Selamat membaca
Sudah hampir satu pekan penuh, semua berjalan dengan baik. Haechan patut mensyukurinya terlebih lagi orang-orang yang ada di desa ini sangatlah baik dan ramah, membuat dirinya jadi merasa betah untuk dalam menjalankan tugasnya selama di sini.
'Tok!'
'Tok!'
Suara ketukan yang menarik perhatian, ia yang kala itu sedang membereskan berkasnya pun menoleh untuk menengok siapa yang datang sepagi ini, karena kliniknya masih akan buka sekitar 30 menit ke depan.
"Permisi..." Suara pelan yang terdengar penuh keraguan.
Selepas menoleh secara sepenuhnya, akhirnya Haechan tahu siapa yang datang ke kliniknya sepagi ini.
"Iya?" Haechan menjawab pelan, tidak memberi senyum namun melainkan malah menaikkan satu alisnya.
Pria yang ada di depannya adalah pria yang menjadi saksi kejadian memalukan yang ia alami. Haechan awalnya urung untuk merespon karena demi apapun dia merasa sangat malu jika ingat soal kejadian itu. Tapi setelah hari berlalu, dan kala itu ia lihat pria ini main kabur saja darinya setelah memperbaiki sepedanya, ternyata jika dipikirkan lagi dia tidak seharusnya merasa malu.
Karena jika dilihat-lihat, pria ini bukanlah tipe orang yang gemar atau suka mengungkit-ungkit soal kejadian yang telah berlalu. Maka dari itu untuk apa dia harus merasa malu dan bertahan pada bayang-bayang kejadian itu.
Sebaliknya, ia pikir pria ini juga tak jauh beda darinya atau bahkan lebih parah dari dirinya. Apalagi saat kemarin dia secara tak sengaja memergokinya sedang mengintip malu-malu lewat jendela rumah pohon yang sangat tinggi itu.
Ya Tuhan, ada-ada saja tingkahnya itu.
"Uhm, jadi... Aku adalah Mark. Tadi pak kepala desa menyuruhku untuk membantumu. Kudengar kau mau melakukan penyuluhan dan sosialisasi." Ucap Mark sambil sebisa mungkin meredam rasa gugupnya.
Haechan menatap lalu berkedip pelan, lalu juga mengangguk-anggukkan kepala paham. Jadi namanya adalah Mark, nama yang cukup keren juga untuk ukuran pengnuhi desa yang sangat terpelosok ini.
"Oh, iya hai Mark. Terim kasih sudah mau datang untuk membantu. Sena-Akh!" Haechan tiba-tiba keluar suara rintihan sakit, ia pegang perutnya yang terasa perih dan jika saja tidak ada Mark yang reflek menangkap tangannya mungkin dirinya sudah jatuh mengenaskan di atas lantai.
"Dokter, kau baik-baik saja?" Mark berkata dengan nada khawatir, pasalnya dia baru sadar bahwa kenampakan wajah dokter muda ini terlihat begitu pucat dan penuh keringat.
"Ak-aku ada sedikit masalah dengan perutku! A-aku harus ke kamar mandi seka-sialan!" Tidak sadar Haechan mengumpat dengan kasar, perutnya mules dan perih sekali. Beruntung dia tidak kelepasan buang angin, jika sampai itu terjadi, entahlah Haechan pikir dia lebih baik menghindari Mark saja karena itu sungguh memalukan!
Haechan sudah berhasil lari dari Mark, mendekam di dalam kamar mandi untuk beberapa saat demi menuntaskan rasa sakit perutnya. Dan saat sudah selesai, dia pun keluar dari dalam kamar mandi dan tidak menyangka jika sudah ada Mark yang akan menunggunya tepat di depan pintu toilet.
"Aaa!" Haechan berteriak kaget. Bagaimana tak kaget, baru buka pintu dan wajah itu sudah muncul di hadapannya.
"Ah, maaf dokter. Aku hanya khawatir dan memutuskan untuk menyusul, aku baru saja berdiri di sini serius. Aku tidak ada maksud lain apapun, sungguh dokter." Mark menyatukan kedua telapak tangan, merasa bersalah sebab sudah membuat Haechan terkejut sampai berteriak begitu. Mark meringis pelan, apeslah sudah jika sampai Haechan berpikir bahwa dia orang aneh karena tingkahnya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
SLIMY CREAMY {MARKHYUCK}
Fanfiction"Orang akan berpikir bahwa ini adalah cerita klise, biasa saja. Dan mungkin akan ada banyak orang yang membenarkan. Anggapannya karena tidak ada yang istimewa. Tapi jangan skeptis terlebih dahulu, terkadang hanya dengan membawa kehadiran mereka sa...