0: Prolog

413 44 2
                                    


Indonesia, pemuda yang selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang disekitarnya.

Ia terdiam, speechless ketika ia di fitnah dan orang-orang terdekatnya mulai percaya akan hal itu.

Itu adalah hal bodoh ketika mereka bisa-bisanya percaya akan hal itu.

Dijauhi itu bukan masalahnya, karena memang sedari awal ia tak mencari perhatian dari orang-orang disekitarnya, namun ini sudah main fisik.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
A̶K̶U̶ ̶A̶K̶A̶N̶ ̶T̶E̶T̶A̶P̶ ̶M̶E̶M̶A̶A̶F̶K̶A̶N̶N̶Y̶A̶
.
.
.
.
.
.

"Ugh....." Terdengar lenguhan lembut dari seorang pemuda bertubuh kecil di ranjangnya.

Ia beranjak dari kasurnya dan berjalan pelan kearah cermin besar di lemarinya.

Ia melihat tubuhnya, seluruh badannya...

Kulitnya yang seputih susu, dan kulitnya yang selembut salju ditambah dengan pipinya yang chubby tentu menarik perhatian banyak orang.

Tak terkecuali dengan matanya yang semerah darah, mata ruby nya yang semerah darah mampu membuat semua orang takut dan takjub di waktu yang bersamaan.

Ia adalah Indonesia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hidup sebagai orang yang bernama Indonesia sangatlah menyebalkan dan membebankan.

Ia tak bisa bebas dari kekangan dan keobsesian keluarga nya, ughh!.. itu adalah hal yang sangat memuakkan dan menjijikan yang pernah ia alami.

Ia kini berada di meja makan yang ramai dengan suara tertawaan saudara-saudara keluarganya, berbeda dengan nya yang memasang wajah datar dan fokus memakan makanannya.

"Indoo!! Kok kamu diam aja sih?" Ucap salah satu saudara Indonesia, yaitu Philippines.

'Ya gw harus apa anjing!? Harus teriak-teriak gitu?' batin Indonesia menatap jengkel kearah saudara nya itu.

"Tak apa-apa" balas Indonesia singkat dan lanjut memakan makanannya.

"Kau sepertinya sedang badmood yah?.." tanya Philippines yang kembali dibalas tatapan jengkel dan tak suka dari Indonesia.

'Apaan sih nih orang?' batin Indonesia masih menatap jengkel orang didepannya.

"Enggak kok, aku cuman enggak enak badan" jawab Indonesia yang membuat ruang meja makan yang tadinya dipenuhi suara tertawaan dan bising hening seketika.

Dan seketika juga semuanya menatap kearahnya, dengan mata mereka yang menurut Indonesia menakutkan mampu membuat Indonesia keringat dingin.

"Kau sakit?" Tanya salah satu saudaranya yaitu Vietnam dengan tajam.

"Huft.... Kalau tak percaya check saja sana" balas Indonesia acuh tak acuh dan fokus memakan makanannya lagi, mereka selalu saja begitu ketika ia mengatakan tak enak badan atau semacamnya.

Sudah terbiasa sih tapi tetap saja mata mereka dan atmosfer di ruangan yang tiba-tiba berubah mampu membuat nya berkeringat dingin.

"Kau...huft....tak usah sekolah hari ini" ucap Ayahnya, yaitu Asean, ucapan nya itu mampu membuat Indonesia mematung di tempat.

"Err... Apa apaan itu Ayah? Aku akan kehilangan nilai! Hanya tak enak badan bukan sakit parah tauu!!" Balas Indonesia dengan intonasi nada yang ditinggikan mampu membuat meja makan itu semakin hening.

"Kau MELAWAN!?" Tanya Asean yang mampu membuat Indonesia menyerah untuk memperjuangkan nilainya yang sudah jeblok itu.

"Oke-oke finee!!" Balas Indonesia yang memukul meja makan dan langsung pergi meninggalkan ruangan makan yang suasananya sudah hancur balau.

Sontak hal itu membuat Asean cukup kaget dengan sifat Indonesia yang tiba-tiba berubah entah kenapa, 'Apa ia berubah menjadi seorang pemberontak?' Batin Asean bertanya-tanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Tok...tok..tok...."

"Masuk.."

"Abangg!!! Gimana kabar Abang!? Sudah sembuh?" Tanya Philippines yang langsung menerjang Indonesia yang berada di kasur.

"Aku TAK SAKIT" jawab Indonesia dengan sinis yang malah dianggap lucu oleh adiknya itu.

"Oh iya bang! Ada anak baru lohhh!!" Ucap Philippines yang mulai membuka topik pembicaraan.

Indonesia melepas pelukan adiknya itu dan mendudukkannya ke pahanya yang mulus.

"Siapa?" Tanya Indonesia sambil mengelus-elus rambut adiknya itu, perlakuannya itu membuat muka dan adik memerah seketika layaknya tomat.

"E-erm... Vanuatu!!" Balas Philippines yang memeluk Indonesia lagi.

"Vanuatu ya?... Oh dia..." gumam Indonesia sambil tersenyum akan pikirannya tentang Vanuatu.

'Anak itu ya?... Mau apa lagi sih dia!? Ia coba datang ke hidupku lagi terus menerus!, Ugh....ayolah! Hidupku sudah runyam jangan tambah runyam!...' Batin Indonesia, namun aneh ia malah tersenyum saat memikirkan Vanuatu.

Itu bukan senyuman yang baik, ingat itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[Pesan dari author!]

Novel ini untuk merayakan pencapaian author mendapatkan 100+ vote di novel sebelumnya! Terima kasih ya!

Dan maaf jika prolog nya tak menarik..!

Love u ♡
See you soon~!

-Oppose- [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang