Tiga hari lagi dan pengambilan nilai dance akan dilakukan. Kelompok yang dipimpin Marva kini duduk melingkar. Kembali mengevaluasi latihan mereka. Semua terlihat tegang karena sedari tadi Marva tak berhenti berdecak tapi tak mengatakan apa-apa.
Razan menggigit bibirnya khawatir, Hesa dan Jema beradu tatap dengan cemas, Carlo menggigit jarinya meski terlihat tenang, Jidan berdiam diri tapi ekspresi wajahnya tak bisa bohong kalau dia sedang takut, dan terakhir Jevano hanya memperhatikan Mares dalam diam.
"Kalian ulang dari awal, gue lihat dari sini."
Akhirnya kalimat keluar dari mulut Mares. Meski semua tak berekspektasi harus kembali mengulang dari awal karena mereka sudah hampir pingsan sudah 9 kali mengulang latihan hari ini. Dan hari juga mulai gelap, padahal mereka mulai berkumpul sejak pukul 14.00.
Jevano berdiri duluan di antara yang lain.
"Ayo," ucapnya.
Sebenarnya yang lain masih terheran dengan Jevano yang beberapa hari ini cukup kalem. Ia bahkan juga dengan semangat menjalani latihan. Tak pernah lagi ribut dengan Mares dan malah beberapa kali terlihat mengobrol dengan Mares. Ah, jangan lupakan juga bahwa tak sedikit ia juga ikut tertawa saat yang lain saling melempar lelucon.
"Bang, kalo salah langsung tegur aja," saran Carlo yang sepertinya juga sudah lelah dengan latihan kali ini.
Mares memberikan jempol lalu langsung mendudukkan dirinya menghadap ke arah yang lain.
"Anjing, gue gugup." Hesa tak henti-hentinya bergumam.
Tentu hal itu dilihat oleh Mares yang membuatnya sedikit tertawa.
"Lanjut guys, kalo beres, langsung gue traktir."
"GAS!"
***
"Makasih bang."
"Sama-sama."
Jevano diam-diam memperhatikan Mares. Lelaki itu tampak diam menikmati burger yang ia beli untuk teman satu kelompoknya. Tapi, tangannya sedari tadi tak pernah berhenti memainkan ponselnya. Dan beberapa kali ia menolak panggilan yang masuk, tertera dari banyaknya dering yang berasal dari ponselnya sampai-sampai ia mengubahnya ke mode senyap.
Jevano terkesiap saat Mares memergoki menatapnya. Mares mengangkat alis dan bertanya 'kenapa?' tanpa suara. Lalu Jevano dengan santai menggeleng dan kembali menikmati burger di tangannya.
"Bang, lo jadi model gini, gaji berapa?"
Mares terkekeh mendengar pertanyaan Hesa. "Kenapa emang? Yang jelas bisa bikin sering traktir kalian."
"Ngga heran si kalo gede gajinya. Lo kerja di Tiger kan?"
"Iya," jawab Mares seadanya.
"Jujur aja nih bang, gue sebelumnya ngga terlalu tau tentang lo. Jadi gue kemaren searching tentang lo di internet." Kini Jidan ikut menanggapi obrolan yang Hesa angkat.
"Nemu apa lo?" Tanya Carlo seakan tau ke mana arah perkataan Jidan.
"Lo beneran suka gonta-ganti pacar, bang?"
Mares terdiam. Ia memang terkenal dengan berita itu dan sudah cukup lelah sebenarnya ia menanggapi orang-orang yang bertanya. Apalagi ia pasti akan terkena semprot kakek dan kedua abangnya.
Jevano menatap yang lain yang terlihat sangat penasaran. Tak dipungkiri dirinya juga penasaran. Apalagi setelah kejadian tak terduga yang menimpanya membuat Jevano terkadang was-was dengan berita apa yang akan muncul. Tapi sepertinya Mares menghandle dengan baik sehingga sampai sekarang pun berita antara dirinya dan Mares tak muncul di media manapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY JEVANO
Teen FictionGimana jadinya kalau si Badboy dan si Fuckboy yang awalnya sering ribut, saling jatuh cinta. Yang satu sering sering kena semprot, yang satu makan ati mulu karena berasa diselingkuhi mulu. Damares Leovando - Si Fuckboy Populer Jevano Apriliaro - Si...