Hari ini, Gio membolos lagi. Sudah tiga hari dalam minggu ini, Gio membolos. Wali kelasnya sudah beberapa kali mencoba menghubungi orang tuanya. Namun, jawaban yang diberikan sama saja.
“Kami sebagai orang tuanya sudah mencoba membujuk Gio. Tapi, Gio tidak mau pergi ke sekolah.”
Tidak hanya wali kelas Gio. Namun, kedua orang tuanya juga sudah lelah membujuk Gio. Mereka terus membujuk, namun ditolak oleh Gio. Kedua orang tuanya memikirkan cara supaya Gio mau bersekolah tanpa membolos lagi. Akhirnya, mereka menemukan caranya.
“Gio, ikut papa dan mama pergi toko,” ajak mamanya.
Gio yang mendengarnya menyetujui ajakan mamanya. Ia ikut bersama kedua orang tuanya. Di perjalanan, mereka melewati sebuah panti asuhan. Ia bisa melihat anak-anak yang sedang bermain dan tertawa. Ia memperkirakan jika tidak semua anak di panti asuhan tersebut mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak lama kemudian, Gio melihat anak-anak yang harus mengemis di jalan.
Sepulang dari toko, Gio merenungkan kekeliruannya selama ini. Sudah tiga hari ia membolos. Ia merasa beruntung karena memiliki kesempatan untuk sekolah tanpa harus mengemis atau mengharapkan bantuan lain. Ia juga merasa bersalah karena ia menyia-nyiakan uang kedua orang tuanya dengan cara membolos. Ia juga menyia-nyiakan waktu yang seharusnya ia gunakan untuk menuntut ilmu. Ia berjanji untuk memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi.
“Kesempatan tidak datang dua kali. Selagi kita mendapat kesempatan, gunakan sebaik mungkin. Karena semua orang belum tentu seberuntung kita.”

KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA
Short StoryCerpen adalah suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang mengisahkan tentang sebuah cerita fiksi lalu dikemas secara pendek, jelas dan ringkas. Ada banyak cerpen dengan berbagai pesan di dalamnya. Begitulah cerpen, seperti dunia yang memiliki kebe...