4

288 26 7
                                    

"Biar saya yang ganti rugi. Berapa?" Jevano tersentak saat seseorang berkata di belakangnya. Apalagi dengan apa yang diucapkan orang itu.

"Kamu siapa? Ngga usah ikut campur! Urusan saya sama pelayan ngga tau diri ini."

Mares menatap datar orang itu, melirik Jevano yang hanya terdiam menunduk, menatap sekeliling lalu kembali menatap ke orang di depannya.

"Saya pacarnya." Terdengar pekikan kaget dari orang-orang, mereka langsung mengeluarkan HP dan memotret juga merekam Damares. Jevano melotot, menatap tak percaya ke arah Mares. Apa katanya tadi? Pacar? What the heck!

"Oh, kalau begitu kamu sama aja dong kaya dia. Sepatu saya mahal, barang branded-"

"Saya tanya berapa harganya?!! Tidak usah bertele-tele!" tekan Mares.

Orang itu menciut. "S-sepuluh juta."

Mendengar itu Jevano lagi-lagi melotot. Ia melirik ke arah Mares yang terlihat tenang mengeluarkan handphone dari dalam sakunya.

"Nomor rekening?"

Pria itu menyebutkan nomor rekeningnya. Jevano menarik kecil baju Mares, mencoba menghentikan kelakuan lelaki itu. Tapi Mares tetap tak peduli.

"Sudah saya transfer. Tolong kalau lain kali butuh uang, ngga usah sok marahin pelayan. Sepatu gitu harganya sepuluh juta? 500 rb saja sepertinya ngga ada."

Setelah mengatakan itu, Mares menarik Jevano ke belakang, ke bagian biasanya pelayan keluar masuk.

"Ambil barang-barang lo, kita balik."

"Apaan sih, gue lagi kerja."

"Jevano please, sekali aja turutin gue. Biar gue yang ngomong sama bos lo nanti."

Jevano menatap kesal pada Mares, tapi akhirnya ia menurut. "Sebentar."

***

"Turun"

Jevano hanya terdiam, ini bukan kosnya, jadi dia tidak mau turun.

"Jev.."

"Anter gue ke kos, yang tadi besok gue ganti, ah! Sama yang waktu itu juga."

Mares mengernyit tidak suka. Kenapa Jevano sangat susah tersentuh. Ia turun, memutari mobilnya-yang tadi diantarkan oleh supir keluarganya- lalu membuka pintu penumpang di mana Jevano duduk.

"Turun Jevano!" Ucapnya dengan sedikit penekanan.

"Gue mau pulang."

"Ini pulang. Sekarang ini apart lo, lo ngga usah tinggal di kos. Tinggal bareng gue."

Jevano menatap tajam Mares, "apa-apaan? Seenaknya lo ngatur gue, siapa lo? Saudara bukan, temen juga bukan."

Mares menghela napas dengan mata yang tertutup, sesulit ini untuk mendekati Jevano. Apa ia harus menurunkan egonya?

"Iyaa, nanti gue antar balik. Sekarang gue mau ngobrol dulu, penting," ucapnya dengan nada sedikit tenang.

"Udah mau malam, sekalian makan malam dulu," lanjutnya.

Mares menggapai tangan Jevano karena lamanya jawaban dari Jevano. Sedikit menarik Jevano agar keluar, "Please.."

Jevano akhirnya keluar. Tangannya menenteng tas gendongnya dan satu tangannya masih digenggam Mares.

Mares tinggal di Apartemen mewah yang jaraknya sekitar 5 KM dari kampus. Unitnya berada di lantai 7 No. 223. Apartemennya memiliki dua kamar yang satu kamarnya Mares rombak menjadi studio musik, ruang tamu sekaligus ruang TV yang luas, dapur dengan kitchen bar juga meja makan di sampingnya, lalu ada ruangan yang biasa dipakai untuk kerja dan belajar.

BADBOY JEVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang