2

569 71 4
                                    

Mares menghela napas menatap lelaki di depannya. Melamun dengan muka melas yang sebenarnya ingin sekali Mares pukul agar sadar bahwa muka itu sangat menjengkelkan.

Kenan mendongak saat Mares meletakkan satu kaleng soda di depannya. "Minum lo, ngapain sedih-sedih sih, bro."

"Lo ngga tau masalahnya, ngga usah ikut campur!" tegas Kenan lalu menggapai soda tadi.

"Ck, masalahnya tadi temen gue yang lo tahan-tahan, pake acara berlutut segala lagi."

"Dia beneran kakaknya Rafa?"

"Lah mana gue tau. Rafa aja gue ngga tau--

--eh? Jevano?"

Kenan memutar badannya mengikuti arah pandang Mares. Baru saja mulutnya terbuka untuk menanyakan siapa yang dimaksud, lengannya sudah ditarik paksa.

"Apa-apaan sih, Res!"

"Udah lo ikut aja deh. Apa mau gue tinggal?"

"Ck"

Mares langsung melajukan mobilnya sesaat setelah Kenan masuk. Ia mengikuti Jevano yang pergi meninggalkan minimarket menggunakan motor.

Sekitar sepuluh menit perjalanan, akhirnya Jevano menghentikan motornya di samping sebuah bangunan yang Mares tau merupakan sebuah bar. Ia tau karena ia pernah sekali berkunjung bersama rekan modelnya, lebih tepatnya mantan pacarnya.

Melihat Jevano masuk ke dalam bar, Mares segera memarkirkan mobilnya. Menyuruh Kenan turun yang ditanggapi dengan dengusan tapi tetap mau menurutinya. Saat masuk, Mares berdiri di tempat yang ramai sebentar. Matanya menelisik isi bar, mencari Jevano.

Lalu saat matanya menemukan, Mares membulatkan mulutnya saat tau bahwa Jevano merupakan salah satu bartender di sana. Jevano bekerja di sini. Terlihat Jevano menyapa bartender lain, lalu menempatkan diri di bagian yang menyajikan minuman tequila.

Mereka masuk dan Mares mengambil tempat jauh dari jangkauan Jevano, yang di sana sudah ada bartender lain.

"Goblok," ucap Kenan reflek menggeplak kepala belakang Mares.

"Apa sih!"

"Absinth," Kenan menunjuk minuman di depan mereka, "mau mabok lo?"

Mares terbengong sebentar, sedikit menyengir lalu menarik Kenan lebih jauh, ke bagian lequeur. Ia teringat saat pertama kali mencoba meminum absinth, baru berapa tenggak saja ia sudah mabuk. Jelas, karena kadar alkohol absinth sangat tinggi.

Mereka duduk, lalu memesan minuman yang sekiranya tidak membuat mereka terlalu mabuk.

"Lo? Tiba-tiba? Ke bar? Emang besok lo ngga ada jadwal?" Celetukan Kenan mengalihkan perhatian Mares. Mereka duduk berhadapan.

"Gue ngga mau mabok. Kayanya lo sih yang bakal mabok. Rafa." jawab Mares menyeringai.

"Anjir lo, gue sumpahin lo bakal dateng ke 'Paradise Lounge' secepatnya."

"Bangsat! Hampir aja gue bogem lo, Ken. Jangan main-main sama trauma orang."

Kenan terkekeh, tidak bermaksud bermain-main dengan trauma yang dimiliki Mares. Ia tau Mares masih belum seratus persen berdamai dengan masa lalu. Tapi mendengar Mares sedikit santai menanggapinya, Kenan bersyukur, Mares sudah berangsur damai dengan itu.

"Lo duluan yang mulai jing! Tapi gue masih penasaran. Si tadi temen lo, siapa namanya? Ya pokoknya kakaknya Rafa itu, bisa semirip itu sama Rafa sumpah."

Mares mengangkat alisnya, "Gue masih belum tau masalah lo apa sama Rafa," lalu menenggak minuman yang tadi sempat ia pesan.

Kenan meringis, "Gue brengsek, gue mengakui itu. Dulu Rafa ngejar-ngejar gue padahal dia anak baik-baik. Lu tau kan lah gue dulu pas awal-awal kuliah lagi brengsek-brengseknya. Waktu itu Rafa--"

BADBOY JEVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang