———
Zaki mematikan mesin mobil ketika mobil mewahnya itu berhenti tepat di depan gerbang tinggi rumah Lizzy. Hening sesaat menyelimuti keduanya. Lizzy yang memang dasarnya bukan tipikal cewek yang mudah berbaur dengan stranger tentu jadi sangat canggung berada satu mobil dengan kakak kelasnya itu.
"Kak.. Terimakasih. Maaf ngerepotin." katanya dengan suara yang sangat pelan. Beruntung Zaki masih memiliki pendengaran yang cukup baik.
"Sama-sama. Gue khawatir aja kalau lo pulangnya naik kendaraan umum. Udah malam banget gini juga. Terus kondisi lo juga gak baik-baik aja." ujar Zaki bikin sesuatu dalam diri Lizzy berdesir hebat.
Cewek itu buru-buru menunduk, menyembunyikan semburat merah di pipinya dari pandangan mata Zaki.
"Yaudah Kak. Saya masuk, ya. Sekali lagi, terimakasih." kata Lizzy masih menunduk membuat Zaki mengulum senyumnya merasa gemas.
"Iya, Lizzy. Jangan nunduk terus. Nanti jatuh pas jalannya." celetukan Zaki sontak membuat Lizzy langsung menegak dengan mata yang membulat lucu membuat Zaki tak tahan menyemburkan tawanya. "Lo gemesin banget."
Astaga, tolong dong yang namanya Zakiel mulutnya dilakbanin aja. Bahaya soalnya.
***
Di tengah semilir angin malam yang membelai wajahnya, Anin memejamkan mata. Ia bersandar pada pembatas balkon kamar, di depannya beberapa kotak kado dari teman-teman terdekat sudah menanti untuk Anin bongkar.
Sudah 2 jam berlalu sejak pesta Anin selesai. Namun gadis itu seolah masih betah dengan dress panjang miliknya serta riasan make up masih menempel pada wajahnya. Tiba-tiba saja, suara pujian yang Zaki lontarkan kembali bergaung di kepalanya membuatnya menarik sudut bibir, tersenyum tipis.
"Lo cantik banget, Nin. Gue pangling."
"Kayak bukan Anin. Mirip Princess negeri dongeng hahaha."
Pujian sederhana yang mampu membuat hari Anin kembali berwarna. Zaki selalu seperti itu. Mungkin, dia bukan tipikal cowok romantis bak pemeran utama dalam sebuah novel. Hanya berbekal kata-kata sederhana dan senyum serta sorot matanya yang teduh selalu sukses membuat hati Anin melebur begitu saja.
Zaki tak pernah gagal untuk membuat Anin merasa istimewa.
Lonceng besar dari jam antik di rumah Anin berbunyi menandakan sekarang sudah tepat jam 12 malam. Anin yang semula asik menikmati semilir angin dalam gelap pandangannya kini membuka mata. Netranya langsung tertuju pada kotak kecil berwarna biru gelap yang berada di tumpukan paling atas. Tanpa babibu, Anin langsung meraih kotak tersebut. Kotak yang tak lain merupakan kado pemberian Zaki.
YOU ARE READING
Dear, Zakiel..
Teen Fiction"Dear, Zakiel... LO PAKE PELET APA ANYING??" - [Jake ft Kpop Girls Lokal AU] © 2022 by sweetielime status: ON GOING