3

411 53 1
                                    

"Bang, lo kalau nganter jangan cuma sampai sini kenapa? Masih jauh anjir, gue cape jalan."

"Masih mending gue nganter lo ya! Ini tuh biar gue ngga susah muter baliknya." ucap Manaska, manager dari seorang Mares Leovando.

Merupakan seorang teman dari kakak Mares, membuatnya mau untuk menjadi manager Mares, meski ia juga termasuk salah satu yang memiliki jabatan tinggi di perusahaan yang menaungi Mares.

Memang Manaska dan Mares sudah lama mengenal, jadi mereka memang sedekat itu. Manaska menjadi manager Mares pun, karena Manaska yang ingin. Ia begitu menyayangi Mares seperti adiknya sendiri meskipun bukan keluarga. Ia tau kehidupan Mares sedari kecil, bahkan ia menjadi satu-satunya yang menemani Mares saat semua keluarga Mares yang lain sedang sibuk.

"Bang, nanti malem schedule penuh ya?"

"Iya. Kenapa?"

"Gue harusnya ada latihan ntar, tapi yaudah ngga papa gue izin."

"Ngga ada kabur-kaburan lagi. Awas lo!" tegas Manaska.

"Eh, Res, ini kunci motor si Ken. Udah di gue dua mingguan ngga diambil, motornya di apart lo," cegahnya saat melihat Mares akan keluar mobil.

"Dia mah banyak motor. Satu ilang juga kaga ketahuan," Mares menerima sodoran kunci itu, lalu membuka pintu mobil. Tanpa pamit ia langsung meninggalkan Manaska yang berdecak melihat kelakuannya.

Mares memasuki kampus menuju gedung prodi musik. Hari ini ia harus tampil dalam pembukaan festival pameran yang diadakan oleh prodi seni rupa, prodi dari temannya, Razan.

Prodi musik mendapat undangan khusus untuk mengisi pembukaan pameran tersebut. Ah! Mungkin bukan hanya prodi musik, tapi juga tari. Ia baru saja melewati fakultas tari yang memang bersebelahan dengan fakultas musik. Terlihat banyak anak tari bersiap dengan kostum mereka, mulai dari tari tradisional, dance modern, bahkan ada juga balet.

Jangan heran jika kampus mereka jarang melakukan pembelajaran di kelas dan sering sekali mengadakan acara, karena memang mereka dibebaskan untuk langsung merasakan terjun ke lapangan.

Bahkan para dosen pelatih dan pendamping tiap prodi begitu santai jika saat kelas banyak mahasiswa yang tak hadir. Karena mereka tahu, para mahasiswanya sedang menunjukkan kemampuan mereka, baik dalam acara kampus yang sudah pasti melibatkan semua jurusan, ataupun di luar kampus dalam sebuah lomba atau undangan sebuah acara. Itu juga termasuk dalam meningkatkan kualitas diri.

Mares berhenti sejenak menatap ke arah dance room yang tampak penuh. Ia melambaikan tangan menanggapi Hesa yang menyapanya dari dalam. Ternyata ia sudah sedekat itu dengan rekan-rekan sekelompoknya, padahal ia jarang ikut berkumpul bahkan jarang juga berada di kampus.

"Bang! Kita gladi abis pemasangan banner ya! Paling lima belas menit lagi!" suara Razan kini tiba-tiba terdengar dari arah sampingnya. Ia tak menyadari kehadiran Razan karena sedang mencari seseorang.

"Iya, nanti gue kabarin yang lain," sahut Mares pada Razan yang merupakan divisi acara.

"Ada beberapa yang udah di sana kok."

"Oh.. Kalo gitu gue siap-siap dulu," ucap Mares. "Eh Zan, lo divisi acara kan kaya Ahas. Semangat! Siap-siap tepar kelar acara," ucapnya lagi kali ini diakhiri dengan usapan di kepala Razan membuat pria mungil itu sedikit tersentak.

"Ahh haha... Iya, Bang.."

Mares akhirnya berlalu dari sana. Mares tak tau, bahwa seseorang yang tadi dicarinya, sekarang sedang berdiri di belakang Razan sambil menenteng zipper berisi sandal.

***

Aula fakultas seni rupa penuh oleh lautan manusia. Akhir tahun memang akan ada banyak acara besar yang dilaksanakan. Salah satunya yaitu ini. Pembukaan pameran seni rupa tahun ini terasa lebih meriah dari tahun lalu. Banyak tamu undangan untuk dosen seni universitas lain, seniman yang merupakan alumni, sampai seniman-seniman terkenal juga datang ikut memeriahkan. Para alumni jelas akan banyak yang datang juga.

BADBOY JEVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang