Mereka menguliti kaset-kaset lama
yang sempat mendarah. Maka aku
terseret arus sawala di sebuah hati
berdinding porselen rapuh,
menciptakan mekaran salmuera
yang berhamburan kumuntahkan.Antara malam dan subuh, aku
temui ibu. Menanyakan,"apa kau bisa membekukan desiran
darah ini? Mereka mengalir terlalu
cepat, mereka tak pernah
menghentikannya."Ibu tak pernah menyeka air mataku.
Namun hari ini ia langsung menelan
sisa darahku yang telah asin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Berisik
PoetryOh, hati ilam-ilam, meracau lagi di lidah malam. Ludah bertanya apa yang sirna. Dan lagi, dijawab yang lari dari kalimat dukanya. Orang kehilangan memang berisik. [Antalogi puisi] [R 15+] © nelself - Juni 2023 Pics by Pinterest