05. Another Love

83 19 1
                                    

Sewaktu Hyunjin pulang kerumah. Ia termenung sesaat melihat ada sebuah mobil bercat hitam mengkilap bersih dan terlihat terawat. Sepertinya ia terbiasa melihat mobil ini terparkir di halaman kampus. Ia pun tak langsung masuk kerumahnya, ia memilih lewat pintu belakang rumah.

"Jin?"

Hyunjin terkejut saat Yeji mendapatinya melewati pintu belakang. "Lo tumben banget lewat pintu belakang, emang kenapa?" tanya perempuan itu

"Gak enak ada tamu didepan" jawab Hyunjin menetralkan ekspresinya didepan Yeji

"Itu cuma papanya Bangchan yang kesini kok"

"Ngapain?" tanya Hyunjin terkejut, tebakannya ternyata benar

"Yaa buat diskusi soal pernikahan gue"

Hyunjin menghampiri Yeji yang membuka kulkas mencari sesuatu.

"Ji lo serius mau nikah? Kita kan sepantaran? Terus gimana sama rencana lo yang mau kuliah tahun depan? Lo juga masih harus kerja kan di tempat kerja papa?" Hyunjin menghujani pertanyaan dengan raut gusar

"Kan nikah cuma sehari dua hari, gak mungkin dong cuma karna nikah gue gak mau wujudin kemauan gue buat kuliah? Gue juga lagi cuti Jin, santai aja papa juga ngizinin kok. Papa sama mama juga setuju-setuju aja, kalo gue mau kuliah meskipun udah jadi istri orang" jawab Yeji dengan santai

"Tapi, lo gak bisa ambil tiga posisi sekaligus Ji, wanita karir, study lo, terus rumah tangga lo?gimana?"

Yeji terkekeh pelan melihat keseriusan wajah Hyunjin diselimuti rasa khawatir yang entah datang dari mana. Yeji tidak mau ambil pusing, ia menyentuh pundak Hyunjin.

"Udah tenang aja. Lo lupa? gue itu kan wanita hebat. Apa aja pasti gue bisa" ucap Yeji menepuk pundak Hyunjin meyakinkan

"Terserah lah Ji" Hyunjin terlihat tidak puas dengan jawaban itu dan memilih pergi untuk ke kamarnya

"Lo gak suka ya gue nikah?"

Hyunjin berhenti ketika mendengar pertanyaan tersebut. Ia panik, "Enggak bukan gitu, gue takut aja kalo misalkan, nasib lo kayak...kayak temen-temen gue yang juga nikah muda, kayak lo gini" katanya sedikit terbata

Melihat Yeji yang menatapnya menggebu-gebu, Hyunjin tahu apa maksud saudaranya itu. Dia pasti menghampiri dan memeluknya seraya berkata :

"Aaa sosweet banget sihh kembaran gue. Udah tenang ajaaa, gue yakin pilihan papa pasti gak pernah salah"

Hyunjin perlahan membalas pelukan Yeji meski ragu, hatinya tak setuju soal pilihan ayahnya yang hanya diperuntukkan untuk Yeji saja. Lalu bagaimana dengannya? Ia juga ingin memilih tapi pilihannya justru jadi milik orang lain.

"Ada baiknya kita majuin aja hari pernikahannya Pak, supaya anak saya itu ada waktu luang lah sebelum dia yudisium"

Hyunjin melepas pelukan Yeji darinya. Ia berjalan mendekati dinding untuk mengintip dan menguping obrolan santai namun serius milik keluarganya dan keluarga Bangchan.

"Dimajuin? Wihh gak apa-apa deh karna persiapan juga udah 80 persen. Ya saya sih bisa saja"

"Iya sekiranya, dua minggu dari sekarang bagaimana?"

Mereka terkekeh gembira bersama terlihat wajah setuju yang jelas terungkap.

"Yaa saya sih setuju sama istri saya soal ini. Tapi gatau deh itu anak saya Yeji. Yeji gimana nak?" ayahnya bertanya begitu ke arah dapur

Hyunjin menoleh kebelakang dimana Yeji mulai memperlihatkan diri dari acara mengintip bersama Hyunjin di dapur. Dengan senyum malu-malu dia mengangguk yakin. Harusnya Hyunjin turut bahagia, bukan merasa semakin tidak suka dengan keputusan mereka. Hyunjin meremat tali tasnya yang digendong di pundak. Rasanya ia tidak ingin hadir diacara mereka nantinya. Bagaimapun juga ia pernah jadi peran untuk mengisi hari-hari tanpa rasa bosan bersama kakak tingkatnya itu. Tak tahan karna hatinya semakin terasa perih, Hyunjin memilih pergi dan masuk ke kamarnya.

Hidup Hyunjin dipenuhi kejutan yang menyedihkan. Ia menangis dengan menutup bibir agar suaranya tak terdengar dari luar. Dua minggu lagi dan persiapan mereka sudah 80 persen, kemana saja Hyunjin sebelumnya? Kenapa ia baru mengetahui kalau Yeji sudah lama mempersiapkannya dengan Bangchan?

•••••

"Hah? Dimajuin?, pa tapi kan dari awal kita udah sepakat kalo pernikahannya itu bulan depan?Yakali pa, aku skripsian sambil ngurus nikah?" Bangchan menghampiri ayahnya dengan wajah serius dan tak terima

"Nurut aja, semakin cepat semakin baik. Kalo bukan kamu siapa lagi yang bisa dihandalin?"

"Terus aja aku, aku yang jadi sasaran! Kalo bukan karna dipaksa gini, aku gak mau nikah. Aku juga punya pacar pah!"

Tangan besar dengan kepalan penuh itu melayang menonjok tulang pipi pada wajah Bangchan. Seketika membuat Bangchan merasa kesemutan pada wajahnya.

"Kan papa udah bilang dari awal! Jangan pacaran sama laki-laki! Entah siapa yang kamu cium di acara kampus waktu tahun lalu. Bikin malu! Kalo papa denger sekali lagi kamu bahas pacar kamu. Silahkan keluar dari rumah ini!"

Nafas terburu dengan emosi memuncak itu harus dikeluarkan dengan air mata yang nyatanya tak kunjung keluar karna terlalu menyesakkan. Chan emosi karna semuanya harus mengikuti peraturan sang ayah. Ia tak menyangka kalau nasibnya akan menjadi seperti ini. Bukan hanya satu kontra itu saja yang membuatya harus dinikahkan tanpa bertanya terlebih dahulu padanya. Tapi ada satu rahasia yang harusnya tidak melibatkannya dalam pernikahan ini.

Chan menelpon Yeji untuk meminta bertemu. Hal ini perlu dibicarakan pada perempuan berambut panjang itu. Chan akhirnya pergi menjemput Yeji kerumahnya, bukan Yeji yang pertama ia lihat melainkan Hyunjin yang sedang menyiram tanaman di pekarangan rumahnya.

"Nyari Yeji?" dia bertanya dengan menoleh sekilas

Chan mengangguk pelan. "Iya"

"Ada tuh, tunggu aja didalem" Hyunjin tetap ramah walaupun merasa canggung dengan Chan.

Meski dipersilahkan masuk, Chan tidak memilih untuk menunggu Yeji didalam rumah. Ia memilih untuk menghampiri Hyunjin. Hyunjin terkesiap ketika Bangchan memegang kedua pundaknya dan menatapnya lembut.

"Gue janji, suatu hari nanti. Gue pasti tepatin omongan gue waktu di backstage. Gue gak akan lepasin lo, gue bakalan bilang kalo lo adalah pacar gue didepan bokap gue"

Hyunjin melepaskan pegangan pada pundaknya seraya menggeleng. "Udah gak bisa kak. Gak akan ada harapan lagi dan gue minta setelah lo nikah sama Yeji, jangan pernah sakitin dia"

"Tapi perasaan gue itu buat lo Jin, bukan Yeji" Chan protes dengan berbisik lembut berharap Hyunjin masih memberinya kesempatan

"Kak, lo harus ngerti. Kalo lo bakalan jadi calon kakak ipar gue. Lo gak bisa naruh perasaan lagi ke orang lain selain buat Yeji, karna masa depan lo itu sekarang bukan gue tapi Yeji" ucap Hyunjin meyakinkan Bangchan

"Apa itu artinya lo udah gak punya perasaan yang sama lagi ke gue Jin?"

Hyunjin mengalihkan pandangan enggan menjawabnya karna ia takut kalau Bangchan justru gagal menikahi Yeji nantinya. Meski ia ingin tapi ia tidak tega kalau sampai itu terjadi.

"Kalian bahas gue?"

Hyunjin dan Chan menoleh secara bersamaan kearah Yeji yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah. Wajah keduanya pucat seketika, bagaimana kalau Yeji mendengar semua yang mereka bicarakan tadi?

"Kita tadi.." Bangchan menoleh kearah Hyunjin dengan gagu

"Kita cuma sapa-sapa doang karna udah lama gak ketemu" jawab Hyunjin cepat sembari tersenyum canggung dan tak mau menatap Bangchan disebelahnya

"Kenapa mukanya pada tegang gitu sih? Gue bercanda kali" Yeji tertawa pelan "Ayo pergi. Jin gue pergi dulu ya" Yeji menyelipkan tangannya pada lengan Bangchan didepan Hyunjin

Melihat Hyunjin sekilas menatapnya, Bangchan perlahan mengendurkan tangan Yeji hingga terlepas. Yeji tak keberatan meski sedikit kecewa, dengan sikap Bangchan yang terkesan dingin padanya. Harap-harap setelah menikah, dia jauh lebih baik daripada ini.





Note
wanjir dari bulan april loh ges, aku baru post lagi, ini draft percaya deh. aku gada ngetik apa" lagi garink segarink garink nya. hopefully ada orang barangkali seprintil aja yg baca ini wkwkwk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AfterthoughtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang