bidadari cantik

117 20 0
                                    

Mauqi memasuki rumah dua tingkat yang sudah hampir 2 tahun ini dia tinggali sembari bersiul ringan memasukan sebuah permen split lemon kedalam mulutnya. Mauqi hanya tinggal berdua bersama bunda disana, padahal babeh --ayah bundanya sudah menawarkan agar bunda dan dirinya tinggal bersama dirumah. tapi bundanya menolak dan berakhir membeli rumah tingkat baru selesai direnovasi oleh pemilik lama yang berada dikawasan kampung pinggir kota.

"Bunda?"panggilannya setelah sampai didapur, seperti rutinitas biasanya bunda tengah berkutat didapur membuat pesanan kue.

"Salamnya mana bang? kebiasaan kalo masuk rumah gasalam dulu"tegur bunda yang tengah mencuci tangan dan mengelapnya disamping baju, Mauqi hanya nyengir sambil membawa tangan bunda untuk salim.

"Hehe maaf, Assalamualaikum bunda".

"Waalaikumsalam, ganti baju gih. bunda udah masak tumis kangkung tuh dimeja".

"Pantesan cacing pita Abang pada demo, taunya ada tumis kangkung. yaudah Abang naik dulu ya nda".

"Udah solat Zuhur belum?".

"Udah kok tadi ditempet Lanang, Abang naik ya bund".

"Hmm".

Sesaat kemudian Mauqi kembali kedapur dan langsung mengambil piring beserta air dari dalam kulkas. "Bang, abis beres makan bunda minta tolong ya".

"Iya, nganter pesenan kue kan?"tebal Mauqi.

"Pinter, nanti alamatnya bunda kirim ke wa".

"Siap bunda cantik".

"Ngomong-ngomong bunda belum denger cerita kamu disekolah? kamu gimana disana? Gabikin ulah lagi kan?".

"Aihhh si bunda, pikirannya jelek mulu ke anak sendiri"ucap Mauqi cemberut.

"Lagian kamu hobinya bikin bunda pusing, itu dijawab dulu bundanya nanya juga".

"Ya gagimana-gimana, biasa aja".

"Ketemu adek nggak?"tanya bunda.

"Ketemu, dia juga yang ngobatin luka aku tadi"jawab Mauqi dengan mulut penuh nasi.

Tiara langsung menoleh pada putra tertuanya, memang sedaritadi dirinya fokus pada adonan kue yang tengah dia mixer hingga tidak menyadari luka yang menghiasi sudut bibir putranya.

"Hah! luka, kamu berantem lagi bang?! hih! kan udah bunda bilang jangan berantem-berantem teru-".

"Ihh bunda, denger dulu. Abang nggak berantem, cuma dipukul sama bidadari cantik".

Tiara langsung diam, tak jadi melanjutkan sesi omelannya pada sang anak. "Kamu ketemu sama dia".

"Iya satu kelas lagi"Tiara memang sering mendengar cerita putranya tentang sosok bidadari cantik yang sering Mauqi ceritakan, jadi Tiara cukup familiar siapa yang Mauqi maksud.

"Kamu apain sih bisa sampe dipukul?"ucapnya heran sambil memeriksa luka disudut bibir Mauqi yang mulutnya masih dipenuhi nasi.

"Gak aku apa-apain padahal, cuma diisengin doang"jawab Mauqi dengan mulut penuh nasi.

"Jangan keseringan diisengin bang nanti kabur bidadarinya".

"Hehe iya nda, Abang gabakal sering-sering iseng lagi, kalau inget hehe..."cengir Mauqi.

Keduanya hening karna kesibukannya masing-masing. "Oiya bang, tadi ayah-"belum sempat Tiara menyelesaikan ucapannya Mauqi sudah lebih dulu memotong, Mauqi tau apa yang akan bundanya ucapkan jika menyangkut laki-laki tua itu.

"Ngapain dia dateng kesini? mau mukulin bunda lagi karna kena masalah diperusahaan yang dia junjung tinggi setinggi martabatnya itu? belum puas dia kalo nggak mukulin bunda?"ucap Mauqi dengan nada kesalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang