5

2 0 0
                                    

Amel yang sedang berusaha memasukkan bola ke dalam ring, di kagetkan oleh seseorang yang mengambil bola dari tangan-Nya secara tiba-tiba.

"Eeh," kagetnya.

"Loh Cakra kok disini?" Bingung-Nya saat melihat sang sepupu.

"Dihukum, bantu ngajarin kalian,"

"Ketahuan bolos ya?" Ejek Amel.

"Udah biar gue ajarin," Ujarnya mengalihkan topik.

Baru 10 menit di ajar Amel sudah kesal karena bola yang tak masuk-masuk.

Membuang bola dengan kasar lalu berjalan kebawa pohon sambil menghentak-hentakkan kaki-Nya. "Udah ah malas." Sebalnya.

"Mel ayo coba lagi," Bujuk Cakra.

"Udah ah, malas bola-Nya ngeselin," Kesalnya.

Cakra yang ingin menyusul Amel harus terhenti saat mendengar suara seseorang.

"Boleh ajarin aku gak? Soal-Nya aku belum bisa," Pinta suara lembut perempua dari belakang-Nya.

Cakra yang mendengar suara itu seketika wajah yang tadinya ramah kini menjadi datar. Tanpa berbali ia menjawab. "Gue sibuk,"

Lalu melangkahkan kaki-Nya pergi meninggalkan perempuan itu.

Perempuan itu menunduk lalu berbalik berjalan kearah Galang yang sedang mengajari teman-teman Amel.

"Galang bole ajarin aku gak?" pinta-Nya.

"Woe Kanaya tukang caper lo gak liat apa si Galang lagi ngajarin kita," Sinis claudia.

"Tapi kan Galang teman kelas aku," Cicitnya pelan.

"Dih lo pikir Galang mau? Najis bisa-bisa dia kena virus gak tau malu dari lo! Kalau mau caper noh di pacar goblok lo." Tunjuk Klara pada Alfian yang sedang berjalan di koridor bersama tema-Nya.

"Iiih gak mau lama-lama dekat benalu takut gatal! Udah yuk pergi dari sini nanti kita pada kena virus," Ajak Claudia pada yang lain-Nya.

Galang, Lintang dan Eleazar pergi mengikuti Claudia dan teman-teman-Nya tanpa membuaka suara sedikitpun.

Sedangkan Leon sudah nampak bergabung dengan Amel dan Cakra duduk di bawa pohon.

"Gaffi mana?" Tanya Luna setibanya di Amel.

Mereka semua ikut duduk di bawa pohon yang rindang itu. Jam penjas belum berakhir tapi, mereka memutuskan untuk berteduh karena hawa panas yang menyengat.

"Cieee, nyari si ayang," Ejek Amel.

"Apasih orang nanya juga," Malu Luna.

"Lagi ke kantin," Jawab Leon yang duduk di sebelah kiri Amel.

"Kalian tahu tentang acara kemah yang mau di laksanakan awal bulan depan?" Tanya Galang.

"Dengar sih baru aja tadi kita bahas di kantin," ucap Fara.

"Emangnya benaran mau di adain acara kemah?" Tanya Amel memastikan.

Cakra yang duduk disebelah kanan Amel pun menjawap. "Hmm, rencananya sih gitu."

"Wah jadi gak sabar," Semangat Klara.

"Yang ikut semua angkatan gak?" Tanya Fara.

"Gak tau sih, tanya aja sama anak pramuka-Nya langsung," Ucap Galang saat melihat Gaffi yang baru datang.

"Bahas apa sih?" Tanya Gaffi yang baru duduk bergabung tak lupa dengan botol air dan cemilan yang ia letakkan di tengah-tengah mereka.

"Mereka nanya soal perkemahan," Jelas Leon.

Gaffi mengangguk kepalanya pelan lalu bertanya. "Oh, kenapa?"

"Yang ikut semua angkatan?" Tanya ulang Fara.

"Kelas Xll gak di izinin ikut sama guru-guru," Jelas Gaffi.

Ke-lima perempuan di sana hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.

"Pulang ini ada kegiatan gak?" Tanya Luna.

"Kita cowo sih mau pada ngumpul,"

"Kenapa lo pada mau ikut?" Tanya Haikal yang baru datang dengan nafas tak beraturan.

"Lo kenapa? Kaya orang asma gitu," Ejek Klara.

Lintang yang mendengar itu seketika tertawa. "Lo gak tau?"

Klara hanya menggeleng sebagai pertanda tidak tahu.

"Ni bocah habis di hukum lari keliling lapangan," Jelas Lintang.

"Lah kok bisah?" Bingung Fara.

Sepertinya bukan hanya dirinya disini yang bingung tetapi beberapa orang di sana juga.

"Entah gimana ceritanya ni bocah, ngelempar botol kenal kepala-Nya Pak Abdul," Tunjuk Lintang pada Haikal yang menunjukan muka kesalnya. "Mana mukanya Pak Abdul kocak banget lagi,"

Leon yang mendengar itu hanya terkekeh saat mengingat kejadian tadi.

"Lah Kal, kok bisah?" Tanya Claudia dengan kekehan yang keluar.

"Gue juga kaga tau, niatnya mau ngelempar si Leon eh mala tu guru yang kena. Apes banget sumpah." Kesal Haikal.

Teman-teman-Nya hanya mengetawai kesialan-Nya.

***
Tak terasa hari berlalu begitu cepat, bel pulang pun telah berbunyi pertanda proses belajar mengajar telah usai.

Kini parkiran di padati oleh siswa/i yang ingin mengambil kendaraan mereka masing-masing atau hanya sekedar ngobrol dengan teman-teman-Nya.

"Mel balik sama siapa?" Tanya Cakra saat ingin memakai helem-Nya.

Amel yang sedang berbicara dengan Fara pun mengalihkan perhatiaan-Nya kepada Cakra. "Supis, udah di depan kok,"

"Oh, kalau gitu gue duluan ya," Pamitnya lalu menjalankan motornya meninggalkan pekarangan sekolah bersama teman-teman-Nya.

"Mel kita jiga duluan ya, by." Pamit Fara beserta teman-teman-Nya yang lain.

"Hmm, hati-hati ya,"

Selepas kepergian teman-teman-Nya Amel bergegas berjalan ke gerbang sekolah. Namak supis yang biasa menjemput-Nya sudah menunggu di sana.

"Maaf ya Pak nungguin lama," Ucap sopan Amel saat sudah masuk ke dalam mobil.

"Enggak apa-apa Non," Ucap ramah sang sopir.
"Kita jalan sekarang ya Non?"

Amel menganggu pertanda ia.

Mobil mulai berjalan meninggalkan kawasan sekolah.

Kalian ingin tahu kenapa Amel tak membawa kendaraan sendiri? Itu karena Amel memiliki gangguan kecemasan yang tidak juga parah. Tapi, Bunda-Nya yang kahwatir dengan keselamata-Nya melarang Amel membawa kendaraan sendiri.

Orang bilang Amel adalah sosok semperna yang di idam-idamkan oleh perempuan lain. Tapi, Amel juga manusia biasa yang memiliki kekurangan seperti yang lain-Nya. Bukan hanya gangguan kecemasan, Amel memiliki sedikit masalah pada jantung-Nya. Masalah yang gak bisa di anggap remeh bukan? Hal ini tidak di ketahui oleh siapa pun, Amel terbiasa menanggung masalah-Nya sendiri. Amel yakin selama ia, bisa menjaga kesehatan-Nya semua akan baik-baik saja.








____________________________________

"Tak apa, aku bisa menahan-Nya!"
~Amelia Dista .A.

Gimana-gimana?
Seru gak?
Atau kurang memuaskan?
Diharap tinggalkan jejak yaaaaa

See you

AKU SUDAH BERUSAHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang