Ponsel dengan case hitam milik gue berdering, dari ringtone lagu Bruno Mars gue jadi tau kalau itu pertanda sebuah panggilan masuk. Gue yang awalnya cuma rebahan nggak minat di atas kasur langsung bangun begitu nama cewek gue tertera di layar.
Akhirnya, setelah berhari-hari nggak ada kabar!
Gue segera bangkit, berpindah keluar menuju balkon kamar lalu duduk di bangku dekat sliding door.
"Halo... Aksa?"
Suara serak dari seberang sana membuat gue mengeryit bingung. Cewek gue kenapa nih, nggak biasanya dia kayak gini.
"Sha? Are you okay?" tanya gue berusaha tenang.
Shasa di seberang sana belum menjawab. Hening selama beberapa menit dan nggak ada suara, selain hanya terdengar deru nafasnya yang tidak beraturan.
"Oke. Take a breath, Sha," kata gue kemudian, mencoba menenangkan dia. Suara nafas Shasa perlahan terdengar lebih stabil, gue rasa dia mengikuti saran gue.
Ini cewek gue kenapa?
"Pelan-pelan," lanjut gue lagi. Sembari menenangkan Shasa dari sini, gue beranjak dari balkon lalu masuk ke dalam. Gue menuju meja belajar, tempat dimana terakhir kali gue meletakkan kunci mobil.
Ck, dimane sii! Gue jadi menggerutu dalam hati karena nggak segera menemukan kunci yang gue cari.
"Be? Can you hear me?" tanya gue jadi lebih khawatir. Pasalnya gue nggak mendengar suara apapun di sana, hening, membuat pikiran aneh-aneh tentang Shasa hinggap di kepala gue.
Gue menghela nafas perlahan lalu mulai berucap, "I'll go there, be."
"Nggak perlu, Sa."
"Kenapa, Sha?"
Belum ada respon dari Shasa tapi gue yakin dia masih di sana. Dan semakin gue menunggu apa yang akan Shasa katakan ke gue, gue makin was-was.
"Aksa,"
"Yes, babe?"
"Let's break up."
"What?" Gue refleks memekik. Baru aja mulut gue hendak bertanya, telfonnya dimatiin.
Gue mendadak blank masih belum percaya dengan kalimat yang baru saja Shasa berikan. Setelah berhari-hari dia nggak ngehubungin gue dan nomornya nggak aktif sama sekali, bahkan gue samperin ke rumahnya katanya dia nggak ada. Dan hari ini, dia mutusin gue?
Lah? Ini gue salah apa anyiing!
Gue melirik layar ponsel yang sudah mati. Shasa langsung memutuskan sambunganya tanpa memberikan gue kesempatan untuk berbicara. Segera gue mengambil jaket navy yang tergeletak di atas kursi belajar gue, mengantongi handphone ke dalam saku kemudian pergi.
"Aksa! Where will you go?!" Begitu menginjak lantai dasar, gue langsung mendengar suara nyaring Kakak cewek gue dari arah dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Love Story
Kısa Hikaye- ONESHOTS - Isinya, cerita pendek yang aku buat untuk memancing kembali rasa interestku terhadap hobiku yang hampir tiga tahun tidak tersalurkan. Semoga tulisanku ini berkembang dan mendapat banyak cinta dari kalian reader-nim. Ehe :)) ©copyright...