■ thank you, J

7 0 0
                                    

"Kak Acha!"

Langkah kaki gue di koridor yang semula tergesa perlahan melambat seiring suara panggilan yang semakin terdengar jelas di telinga gue. Sambil tetap berjalan gue menoleh ke belakang dan menemukan sosok jangkung Jevon si adik kelas setengah berlari, berniat menyusul gue.

"Keliatan buru-buru banget, Kak." Jevon langsung berkomentar ketika langkahnya sejajar dengan gue. Nggak heran sih, soalnya jangkauan langkah kaki Jevon lumayan panjang.

"Mau ke mana, Kak?" tanyanya, tidak menyerah walau gue terang-terangan mengabaikan.

"Ke kelas," jawab gue malas.

Jevon terdiam sejenak. Dahinya terlihat berkerut tipis sebelum ia berbicara kembali sambil menunjuk arah yang berlawanan dengan langkah kaki gue, "Kelas lo bukannya di sana ya?"

Sial.

Gue berdecak dalam hati dan mengomeli anak laki-laki yang masih kelas sepuluh ini. Sotoy banget tapi emang bener nih anak, walau begitu gue tetap melanjutkan langkah karena memang gue berniat turun ke perpustakaan.

"Lo sendiri mau ke mana? Berani banget anak kelas sepuluh main ke gedung sini," celetuk gue, datar. Mengontrol diri agar tidak terdengar tertarik mengobrol dengan anak ini.

Ck.

Cowok tinggi di sebelah gue ini berdecak sejenak sebelum menjawab pertanyaan gue.

"Gila, beneran senioritas banget ya sekolah di sini," komentarnya.

Gue memutar bola mata malas dan kembali mengabaikan eksistensinya.

For your information, SMU Pelita memiliki tiga gedung berbentuk letter U dengan masing-masing gedung terdiri atas tiga lantai. Gedung C lantai tiga merupakan basis ruang kelas siswa kelas dua belas dengan lantai dua merupakan ruangan ekstrakurikuler, perpustakaan, dan ruang konseling, sedangkan di lantai satu merupakan ruang tata usaha.

Sementara itu, ruang kelas sepuluh dan kelas sebelas berada di gedung A, sehingga jarang sekali bahkan hampir tidak pernah ada siswa kelas sepuluh pergi ke lantai tiga gedung C, kecuali saat jam ekstrakurikuler atau saat suasana sedang sepi.

"Gue habis dari kelas Kak Kavin, Kak," kata Jevon tanpa gue tanya.

Gue tersenyum miring, terus mengabaikan.

"Nggak nanya?"

Jevon tersenyum kecil, "Ngasih tahu aja."

"Gue nggak mau tahu??"

Kali ini Jevon tertawa setelah mendengar respon gue.

"By the way... besok sore gue tanding, Kak." Jevon berkata lagi.

"Perdana loh Kak. Gue anak baru tapi dikasih kesempatan ikutan gini," lanjutnya bercerita, merasa bangga dengan pencapaian ini.

Sambil terus berlalu, gue diam-diam mendengarkan cerita Jevon. Cowok itu cukup bangga dengan kesempatannya yang diperoleh di tahun pertamanya ini walau tanpa disadari tetap ada pressure yang dirasakan.

Omong-omong soal Jevon, sejak hari pertama masa orientasi anak ini sangat mudah dikenali. Hanya dia, siswa kelas sepuluh yang memiliki tinggi badan hampir menyentuh angka 180 cm ditambah lagi wajahnya yang good looking membuat siapapun yang menatapnya terkesima.

"Jevon Rodrigo X MIPA 4 tuh yang mana sih? Gue sekelompok sama dia."

"Oh ituu, yang tingginya 180 km."

atau

"Jevon yang tinggi dan ganteng tuh!"

"Yang titan!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang