3. BUNGA MATAHARI

674 91 0
                                    




"Jadi itu hasilnya. Bagaimana, mau ditransfer saja atau ingin uang tunai."

Mark sedang menatap nota hitung-hitungan hasil panen bersama tengkulak langganannya, pendapatannya kali ini lumayan banyak juga meski tidak sebanyak dengan panen yang sebelumnya. Tapi tidak apa, itu tetap dia syukuri.

"Uang tunai saja. Kau tahu kan paman, di sini alat penarik uang maupun bank sangatlah jauh, jadi lebih baik uang tunai saja." Ucap Mark, ia kantongi nota itu lalu menatap hamparan luas lahan kebunnya yang hanya menyisakan batang bunga matahari saja.

"Baiklah. Akan aku hitung dulu uangnya." Ucap si tengkulak.

Mark memberikan jempolnya. Ia ambil karung berisikan kuaci mentah yang sengaja ia sisihkan untuk diri sendiri, entah akan ia masak maupun sebagian akan ia tanam untuk kebutuhan tanaman hias di sekitar rumah. Jika dijadikan bibit lagi untuk di kebun itu kurang cocok, kualitasnya tetap akan berbeda dengan yang dia beli di toko bibit khusus, maka dari itu jika hendak ia tanam lagi itupun hanya untuk kebutuhan tanaman hias di halaman rumah.

Sesudah proses serah terima amplop uang, serta seluruh karung kuacinya telah diangkut ke atas truk maka semua pun meninggalkan lahan perkebunan milik Mark, begitupun Mark sendiri.

Di dalam perjalanan Mark sibuk berpikir soal akan ia gunakan untuk apa saja uang hasil panennya. Pertama tentu saja menyisihkan untuk keperluan tanam berikutnya, dari bibit, pupuk, masalah pengairan dan lain-lain. Jika ia berkirakan maka masih akan bersisa cukup banyak, itu bisa untuk kebutuhan sehari-hari.

"Ah, iya." Mark berhenti melangkah. Ia teringat dengan sesuatu, saran dari Changbin soal beli ponsel baru.

Benar, dia harus beli ponsel baru. Apalagi tadi paman tengkulak juga mengajikan sedikit komplain agar dia segera berganti ponsel yang lebih canggih agar komunikasi di antara mereka bisa berjalan dengan lancar.

"Baiklah. Beli ponsel." Mark pun memutuskan akan membeli ponsel baru dalam waktu dekat, tentu saja dia juga akan mengajak Changbin untuk menemaninya.

Sesampainya di rumah Mark segera berbersih dan kemudian melangkah menuju ke dapur. Tenang saja, kali ini dia tidak akan bereksperiman maupun berlagak sekali membuat masakan yang belum pernah ia coba.

Kali ini dia mau mengolah kuacinhya sendiri, hal yang sudah sering untuk dia coba di waktu setiap masa panennya tiba. Cara buatnya sangat mudah jadi jangan khawatir untuk gagal apalagi sampai bisa buat orang kena diare seperti kemarin.

Ingat-ingat soal kemarin, Mark janji tidak akan nekat lagi untuk asal-asal masak hanya dengan modal pakai resep. Setidaknya jika mau hasil yang baik dia akan mencari pembimbing untuk mengajari sekaligus mengawasinya dalam memasak.

Setelah selesai mencuci kuaci mentahnya maka itu siap untuk direbus. Untuk perasa, Mark lebih suka kuaci yang asin. Garam dua sendok, lalu beri juga sejengkal kayu manis dan daun teh sebagai aroma agar kuacinya harum. Rebus sampai benar-benar mendidih dan matang, lalu setelah itu tiriskan beberapa saat, baru kemudian siap disangrai sampai kering.

Mark menarik napas pelan. Untuk apa ada keraguan, kali ini dia harus bisa bersikap dengan penuh percaya diri dan tidak perlu berlaku malu-malu seperti kemarin, bukankah semalam dia dan Haechan sudah bersepakat untuk bisa bersikap biasa saja terhadap satu sama lain? Jadi, sudah lagi yang masih akan menggantung di kaki untuk menahan langkahnya menuju ke klinik, akan dia berikan kuaci buatannya ini secara langsung padanya.

SLIMY CREAMY {MARKHYUCK} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang