٦

1 0 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Sepersekian detiknya dalam hidup adalah kuasa-Nya"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
🌻

(Adhrian Pov)

Aku segera bergegas meninggalkan Naura yang sama sekali enggan ku hiraukan.

Entah apa yang ada dalam benak Ku saat ini tak karuan. Semoga saja ada petunjuk dari Allah melalui ikhtiar ku dalam mencari sekolah yang memiliki pondok pesantrennya.

Mengheningkan cipta, dimulai.

Disepanjang jalan tak sedikitpun suara ku lontarkan. Aku membatinkan gemuruh riuh yang ada dalam benakku saat ini.

Tak berselang waktu lama, kami sampai pada tempat tujuan. Aku dan teman-temanku segera turun dari motor.

Pandanganku seketika membeku pada satu titik di depan sana. Takdir, itulah yang semakin membuatku yakin. Kebingunganku tadi hilang sirna seketika setelah kulihat Dia.

Bolehkan, jika tiba-tiba merasakan bahagia walaupun hal ini bisa berubah kapan saja.

Aku dan temanku segera menuju kantor sekolah menemui guru disana untuk meminta izin survey mengenai aula ataupun tempat-tempat yang ada.

Arghhhh, bagaimana ini. Aku semakin mendekat ke arahnya. Dia yang sedari tadi diam di depan ruang kantor sembari mengobrol dengan beberapa teman siswinya, ku padangi. Dan benarlah Ia, sosok yang kulihat 3 hari lalu.

Sepertinya dengan keadaan yang tak memungkinkan ini aku takkan bisa menyapanya. Tapi, hanya sekadar memandanginya pun sudah cukup bahagia.

Tiba-tiba saat hendak melewatinya, seketika ia melihat kearahku lalu memalingkan kembali wajahnya dengan amat sangat dingin.

"Busyetttt ... jutek amat tuh cewe," ketusku dalam batin.

Ahh ... biarlah mungkin aku belum mengenalnya seutuhnya maka dari itu sikapnya sedingin kulkas. Tak seramah 3 hari yang lalu. Ataukah Dia tak mengingatku atau apapun itu aku menjadi semakin ingin mengetahui kebenarannya.

Tok ... tok ... tok ...

"Assalamualaikum," ucap kami serentak. Tak hanya mengetuk pintu sebagai isyarat, kami pun mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam warrahmatullah," jawabnya. Salah seorang guru menghampiri kami.

Aku memulai tanya lebih dahulu sembari menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami disana.

"Ohiya sebentar ya saya ke dalam dulu," ucapnya.

"Iya, baik pak," jawabku singkat.

Tak lama kemudian ...

"Mari saya antar," ucap salah satu guru disana. Beliau pun mengantar kami berkeliling. Tak hanya itu, beliau juga menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari kami secara seksama, memaparkan serta menjelaskan tempat maupun aula yang ada di sekolah itu.

Setiap jawaban ku simak dengan baik. Adapun setiap sudutnya ruang yang ada disana ku amati sama baiknya.

Sekolah yang sederhana, memang. Tetapi, suasana sejuk yang timbul dari pepohonan disekitar bangunan membuat sesiapa yang datang merasa nyaman. Ditambah memiliki asrama untuk putra yang  berkesan pedesaan karena dekat dengan perkebunan dan sawah warga menjadikannya terlihat lebih menarik.

Sepertinya kini aku telah menemukan jawabannya. Keputusan akan segera ku sampaikan pada orang tuaku.













Nursyam_18
Setelah sekian lama tak up. Mudah-mudahan bisa segera terselesaikan ...
Monggo, kritik, saran, dan komentarnya yaa.. biar lebih cepat up lagi di cerita selanjutnya😊😄

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ada Asmara Dalam AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang