SEMAKIN KACAU

3.4K 377 292
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ketemu lagi di kisah bapak Azman dan empat anak kembarnya 🤗
Yok spill kabarnya hari ini

~Happy Reading~



Ayden menatap nanar telapak tangannya yang berlumuran darah Azraq, benturan itu menciptakan luka yang lebar dan dalam, bahkan darah pun tak berhenti keluar walaupun sudah di tahan. Ayden merasa kecewa pada dirinya yang tidak bisa menjaga adiknya.

'Azraq bertahan.' Batin Ayden, remaja itu tak menangis tapi matanya sangat kosong. Dada anak itu sudah sesak sedari tadi, tapi Ayden mencoba untuk baik-baik saja.

Eilgar masih menangis dalam pelukan Rean, bahkan napas Eilgar mulai tidak teratur pertanda asma nya akan kambuh. Rean terus mencoba menenangkan Eilgar, setidaknya Eilgar tidak kambuh sebelum mereka mendengar kabar tentang Azraq.

Saat ini Azraq tengah berada di ruang operasi, setelah sampai di rumah sakit petugas langsung saja memberikan tindakan operasi melihat luka Azraq yang bisa di katakan serius, luka itu menganga cukup lebar.

"Hiks Abang hiks maaf." Entah sudah berapa ribu kali Eilgar menggunakan kata yang sama, selalu minta maaf. Rean pun hanya mengelus punggung adik bungsunya itu tanpa bertanya.

"Udah Eil, jangan nangis lagi. Nanti sesek." Eilgar mengangguk namun mata anak itu masih mengeluarkan air mata dan sesegukan masih terdengar. Rean menatap Ayden yang dari tadi hanya diam di sampingnya, Jovan dan Pak Alif juga sama-sama diam tak mengeluarkan suara.

"Den? Okay?" Ayden masih bergeming mengabaikan pertanyaan Rean, tatapannya masih melihat sisa darah Azraq yang berada di tangannya.

"Sudah menghubungi orang tua mu Rean?" Pak Alif bertanya dengan wajah tegang, bagaimanapun Azraq adalah tanggung jawabnya selama turnamen berlangsung.

"Sudah Pak, Papa sama Mama lagi menuju ke sini." Pak Alif mengangguk mendengar jawaban Rean, lalu menatap Jovan yang hanya diam menatap ubin rumah sakit.

"Van? Kamu pulang dulu ke hotel ya, istirahat, turnamen akan di lanjut besok." Jovan menggeleng, dia tidak bisa meninggalkan Azraq dalam kondisi seperti ini, setidaknya sampai ia mendengar kalau Azraq baik-baik saja.

"Saya di sini dulu Pak." Jawab Jovan. Pak Alif menghembuskan napas dan akhirnya mengangguk.

"Hahhh." Semua mata teralih menatap Ayden yang saat ini memegang dadanya.

"Den? Kenapa?" Rean melepaskan pelukan Eilgar dan berpindah duduk di sebelah Ayden.

"Hahh sa-kit Bang."

"Obat! Obat lo mana?!" Rean dengan panik mengacak tas Ayden, mencari obat yang di butuhkan oleh adiknya.

"Hahh ket-ting-galan Bang." Rean mengacak rambutnya frustasi dan berlari untuk mencari bantuan, Ayden tak boleh sampai collapse jika tak mau jantungnya kembali bermasalah.

"Bang? Tahan Bang hiks." Eilgar kembali menangis melihat Ayden yang kesakitan, selama 6 bulan ini ia tak pernah melihat Ayden kesakitan lagi bahkan saat Ayden berlatih karate pun ia tak pernah kesakitan.

"Ayden? Kamu denger saya? Ayden?" Pak Alif ikut kelimpungan melihat Ayden meremas dada kirinya kuat.

Beberapa perawat berlari ke arah mereka dengan membawa brangkar bersama Rean, mereka sesegera mungkin membawa Ayden ke IGD untuk segera di tangani. Rean dan Pak Alif memilih untuk bersama Ayden, sedang Jovan dan Eilgar menunggu operasi Azraq.

GHAZZAL FAMILY'S [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang