Sebelum baca budayakan follow Author dulu ya Guys.
Jangan lupa votmennya juga.Happy Reading.
😘:
:
Setiap pemimpin mempunyai aturan yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya, begitu juga dengan Suhadi. Sebagai sosok yang mempunyai kedudukan tertinggi di rumahnya, dia membuat beberapa kebiasaan yang harus dilaksanakan, salah satunya yaitu, "Semua harus berkumpul di ruang keluarga sebelum tidur."
Semua itu Suhadi lakukan supaya anggota keluarganya bisa saling bertukar cerita, tentang kegiatan yang sudah dilakukan dalam satu hari ini. Sosok yang sering disapa Hadi itu ingin mengetahui apa saja yang sudah anggota keluarganya lakukan selama dia bekerja, terutama kegiatan yang dilakukan oleh kedua anaknya.
Mempunyai dua anak perempuan yang lahir dihari yang sama tidak membuat karakter mereka sama. Kata orang dahulu karakter seseorang bisa dilihat dari hari lahirnya, yang biasa orang bilang dengan sebutan weton. Namun pada kenyataannya watak kedua anaknya berbeda, padahal lahirnya Cece dan Ana hanya selang dua puluh menit saja. Harusnya mereka mempunyai karakter yang sama bukan? Karena lahirnya diwaktu dan hari yang sama. Tapi, semua kembali lagi pada ketetapan yang Kuasa, yang pasti semua anak mempunyai karakter sendiri-sendiri dan memiliki keunikan yang berbeda satu sama lain.
Kedua anak perempuannya sekarang menginjak usia sepuluh tahun, diusia ini perbedaan keduanya mulai terlihat mencolok. Hadi sadari, bahwa anak keduanya sedikit lebih menonjol ketimbang kakaknya. Fisiknya lebih besar ketimbang Cece, tubuh Ana terlihat seperti anak usia dua belas tahun, pemikirannya pun lebih dewasa dari kakaknya. Keingintahuan Ana lebih besar dari Cece, kakaknya tipikal anak yang apa saja oke!
"Tadi di sekolah diajari apa?"
"Tadi Adek belajar agama, Pa. Kan sekarang hari Jumat."
"Kalau Kakak?"
"Tadi cuma pratek wudu sama olahraga aja, Pa."
Iya, kedua anaknya berada di sekolah yang berbeda. Jika kebanyakan anak kembar harus bersama, maka tidak untuk Cece dan Ana. Eyang mereka meminta supaya tempat belajar cucu kembarnya tidak jadi satu. Hadi sebagai orang tua tidak mempermasalahkan selagi mereka berdua tidak keberatan.
"Enak dong, Kakak nggak ada pelajaran," ujar Ana.
"Hahaha ... Jumat itu hari santai, Dek," jawab Cece yang dibalas dengan dengusan oleh Ana. Cece berpindah tempat supaya duduknya lebih dekat dengan Papa dan adiknya.
"Tadi bab apa yang dibahas sama Bu Guru," sambung Hadi.
"Tentang takdir Allah, Pa."
"Kata Bu Guru tadi ada yang bisa mengalahkan takdir Allah," sambung Ana.
"Oh iya! Apa itu, Nak?"
"Doa. Doa yang bisa mengalahkan takdir."
"Betul. Seperti yang Jalaluddin Rumi katakan, Allah tidak menciptakan sesuatu yang lebih kuat melebihi doa, Dia telah menjadikan doa lebih kuat dari pada takdir-Nya," jelas Hadi.
"Jadi, Cece dan Ana jangan sampai putus doa ya ... karena Allah akan mengabulkan apapun yang kita minta selagi kita mau bersungguh-sungguh. Karena itu janji Allah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cendana
General FictionOmbak yang menghempas pantai, deru debur yang tidak pernah membawa kesunyian. Selalu begitu, pamit kemudian menghempaskan kembali. Terlihat sosok remaja yang berjalan ke arah pantai, setelah sampai dia duduk menatap sang surya sambil melipat kaki da...