Chapter 34 - Jimin-ssi

779 78 4
                                    

🌻Happy Reading🌻
.
.
.
.

Satu minggu kemudian...

Bagi Mina, pengalaman menyedihkan dirinya bersama Jungkook bagai trauma yang mendarah daging. Jika saja dirinya tak dekat dengan pria gila itu, sudah pasti hidupnya tak akan sehancur sekarang ini. Rasa benci terkadang timbul begitu saja di hati Mina kala mengingat Jungkook.

"Kau cengeng sekali, Mina" ucapnya pada dirinya sendiri saat dirasa air mulai turun membasahi permukaan wajah.

Yah, kalian tahu? Sohyun yang notabennya teman kerja di toko, kini dia sedang berjalan menuju ketempat Mina duduk di sebuah kursi. Mengingat beberapa jam yang lalu, Sohyun terus berusaha mendekati Mina dan mengajaknya mengobrol. Hingga berakhirlah mereka memutuskan untuk bertemu di sini.

"Apa kau suka tempat seperti ini?" tanya Sohyun seraya memilih tempat duduk di samping Mina.

"Yah, tidak terlalu buruk." Memang tempatnya tidak ramai, sehingga Mina mau mendatanginya. Coba saja jika ramai, ia tak akan mau melakukannya.

"Kau benar, di sini tidak terlalu buruk. Hanya saja udaranya cukup dingin. Tapi tak masalah, aku sengaja membawa soju untuk menghangatkan." Sohyun benar mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung plastik yang ia tenteng.

Mina memang merasa sedikit canggung dengan posisi hanya mereka berdua saja. Apalagi, penampilan Sohyun yang sedikit menarik perhatian Mina. Entahlah apa yang membuat Mina begitu menyukai tatanan rambut yang mengingatkan pada seseorang.

Ups, astaga. Mina kembali menepis jauh pikirannya yang akan menjerumus ke hal-hal yang membuatnya menjelajah ke masa lalu. Tak hanya itu, sikap Sohyun yang begitu perhatian pun menjadi salah satu tolak ukur untuk dijadikan temannya. Jujur, Mina membutuhkan seorang teman yang peduli dan perhatian padanya.

Di saat pikiran berkelana mencari sesuatu yang abstrak, namun atensi Mina harus kembali tertuju pada sebuah lengan yang menyodorkan sesuatu ke arahnya. Yah, Sohyun telah memberinya secangkir soju yang terlihat menggoda untuk segera disesap.

"Terima kasih," lirihnya sebagai tanda bahwa dirinya menerima dengan senang hati.

Dulu, Mina bukanlah tipe wanita yang menyukai minuman seperti soju. Masih ingat sekali, waktu Jungkook memberinya satu gelas soju membuatnya mabuk kepayang. Tapi sekarang ini justru berbanding terbalik, ia menyukai soju. Meski tak banyak, tapi menurutnya itu tak masalah.

"Mina.." panggilan Sohyun berhasil membuat Mina menatap sekilas pria di sampingnya.

"Apa kau pernah memiliki kekasih?" pertanyaan Sohyun membuat Mina kembali terdiam, dari gesturnya terlihat ia tak ingin menjawab pertanyaan Sohyun.

Tetapi, justru di luar dugaan alam semesta. Dengan berani dan percaya diri ia mengatakan, "iya."

"Wah, aku kira perempuan sepertimu tak menyukai percintaan."

"Awalnya memang begitu sebelum bertemu dengan seseorang. Tetapi setelahnya, dunia begitu berubah. Aku tak bisa memungkiri bahwa diriku akan terjerumus amat sangat dalam hanya karena cinta. Jujur, aku sangat membencinya karena semua itu hanya kepalsuan," tuturnya dengan nada sedikit bergetar.

Kemudian tak ada lagi kalimat yang terucap dari bibirnya, justru yang terdengar hanya suara angin yang berembus menerpa dedaunan kering di sekitar mereka. Sohyun sedikit merasa iba dengan Mina yang tanpa ragu sudah mengatakan kehidupan percintaannya pada Sohyun yang notabennya baru saja kenal.

Sohyun lantas membenarkan posisinya agar dapat menghadap kearah danau yang terlihat mengkilap karena cahaya lampu yang memantul. Ia pun mulai membuka percakapan kembali, di mana sebelumnya terasa begitu hening.

"Terkadang cinta dapat membuat siapapun menjadi gila. Sampai ia tak sadar, bahwa yang berharga dalam dirinya pun harus lenyap seiring dengan gelapnya mata untuk memandang apa yang sebenarnya."

Jujur, Mina sedikit terenyah dengan kalimat yang terlontar dari bibir Sohyun. Benar, memang benar apa yang dikatakan Sohyun tak bisa ia bantah. Haruskah Mina malu dan tenggelam di dasar danau? Haruskah Mina menghilang dan tak bertemu Sohyun lagi? Kenapa Sohyun seperti cenayan? Apa dia dapat membaca pikiran seseorang? Demi Tuhan, itulah pertanyaan demi pertanyaan yang terus berputar di kepala Mina.

"Apa kau pernah mengalami hal yang sama? Hingga kau dapat mengatakan hal seperti itu?" tanya Mina yang sudah amat penasaran.

"Tidak. Aku hanya belajar dari pengalaman teman-temanku," jawab Sohyun yang membuat Mina mengangguk paham. Padahal Mina sudah berharap jika itu pengalaman Sohyun sendiri, tapi apa boleh buat.

"Jadi, selama ini kisah cinta dirimu dan kekasihmu baik-baik saja?" tanya Mina kembali, tanpa memikirkan dirinya yang sudah terlampau jauh mengorek informasi dari Sohyun.

"Jangan tanyakan tentang kisah cintaku. Itu jauh lebih buruk dari apapun," ucap Sohyun membuat Mina mengernyit bingung. Masalahnya pria di sebelahnya tidak langsung bicara pada intinya.

"Mina, sebenernya aku ingin sekali mencari seseorang yang dapat menjadi pendengarku di saat aku ingin mencurahkan isi hatiku. Apa kau mau mendengarku bercerita? Hanya malam ini saja, aku berjanji." Mina terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk yang tandanya menyetujui permintaan Sohyun.

"Ya, aku akan mendengarnya."

"Sohyun-ssi.." suara lantang dari arah belakang berhasil mengalihkan atensi Sohyun untuk menghadap ke sumber suara. Sangat berbeda dengan Mina yang tak berkutik dari posisi awalnya. Mungkin ia sudah mengira jika itu adalah kekasih Sohyun. Mengingat, tempat ini yang biasa Sohyun gunakan bersama dengan kekasihnya.

"Mina, kau tunggu di sini saja. Aku akan datang secepatnya," ucap Sohyun yang kemudian beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri seseorang yang diduga kekasih Sohyun.

Nyatanya sudah hampir dua puluh lima menit Mina menunggu Sohyun yang tak kunjung datang. Entahlah pria itu mengajak kekasihnya kemana, intinya sekarang Mina sangat bosan. Ia pun memilih beranjak dari tempat duduknya berniat akan pulang sendiri. Tetapi, pada saat di perjalanan, tiba-tiba terdengar suara langkah seseorang yang berada di belakangnya. Mina bahkan masih sempatnya menghentikan langkah hanya untuk memastikan itu hanya se-ekor kucing.

Tak lama setelah itu muncul lah seseorang dari balik gelapnya malam. Seseorang itu menggunakan pakaian formal berwarna hitam dengan keadaan kacau. Terlihat dari kancing kemeja yang beberapa terlepas, keringat memenuhi wajah hingga lehernya dan rambut yang sudah berantakan.

Mereka berdua sama-sama dilanda keheningan saat manik mereka saling beradu untuk mengetahui siapa sang pelaku. Justru hanya terdengar suara napas yang memburu, sialnya itu bersumber dari pria di depannya.

"Mi-na?" ucap sang pria dengan sedikit terbata karena masih tak percaya jika wanita di depannya Mina atau bukan.

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mungil Mina. Ia hanya masih heran, mengapa pria ini bisa berada di sini dengan keadaan yang sangat tak layak. Seolah tak mengingat apapun, Mina berniat untuk pergi begitu saja. Namun, pria itu justru menghentikan langkah Mina dengan menghadangnya.

"Mina, apa kau benar Mina?" tanya pria pemilik bibir seksi itu.

"Pergilah, Jim. Aku sudah tak ingin berurusan dengan siapapun," usir Mina dengan nada rendah tapi menusuk.

"Tidak akan. Selama ini aku mencarimu, rupanya kau di sini." Kedua tangan Jimin sudah bertengger dikedua bahu Mina.

Mina berusaha menyingkirkan tangan Jimin darinya, tetapi Jimin lebih dulu menyergapnya dan membawanya ke dalam pelukan mesra. Tanpa Mina sadari, Sohyun tengah melihat dari kejauhan dengan perasaan yang berbeda.

"Cukup Jimin!"

"Sudahku katakan, aku tidak akan melepasmu lagi. Sebelum kau berjanji padaku."

"Jangan membuatku marah, Jim."

"Itu lebih baik, karena aku akan tetap membawamu."

"Shit."


.
.
.
.

Vortex Of Passion [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang