2

2 0 0
                                    

Malam ini keluarga Amel sedang menikmati makan malam mereka. Keadaan tidak sehangat biasanya di karenakan aurah suram yang di keluarkan oleh Amel. Dirga selaku kepala keluarga seolah tidak mengerti dengan keadaan saat ini. Ah! Atau dia pura-pura tidak mengerti?

Deringan ponsel milik Dirga memecahkan suasa hening tersebut. Semua antes teralihkan ke ponsel Dirga yang terletak di atas meja. Tertera nomor baru tanpa nama, itu yang Amel lihat. Amel melirik ayahnya dan menemuka senyum tipis di waja Dirga. Hal itu sudah bisa ditebak siapa yang menelfon. Tak lama bunyi deringan pun berakhir suasa kembali sepi. Tetapi aurah yang di keluarka oleh Amel semakin menggelap. Sesilia melihat kakaknya dengan takut-takut saat melihat Amel menggenggam sendok makan dengan erat.

Tak lama suara deringan handpone milik Dirga kembali terdengar.

"Mas, pangilannya di angkat dulu siapa tau penting." Ucap Mentari dengan lembut.

"Nanti aja." Acuh Dirga.

Disaat Dirga ingin mematiakn panggilan, Amel sudah mengambil handpone sang ayah dan berdiri dari kursinya dengan kasar menghasilkan bunyi gesekan kursi dan lantai yang cukup berisik.

"Mas kok lama baget sih kamu ngangkat telfonnya?" Tanya wanita diseberang sana dengan suara lembut yang dibuat-buat menurut Amel saat panggilan baru saja ia terima.

"Mas kok kamu diam aj~" ucapan wanita tersebut langsung di potong oleh amukan Amel.

"BACOT LO ANJING! GAK PUNYA KERJAAN APA GANGUIN SUAMI ORANG MELULU HA! WANITA MURAHAN! PELAKOR SIALAN! LO KEKURANGAN UANG  SAMPAI LO GANGGUIN BOKAP GUE TERUS! ANJING LO! BOKAP GUE MASI PUNYA ISTRI JADI BERHENTI GANGGUIN BOKAP GUE! INI PERINGATAN TERAKHIR BUAT LO!" Amarah Amel akhirnya meluap juga. Makian Amel menggelegar di ruangan tersebut hingga membuat para pekerja data ke ruang makan.

"Kamu~"

Belum selesai wanita itu berbica Amel suda membanting handpone milik Dirga ke lantai hingga mati. Ia tidak peduli jika handpone tersebut rusak karena amarah yang sudah menguasainya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN AMEL!" Marah Dirga berdiri dari tempat duduknya.

"JUSTRU SEHARUSNYA AKU YANG BERTANYA! APA YANG AYAH PERBUAT?" Teriak balik Amel.

"KAMU TAU APA YANG TELAH KAMU PERBUAT!" Tekan Dirga berteriak marah.

"Ya aku sangat tau apa yang telah aku lakukan!" Ucap Amel dengan intonasi suarah renda yang penuh penekanan.

"KAMU SEHARUSNYA TIDAK
BERKATA KASAR SEPERTI TADI AMEL!" Murka Dirga.

"PELAKOR SIALAN ITU PANTAS MENDAPATKANNYA! WANITA MURAHAN IT~" perkataan Amel terhenti karena bentakan dari Dirga.

"DIAM KAMU AMEL!" Murka Dirga sambil ingin melayangkan tamparan ke pipi Amel.

"AYAH INGIN MENAMPARKU KARENA JALANG ITU!" Teriak Amel marah yang membuat pergerakan Dirga terhenti.

"TAMPAR YAH! AKU SUDAH BIASA MENDAPAT TAMPARAN AYAH WAKTU KECIL! KARA DULU AKU YANG SALAH! TAPI SEKARANG DEMI PELAKOR ITU AYAH KEMBALI INGIN MENAMPARKU? TAMPAR YAH! TAMPAR!" Teriak Amel murkah. Mata itu menyorot tajam pada Dirga.Tidak ada air mata hanya ada kekecewaan yang tergambar di sana.

"Argggg" teriak furstasi Dirga lalu melangkah kakinya ke kamar.

BRAK

Dirga menutup puntu kamar dengan keras. Amel mengepalakn tanganya untuk menyalurkan amarahnya yang belum juga hilang.

"Amel" panggilan Mentari berhasil membuat Amel mengendalikan amarahnya.

"Maaf ya bun, Amel tadi marah-marah" ucap Amel disertai senyum manis diwajahnya saat melihat Mentari yang sudah berdiri dari kursinya begitu pun dengan Sesil yang badannya sudah gemetar. Entah karena takut atau berusaha menahan tangis.

AKU SUDAH BERUSAHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang