Hari ini Rama dan Abimaya telah bersanding一saling mengucap janji satu sama lain dengan balutan setelan pengantin mereka. Triplet ada di sana bersama kakek nenek, Suta dan Chandra. Dengan si bungsu membawa kotak cincin yang kemudian di serahkan kepada ayah dan ibunya.
Sungguh, ini adalah hari yang sangat panjang. Banyak orang yang datang baik teman-teman Abimaya maupun rekan kerja dari Rama.
Malam itu, di rumah mereka yang baru一Rama membelinya sebagai hadiah untuk Abimaya一si tampan baru saja selesai mandi kala sang istri baru saja kembali setelah memeriksa triplet di kamarnya.
"Triplet sudah tidur?" Rama bertanya sambil mengeringkan rambut一duduk di pinggir kasur sambil memperhatikan istrinya yang kini duduk di depan meja rias, menghapus make up nya.
"Iya, sudah. Mereka diajak bobok sama Oma nya."
Selanjutnya Rama beranjak menghampiri Abimaya, berdiri di belakang si manis dengan kedua tangan bertumpu di bahunya. Abimaya sedikit mengerutkan dahi melihat pantulan suaminya dari cermin, dia mendongak dengan pandangan bertanya.
"Kenapa?"
"Nggak ada."
"Ya udah, aku mau mandi awas-"
Cup!
"Eh?" Rama terkekeh melihat ekspresi terkejut di wajah Abimaya ketika laki-laki itu mengecup bibirnya tiba-tiba. Pipinya merona bahkan telinganya ikut memerah一si manis tersipu malu.
"Cepet mandi, saya mau eksekusi kamu habis ini."
"RAMA!!"
"Hahaha."
.
.
.
.
.
Rama tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Mengenai dirinya akan mengeksekusi (dalam arti lain) sang istri memang benar ia lakukan tepat setelah Abimaya keluar dari kamar mandi. Mereka melakukannya malam itu. Menghabiskan waktu dengan memadu kasih di atas ranjang keduanya, saling menyalurkan afeksi, mengantarkan kenikmatan dunia satu sama lain hingga waktu hampir kembali bertemu pada fajarnya.Rama memandang puja wajah manis yang di penuhi bulir keringat. Si tampan mengangkat tangan, merapikan helai rambut yang menutupi mata cantik itu untuk kemudian membubuhkan satu kecupan di dahinya.
"Lelah?"
"Kamu nanya?"
Rama terkekeh, menyamankan posisi tubuhnya memeluk sang istri.
"Mas."
"Iya?"
"Sebenarnya udah lama aku mau tanya hal ini."
"Apa?"
"Anak-anak. Mereka benar anak-anak kamu?"
"Kenapa tanya itu?"
Mata si manis membulat terkejut, selanjutnya ia menunduk takut.
"Ma-maaf, aku lancang. Lupain ya? Maafin aku?"
"Bukan."
"Hum?"
"Sena, Eza, Ajun. Mereka anak-anak Kakak saya."
"APA?! T-tapi kenapa mereka panggil Dad ke kamu?"
"Mau dengar ceritanya?"
"Huum!" Abimaya mengangguk mantap.
"Sini deketan." Abimaya merapatkan tubuhnya ke dalam pelukan Rama, melingkarkan lengannya di perut Rama dan membiarkan sang dominan merangkulnya, memulai cerita.
Sebelum menjadi sosok ayah yang menjadi panutan utama ketiga anaknya, Rama hanya sesosok pemuda yang baru saja lulus wisuda, sedang menikmati masa bebas dari segala tekanan pendidikan. Sifatnya yang menyukai kebebasan membuat lelaki itu hobi sekali bermain ke luar rumah. Arena balap, club malam, lapangan basket menjadi tempat yang sering ia kunjungi untuk bersenang-senang bersama teman-temannya. Namun kesenangan itu seakan dirampas paksa oleh sebuah kenyataan, dimana ketika dia yang tengah berpesta pora mendapat kabar bahwa keluarga kecil kakaknya mengalami kecelakaan lalu lintas yang juga merenggut nyawa kedua orang yang sangat dia sayangi.
Sejak kepergiaan Vana juga suaminya, sang ayah memberikan tanggung jawab kepada Rama untuk menjadi orang tua wali bagi anak-anak manis itu. Awalnya Rama menolak keras bahkan sempat melarikan diri, namun seakan telah menemukan jalan keluar yang tepat Rama kembali ke rumah dan bersedia mengasuh ketiga bocah laki-laki itu serta belajar menjadi penerus ayahnya kelak di perusahaan keluarga mereka.
"Begitu ceritanya. Dan karena sekarang mereka adalah tanggung jawab saya, saya memutuskan untuk merubah segala sikap semasa lalu. Saya ingin menjadi Ayah yang baik untuk mereka. Tapi ternyata hal itu juga berdampak pada diri saya sendiri, sayang. Saya yang terlalu fokus terhadap mereka, secara perlahan menutup hati untuk seseorang, saya memiliki pikiran untuk tidak menikah karena saya yakin bahwa kami tidak membutuhkan sosok lain. Tapi ternyata saya salah, terlalu egois, dan baru menyadarinya saat saya bertemu kamu."
"Nyesel?"
"Ya, tapi akan lebih menyesal kalau saya nggak menikah sama kamu. Abimaya, saya mohon jangan pergi. Tetap bersama saya dan anak-anak di sini. Jangan pernah memiliki pikiran untuk meninggalkan kami dan rumah ini."
Abimaya berkedip beberapa kali ketika Rama menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Untuk apa aku pergi? Sekarang kalian adalah rumah aku, tempat aku pulang. Aku nggak akan ninggalin keluarga aku sendiri apapun yang terjadi nantinya Mas, aku nggak akan pergi."
"Promise me?"
"Ya." Abimaya mengaitkan jari kelingking keduanya, tersenyum kemudian menatap Rama. "Bukan sekedar ucapan dan kaitan jari kelingking, aku akan tepatin semua ucapan aku untuk kalian. Jadi, jangan coba untuk pergi dari aku juga ya?"
Cup!
"Nggak akan, kalaupun pergi saya akan ajak kamu juga."
Abimaya kembali tersenyum一ah, mungkin setelah ini dia akan lebih banyak tersenyum dari pada marah-marah dan menangis seperti itu.
"Thank you and I love you."
"Anything for you milady, and yeah ... I love you too."
.
.
.
.
.
Baik Rama maupun Abimaya, keduanya sama-sama tidak menyangka akan berakhir bersama di dalam hubungan yang tidak pernah terpikir oleh keduanya一meskipun salah satu dari mereka lebih dulu memiliki cinta.Meskipun demikian, baik Rama maupun Abimaya. Keduanya sama-sama mengucap syukur telah dipersatukan usai melewati konflik perasaan yang cukup mengganggu.
Untuk sekarang dan seterusnya, hingga anak-anak tumbuh dewasa dan rambut mereka memutih. Keduanya membuat janji untuk hidup bersama-sama, menikmati tiap moment yang terekam, menghabiskan waktu bersama ketiga anak-anak manis tanpa memberi celah ruang kosong lagi.
Mereka akan menoreh tinta di atas kertas kenangan untuk diingat dan disimpan hingga di penghujung hayat.
- t a m a t -
Pada akhirnya kisah si tuan tampan dan si manis mahasiswa telah berada di puncak akhir.Terima kasih kepada pembaca setia DOLCE.
Terima kasih untuk semua dukungan yang kalian berikan untuk buku yang tidak seberapa ini, tapi semoga sedikit dapat membuat kalian terhibur terutama penumpang setia kapal kesayangan kita semua, HeeJay-JaySeung dan sekitarnya.Maafin untuk segala kekurangan yang ada. Sampai jumpa di lain waktu, dadah! ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dolce | HeeJay
FanfictionAwalnya Abimaya hanya ingin bekerja, namun seolah dikendalikan oleh takdir membuat hidup yang awalnya tenang-tenang saja kini harus terlibat dalam ruang kehidupan milik seseorang yang kini menjadi bosnya. ---- Warning! ⚠ • Boyslove. • Bromance. • He...