat area persawahan yang ditanami sayur-sayuran. Mereka hampir setiap hari mampir ke mari, di waktu sarapan dan untuk makan malam. Alasannya karena keduanya sama-sama payah dalam hal memasak, sehingga opsi terbaik tentu saja pergi ke kedai makan saja.
Praktis, tidak makan banyak waktu, dan jujur saja karena di sini murah sehingga bisa membuat mereka berhemat juga.
"Mark, Changbin? Kalian mau tambah daun bawang tidak?" Bibi pemilik kedai menawari. Dia baru selesai memotong daun bawang dan tidak lupa melirik pelanggannya barangkali akan berminat untuk menambahi taburan tersebut.
"Tidak, Imo. Terima kasih." Ini adalah Mark, memberi senyum tipis sambil menggeleng menolak tawaran tersebut.
Bibi pemilik kedai membalasnya dengan anggukan singkat.
"Nanti jika mau, ambil sendiri ya aku letakkan di sini." Bibi meletakkan mangkok kecil tersebut di atas konter.
"Baik, siap Imo!" Changbin membalasnya penuh semangat.
Mereka lalu melanjutkan acara sarapan mereka. Sup ayam yang hangat dengan satu mangkuk nasi serta kimchi. Ada obrolan yang terselip di sana, pasal saran jenis ponsel apa dan tipe seperti apa yang sekiranya bagus untuk Mark beli nanti. Changbin memberi tahu banyak hal karena dia pernah bekerja di kota sebagai sales, dan Mark tentu saja menerima saran itu dengan baik mengingat bahwa Changbin memang seorang ahlinya dalam perkara jual-beli sesuatu.
"Hei, Mark. Omong-omong kau sudah dengar kabarnya belum?" Tanya Changbin, mulutnya sibuk mengunyah sementara mata tak pernah lepas dari pemandangan hijau yang terhampar luas di depan mata.
"Apa? Kau masih pagi sudah sibuk mengajak untuk bergosip." Mark menenggak air putihnya. Dia belakangan cukup sibuk dengan urusan perkebunannya sendiri, dan tidak ada waktu untuk mengikuti perkembangan gosip yang menyebar di desa mereka.
"Katanya akan datang segera dokter baru di klinik. Baguslah, jadi kita tidak perlu repot lagi jika sewaktu-waktu ada yang sakit."
"Benarkah?" Mark menatap dengan pandangan senang. Sejak beberapa tahun belakangan ini, di desa mereka telah memiliki seorang dokter setia yang telah mengabdi selama kurang lebih sepuluh tahun. Tapi semenjak sosok itu telah resmi masuk usia pensiun, maka beliau harus meninggalkan desa. Dan mungkin sekarang sudah tiga bulan sendiri lamanya sejak kepergian beliau, dan sejak itu juga sosok dokter pengganti tak kunjung diutus ke desa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLIMY CREAMY {MARKHYUCK}
Fanfiction"Orang akan berpikir bahwa ini adalah cerita klise, biasa saja. Dan mungkin akan ada banyak orang yang membenarkan. Anggapannya karena tidak ada yang istimewa. Tapi jangan skeptis terlebih dahulu, terkadang hanya dengan membawa kehadiran mereka sa...