Pengumpulan projek pocari sudah dekat, Nadira, Farhan, dan Bu Tami kini berkumpul lagi untuk akhirnya menyelesaikan dan mengirim projek tersebut ke website yang tersedia. Mereka semua sangat bergembira karena akhirnya projek itu selesai juga.
"Makasih ya semuanya!" Bu Tami tersenyum kepada Nadira dan Farhan. "Kalian sudah bekerja keras, kita tinggal pasrah saja yah! Ayo ke kantin! Biar ibu beliin makanan yang kalian mau!"
"Ah.. Serius bu? Gapapa ini masih pelajaran?" Ucap Nadira antusias, keluar dari ruangan TU sekolah sementara Bu Tami mengangguk. Farhan terkekeh melihat tingkah laku Nadira yang melompat-lompat. "Matematika lagi ya, Ra?"
Nadira cengengesan, "Tentu saja.." Farhan tertawa. Setelah sampai kantin, mereka lalu duduk di meja tengah dengan posisi Nadira dan Farhan sebelahan, dan Bu Tami berada di depannya. Mereka lalu memesan apa yang mereka inginkan, sudah bisa ditebak bahwa Nadira pasti memesan mie ayam, sementara Farhan memesan nasi bakar.
Mereka pun mengobrol dengan Bu Tami, tentang bagaimana kegiatan mereka akhir-akhir ini, "Nak Farhan, kamu tahun depan kuliah jadi dimana?"
Nadira menatap Farhan juga, ia tampak penasaran, siapa tau ia bisa memecahkan misteri dari laki-laki yang masih samar ia kenal itu. "Mau satu almamater kayak ibu, di UNJ."
Bu Tami tampak sumringah, begitu pun Nadira. "Oh ya? Jurusan apa, Han?" Tanya Bu Tami lagi.
"Jurusan Pendidikan kimia Ibu.. Doain ya." Nadira menatapnya kagum, ia kini tahu fakta baru, lelaki di sebelahnya ini ingin bercita-cita jadi guru. Sungguh mulia. "Ih Keren banget.. Nanti kamu gantiin Bu Diah, ya!"
Farhan terkekeh. Bu Diah adalah guru kesayangan Farhan Abdurrahman-- ia merupakan guru kimia sekaligus ketua bimbingan KSM Kimia yang selalu membawanya menang itu.
"Keren." Tambah Nadira.
"Kalo kamu bagaimana Nadira?" Tanya Bu Tami beralih pada Nadira, Farhan menatap Nadira.
"Saya sebenernya belum terlalu berpikir matang, tapi saya mau di UI.. Ilmu komunikasi, Bu. Atau di Sosiologi." Farhan bertepuk tangan, mimpinya sangat berani dan keren. Begitu pun Bu Tami yang antusias.
"Keren, Nadira! Kamu berarti harus belajar lebih-lebih ya dari sekarang.." Nadira mengangguk seraya tersenyum, Bu Tami membuka ponselnya yang berbunyi, "Yah.. Ibu padahal masih mau ngomong banyak, tapi ibu dipanggil kepsek, Ibu duluan yah.. Kalian santai saja.."
"Baik Ibu, gapapa." Ucap Farhan dan Nadira. Bu Tami tersenyum dan perlahan menghilang dari pandangan mereka berdua.
"Halo Camaba UI.." Ucap Farhan usil membuka pembicaraan. Nadira terkekeh, "Halo juga calon bapak guru.."
Farhan tertawa.
"Keren banget.. Sesuka itu ya sama kimia?"
Dia mengangguk. "Iya. Dari dulu gue emang minat, sih. Terus diajakin Bu Diah buat gabung KSM. Akhirnya jatuh cinta banget sama kimia."
Nadira mengangguk. "Keren. Kalo pendidikan? Kenapa harus spesifik pendidikan?"
"Ah.. Bingung sih gak pernah ada yang nanya. Cuma kalo gue bisa bilang, gue melihat diri gue berada disana, Ra. Tapi sebenarnya bukan mau jadi guru," Nadira mengernyit, Farhan melanjutkan perkataannya, "Mau jadi dosen."
Nadira menatapnya. Lagi-lagi dibuat kagum dengan semua hal tentangnya yang semakin hari semakin membuatnya tertarik.
Aneh bagaimana rasa ini tiba-tiba datang, aneh bagaimana ketika melihat Farhan rasa kekhawatirannya dan rasa takut akan jatuh cinta lagi tiba-tiba semu, rasanya menyenangkan sekali bisa jatuh cinta lagi.
YOU ARE READING
I Have To Find Him!
Ficção AdolescenteNadira Kiara Cantika, seorang gadis yang berada di kelas 11 itu sedang mengalami fase patah hati setelah berjalan 6 bulan hubungan, ia dikhianati oleh pacar kesayangannya itu yang bernama Ali. Ali membuang Nadira seperti sampah dan memainkannya hab...