chapter 6

515 21 0
                                    

Ian menghela napas lega, ternyata Olive dari tadi cemberut karena masalah cincin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ian menghela napas lega, ternyata Olive dari tadi cemberut karena masalah cincin. Sekarang dia nyengir lebar. 

"Oh, cincin. Aku taruh di kamar resor karena pikirku takut kena air dan hilang juga. Makanya aku simpen di sana. Kamu pakai cincinnya?"

Olive mengangguk. Kemudian dia pun mulai makan, "Selamat makan."

Ian makan dengan lahap, tapi berbeda dengan Olive yang makan secara perlahan. Seperti nggak ada selera untuk makan.

"Nggak biasanya kamu nggak semangat makan. Biasanya kamu kan paling semangat makan, Gembul," kata Ian menaruh punggung tangannya ke dahi Olive.

Olive refleks menghindar, "Aku nggak demam, kok!"

"Ya terus? Kenapa dari tadi diem aja? Coba kamu ceritain kenapa, aku pasti dengerin."

Perempuan itu hanya mengangkat bahu, "Nggak papa. Aku beneran nggak papa, kok."

"Yakin?" tanya Ian meyakinkan. Karena dibalik kata 'nggak papa' itu pasti terjadi sesuatu. Dan itu tentunya seratus persen benar-benar akurat. "Aku tipe orang yang nggak maksa buat cerita ke kamu, kecuali kalau ada yang mendesak. Kalau kamu butuh buat sharing ceritamu ke aku, just tell me. Call me. I'll be there."

"Kamu udah terlalu lama sendiri, Olive. Umur kamu yang sekarang yaitu 26 tahun itu udah seperempat lebih. Dan aku tahu kamu, kenal kamu udah bertahun-tahun. Aku tahu kamu orangnya seperti apa. Kamu terbiasa melakukan sesuatu sendiri. itu bagus, tapi jangan terlalu mengandalkan diri sendiri. Don't force yourself too much, Olive. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu tinggal bilang ke aku. Aku bisa nemenin kamu kok, biar kamu nggak sendirian."

Olive terpaku mendengar kata-kata Ian barusan. Jantungnya kini berdebar lagi, sama seperti kejadian di jetski tadi. Di mana Ian menaruh kedua tangan Olive di lingkaran pinggangnya.

"Mas," panggil Olive kali kedua.

"Ya, Olive?" tanya Ian lembut.

"Sebenernya Mas cinta sama aku?"

Sebenernya Olive agak-agak takut menanyakan hal ini karena penasaran, tapi akhirnya rasa penasaran itu semakin terbayang-bayang.

Lalu Olive pun menggeleng, "Nggak jadi Mas. Lupain pertanyaan aku yang barusan."

Ian mengangguk diam, "Oke."

Untuk mencairkan suasana dan biar nggak canggung-canggung banget selama siang ini, maka Ian mengajak Olive ke pusat belanja di Bali. Mulai dari Hardy's Sanur, Seminyak Village, dan masih banyak lagi. Ian sengaja rental sepeda motor di sana supaya memudahkannya untuk akses kendaraan. Dan untungnya Olive nggak mempermasalahkan sama sekali kalau kemana-mana harus naik motor.

Mereka mencoba memakai topeng barong khas Bali di sana sambil tertawa-tawa. Sepertinya mood Olive kembali seperti biasa.

Wajah penuh semangat Olive nggak luput dari pandangan Ian. Dia terpaku memperhatikan wajah cantik itu yang tersenyum lebar, mempertontonkan kecantikannya yang luar biasa.

one week to fall in love - dpr ian [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang