7

5 0 0
                                    


Untumu hati dan untukmu luka. Gimana keadaanmu sekarang? Sudah sembuhka? Kamu tak perlu berbohong, karena nyatanya hingga kini kamu belum baik-baik saja:) iya kan?
Hehe tak apa, biarkan tetap seperti ini agar kita tetap mengingat bahwa dia perna hadir walaupun sekedar menorehkan luka :).

~Tertanda aku yang masih mencintaimu :)






____________________________________
Roftof memang menjadi tempat menenangkan diri yang paling tepat. Dari sini semua aktifitas siswa/i yang berada di lapangan ataupun parkiran bisa terlihat.

Tempat yang jarang dikunjungi siswa/i ditambah angin yang berhembus, membuat suasana lebih tenang.

Panasnya matahari tidak mempengaruhi Amel untuk meninggalkan tempat itu. Menopang tubuhnya pada pembatas roftof dan melihat jauh kedepan.

Amel teringan dengan kejadian di kantin tadi.

"Kenapa perasaan ini masih ada?"

"Kenapa gue gak biarin Cakra mukulin dia aja tadi?"

"Kenapa gue menjadi orang bodoh mencintai orang yang sudah menorehkan luka?"

"Kenapa gue masih berharap... berharap bisa kembali bersama?"

"Bisakah kenangan bersamanya hilang dari ingatanku?"

"Bisakah gue gelupain tentang sosoknya?"

"Bisakah waktu di putar kembali, biar gue bisa hentiin perasaan ini?"

Sayangnya semua ucapan-ucapan itu hanya bisah di pendam dalam hati.

Amel mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bodoh!"

"Kenapa lo sebodoh ini Amel? Kenapa buat ngelupain dia aja gak bisa?" Gerutuknya kesal.

Beruntung di kelasnya saat ini sedang jam kosong, membuatnya bisah lebih lama lagi di roftof.

Amel melihat kearah lapangan, sudah tidak ada lagi siswa/i yang berkeliaran.

Amel menghembuskan nafasnya pelan dan berbalik ingin meninggalkan roftof. Tapi, seketika tubuhnya menjadi kaku saat melihat sosok Al yang berdiri tak jauh darinya.

Nampak keterkejutan di wajahnya, tapi Amel bisa mengubah raut wajahnya dengan cepat.

"Kenapa kamu kesini?"

Angin bertiup dan menerbankan rambutnya yang tak terikat.

"Gue peringatin lo, berhenti gangguin Kanaya!!"

Dengan dingin Alfian berucap penuh penekanan. Bahkan tatapan yang dulu melihatnya dengan lembut, kini telah tergantikan dengan tatapan tajam.

"Jika aku mengatakan, aku tak perna mengganggunya apakah kamu akan percaya?"

Amel yang merasa tidak ada respon dari Alfian mengalihkan pandangnnya menyembunyikan air mata yang menetes ke pipinya.

Menghapus pelan air matnya tanpa di sadari oleh Alfian.

"Aku tak perna mengganggunya!"

Dengan menatap mata Alfian Amel berucap dengan tegas.

"Cih!"

Alfian berbalik dan melangkah pergi. Saat ia sampai di pintu roftof Alfian melirik Amel yang masih diam pada tempatnya.

"Lo masih aja berbehong Amel."

Amel yang mendengar itu terkekeh.

"Berbohong? Gue akui perasaan gue buat lo masih ada! Tapi gue bukan cewe murahan yang bakalan ganguin pasangan orang yang gak ngehargain perasaan gue!"

"Buat apa gue ngusik pacar lo? Lo fikir gue bakalan nindas Kanaya diam-diam seperti yang lo maksud? Lo sebenarnya kenal gue gak sih? Kalau gue mau, Kanaya bakalan gue bully di lapangan upacara atau gak di kantin supaya dia sadar posisinya di mana!"

Amel menatap punggung Alfian yang masih terdiam di ambang pintu.

"Tapi gue gak lakuin itu Al! Lo tau kenapa? Karena gue masih punya harga diri, untuk gak mengejar orang yang gak ngehargain perasaan gue! Alasan pertama kenapa gue gak lakuin itu, gue gak mau di bilang cewe murahan yang ngenindas Kanaya buat cari perhatian lo! Dengan ngebully Kanaya lo juga gak bakalan balik ke gue kan?"

"Jangan hanya mendengarkan ucapan dari satu pihak Al! Karena belum tentuk yang di sampaikan pihak itu benar!"

Amel menunduk membiarkan air matanya mengalir saat melihat Alfian yang pergi tanpa berucap sepatah katapun.

"Pada akhirnya kamu pergi tanpa melihat kebelakang, seperti waktu itu." Lirihnya.

Seseorang yang sedari tadi mendengarkan percakapan keduanya, melangkah mendekati Amel.

Amel yang merasa seseorang berdiri dibelakangnya, terkekeh miris.

"Gue bodohkan, nangis buat orang kaya dia?"

Amel yang merasa tak ada tanggapan, menggigit bibir bawahnya menahan isakan.

"Lo boleh ngejek gue tapi satu, jangan perna ngasihani gue!"

Amel mengepalkan tanganya, saat merasa orang tersebut berjalan ke hadapannya.

Amel mendonggak saat merasakan usapan di kepalanya. Nampak seorang laki-laki yang ia kenali, berdiri di hadpannya

"Gue gak pintar ngehibur orang yang sedang nangis, jadi hanya ini yangbisa gue lakuin." Dengan tersenyum, laki-laki itu berucap.











____________________________________



Giman?
Tinggalkan jejak yaaaa

See you

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU SUDAH BERUSAHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang