6

2 0 0
                                    

Hari ini, kantin nampak lebih ramai dari biasa-Nya. Mungkin karena kelas Xll yang biasanya tidak ikut beristirahat, hari ini mereka pada berkumpul semua di sini.

Gak heran sih salah satu teman kebanggan mereka sedang ulang tahun jadi mereka semua di traktir deh.

Keributan di kantin tidak menggangu lima sekawan yang nampak sedang bercerita itu. Ah! Sepertinya tidak mereka semua sih tapi salah satu dari mereka berlima hanya ikut menyimak tanpa membuka suara sedikitpun.

Amel ya itulah orang-Nya, ia hanya mendengarkan teman-teman-Nya bercerita tanpa ikut bersuara sedikitpun. Mungkin kalau dia di tanya hanya menjawab dengan angukan atau gelengan kepala, pertanda ia dan tidak.

Pikiran-Nya saat ini sedang tidak baik-baik saja di karenakan sedang kacau. Semalam Amel mendengar ibu-Nya kembali menangis dan Ayah-Nya yang tak pulang ke rumah. Entah kemana Ayah-Nya itu.

Bahkan nasi goreng di hadapan-Nya sudah tak berbentuk karena di aduk-aduk hingga semuanya tercampur menjadi satu.

Fara yang mendengarkan Amel berulang kali menghembuskan nafas pun bertanya. "Lo kenapa?".

Hanya gelengan kepala yang ia berikan pertandan tidak apa-apa.

"Kalau lo gak apa-apa, kenapa dari tadi diam?" Tanyanya menastikan.

Teman-teman-Nya yang lain tak mendengar percakapan kedua-Nya karena berbicara dengan pelan.

"Ada masalah?" Tanya Fara lagi.

Amel menghembuskan nafasnya dengan berat, saat ingin membuka mulutnya untuk bersuara, ia kembali merapatkan bibirnya dan menggelengkan kepala.

"Jangan nyimpan sendiri kalau ada masalah Mel!" Nasehat Fara.

"Hmm."

Saat Amel ingin menyuapkan nasi kemulit-Nya, ia di kagetkan dengam segelas jus yang di siram kewajah-Nya begitu saja.

Byur

Sendok di tangan-Nya bahkan terlepas saking syoknya. Melap wajah-Nya dengan kasar lalu berdiri ingin marah ke pelaku.

"Maksud lo a...," Belum selesai berucap Amel harus merapatkan mulut-Nya kembali saat melihat sang pelaku.

Sosok Alfian berdiri di hadapn-Nya dengan rahang yang mengeras pertanda dia sedang marah.

"Gue udah peringatin lo buat jangan gangu Kanaya, lo dengar gak?" Bentak Alfian.

Amel yang mendengar bentakan itu menutup mata-Nya.

Alfian mencengkaram dagu Amel dengan kuat. "Liat gue! Gue udah peringatin lo, jangan ganggu Kanaya! Kenapa lo mala bully dia sialan?" Alfian berteriak marah di depan wajah Amel.

Fara yang berada di samping Amel bergegas menjauhi Amel dari jangkauan Alfian. "Sialan apa yang lo lakuin ke sahabat gue!" Teriak mara Fara.

Bahkan saat ini mereka telah menjadi pusat perhatian dari seisi kantin.

Menatap tajam kearah Fara lalu berucap. "Lo diam gue gak ada urusan sama lo." Tekan Alfian maju ingin menjangkau Amel yang berada di belakan Fara.

"Bangsat! Giman gue mau diam aja disaat lo berlaku kasar sama sahabat gue!" Marah Fara lalu mendorong tubuh Alfian.

"Gue bilang lo minggir," Tekan Alfian lalu menggeser tubuh Fara dengan kasar.

Alfian meraih tangan Amel dan menariknya dengan kasar.  "Jangan bersembunyi di belakang teman-teman lo!".

Rasa saki seketika menjalar di pergelangan tangan Amel, ditambah tangan yang ditarik Alfian adalah tangan yang terluka beberapa hari yang lalu. Bahkan nampak perban masih melilit di telapak tangan Amel.

AKU SUDAH BERUSAHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang