2. Kegelisahan Pangeran Chun Seok

20 3 1
                                    

Sosok berkuda itu tampak pucat. Jelas kelelahan membayang di wajahnya yang dipenuhi cambang. Bukan hanya dirinya, bahkan kuda cokelat gelap yang ditungganginya pun terlihat demikian letih. Seorang penjaga gerbang utara segera memberikan akses begitu sosok berkuda itu memperlihatkan tanda pengenalnya. Jelas ia bukan orang sembarangan, melihat bagaimana penjaga membungkuk sangat dalam terhadapnya.

Setelah berada dalam istana, sosok itu segera turun dari kuda. Sedikit merapikan diri, lalu melangkah menuju istana utama. Ia bukannya bersikap kurang ajar, namun ada berita penting yang harus disampaikan pada raja terkait para perampok. Kaki panjangnya melangkah cepat. Sosok itu menghilang di balik pilar-pilar istana yang dingin.


🌸🌸⚔️🌸🌸


Angin sepoi-sepoi berembus di sepanjang Kolam Anapji. Sinar keperakan dari matahari yang memantul di permukaan air terlihat kontras dengan teratai yang tumbuh di sana. Di hari-hari biasa tak banyak orang menghabiskan waktu di tempat ini. Raja Gyeong Myeong biasanya sibuk di balai utama untuk membahas berbagai masalah kenegaraan. Ratu lebih banyak menghabiskan waktu di kediamannya untuk menikmati teh atau merajut.

Tak biasanya, Raja Gyeong Myeong dan Ratu Seo Hwa menghabiskan waktu bersama. Namun bukan itu bagian pentingnya. Chun Seok sedikit tidak menyangka bahwa kehadirannya diperlukan di antara mereka.

"Yang Mulia," Chun Seok menyapa. Tubuhnya membungkuk hormat sebelum duduk di sebelah kanan tempat duduk raja.

"Kau sibuk?"

Chun Seok tahu bahwa Raja Gyeong Myeong hanya berbasa basi.

"Tidak, Yang Mulia," jawabnya.

Di seberang sana Ratu Seo Hwa memandang ke arahnya. Tatapannya sayu, seakan menyembunyikan banyak rahasia. Chun Seok menganggukkan kepalanya hormat. Ada desiran aneh dalam darahnya saat tak sengaja beradu pandang dengan ibunya. Selama ini mereka tak pernah bertemu kecuali dalam beberapa pertemuan penting. Kalaupun harus bertemu, selalu saja dalam suasana tegang dan panas.

"Apa yang kau lakukan akhir-akhir ini?"

"Saya menghabiskan waktu dengan membaca dan melukis, Yang Mulia."

Sebuah helaan napas terdengar selama beberapa saat.

"Bagaimana dengan berlatih pedang atau memanah?" pertanyaan lain kembali dilontarkan.

"Sesekali saya melakukannya bersama Hwarang Deok Gi," Chun Seok menjawab pertanyaan raja sambil menerka-nerka apa lagi jawaban yang harus diucapkannya jika masih ada pertanyaan lain.

"Chun Seok-ah," panggilan Gyeong Myeong membuat jantung Chun Seok berdegup kencang. Rasanya aneh dipanggil dengan santai oleh raja setelah banyak hal terjadi di istana.

"Ya, Yang Mulia,"

"Hari ini, mari kita berbicara sebagai ayah dan anak," Gyeong Myeong mengetuk-ngetukan jemarinya di meja. "Kau sudah bertemu adikmu?"

Ada sedikit perasaan nyeri di ulu hati Chun Seok begitu mendengar Gyeong Myeong menyinggung Eun Seok. Di sela perasaan resah yang menggerogoti hatinya, sudut mata Chun Seok melihat Seo Hwa tak kalah gelisah.

"Sejak Putri Eun Seok keluar dari istana, saya belum pernah sekalipun bertemu dengannya," Chun Seok merasa suaranya sedikit gemetar.

"Aku mendengarnya dari Woo Jae. Adikmu baru kembali dari wilayah dekat Benteng Daeya bersama kenalannya."

Chun Seok mengernyit. Selama ini ia mengira jika hubungan Gyeong Myeong dan Paman Woo Jae telah rusak tapi sepertinya tak begitu.

"Saya tak menduga jika Yang Mulia masih bermurah hati menanyakan kabar Eun Seok pada Paman Woo Jae," Chun Seok bingung harus merasa senang atau sedih saat mengatakan hal ini.

Flower Knights of SillaWhere stories live. Discover now