Kau, Rumahku.

10 0 0
                                    

Suatu hari aku pergi ke sebuah danau yang tidak ada di peta, aku tidak sengaja menemukannya saat berkelana.

Lalu di sana aku menemukan sebuah rumah kecil, dindingnya berwarna oranye dan pintunya berwarna biru. Kakiku mendorongku untuk melangkah ke sana. Ternyata pintunya terkunci. Aku bersusah-payah mencari cara agar bisa membukanya.

Sehari, dua hari, tiga hari, seminggu aku semakin sering datang ke sana. Mencoba membuka pintu itu karena penasaran ada apa di dalam sana. Setiap melihat tampilan luar gubuk kecil itu aku seakan dilambai olehnya, "Hey, ayo ke sini! Lihat aku! " ucapnya dalam kepalaku.

Baiklah, dengan sekuat tenaga aku membuka pintu berwarna biru itu, warnanya pudar ah aku akan mengecat ulang pintunya nanti setelah berhasil membukanya. Oh betapa bodohnya aku, ada sebuah kunci berkarat di bawah kakiku, kenapa aku baru menyadarinya benda itu ada di sana padahal aku sudah sering ke sini.

Tak!

Berhasil! Aku berhasil membukanya!
Aku tersenyum girang. Dengan permisi aku masuk ke dalam rumah kecil itu. Banyak debu, gelap, sunyi, dan kosong. Bahkan lampunya tidak bisa menyala. Aku menyalakan senter hapeku, mulai melihat setiap sudut di rumah itu.

"Sayang, rumah secantik ini tidak ada penghuninya. Bodoh sekali yang tega meninggalkan tempat seindah ini sendirian." Monologku.

Semakin hari aku sering datang ke sana, mengecat ulang rumah tersebut dengan warna biru kesukaanku. Menaruh beberapa peralatan di dalam rumah itu dan menatanya dengan rapi. Memberi rumah itu aliran listrik agar tidak gelap di malam hari.

Sempurna. Lihatlah sekarang, rumah itu sangat cantik, bersih, dan rapi. Aku memutuskan untuk tinggal di sini. Rumah baruku. Meskipun hanya ada aku sendiri di sini aku tidak merasa kesepian. Aku menghabiskan banyak waktuku di rumah ini. Aku senang. Kadang aku bercerita banyak hal seakan rumah itu mengerti semua ucapanku, aku yakin dia mendengarkanku dengan baik. Sangat menyenangkan berada di sini. Aku tertawa dan sedih bersama dinding di depanku. Aku seakan bisa memahami apa yang dirasakan rumah ini saat dia ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Tapi sekarang tenang saja, aku akan menjaganya dan tidak akan meninggalkannya sendirian, karena ini adalah rumahku.

Tak terasa sudah berbulan-bulan menempati rumah itu. Tiba-tiba saja saat aku baru pulang dari bekerja ada seseorang yang datang menghampiri rumahku. Aku mengusirnya, karena dia memaksa masuk ke dalam.
Besoknya, dia datang lagi menghampiri rumahku mencoba membuka paksa pintunya, aku berhasil menghalanginya.
Lagi, kali ini seseorang yang berbeda mencoba membuka paksa pintu rumah kesayanganku.
Entah kenapa kali ini tenaganya besar sekali, dengan susah payah aku mencoba melawannya agar dia tidak berhasil memasuki rumahku.
Kalian tau apa yang terjadi selanjutnya?
Ya, benar. Aku gagal mengalahkannya. Dia berhasil masuk ke dalam rumahku yang cantik.
Aku sudah mencoba melawan berkali-kali dengan sekuat tenagaku untuk mempertahankan milikku, aku gagal. Aku kalah, akhinya aku terpaksa pergi meninggalkan rumah kesayanganku itu.

Setiap hari, aku masih tetap datang ke sana. Memperhatikan rumah itu dari kejauhan. Sedih, semua cara aku lakukan agar rumah itu kembali ke tanganku lagi. Aku ingin menjaga rumahku dengan baik, aku gagal. Aku kalah olehnya, seseorang yang berhasil mengetuk dan membuka pintu itu tanpa kunci.

Padahal aku yang menemukannya pertama kali, aku merasa sudah merawatnya dengan baik. Aku mengisi kekosongan rumah itu dengan segala yang kumiliki, aku mencintainya dengan sepenuh hatiku.

Apa yang terjadi sekarang? Aku harus tinggal di mana setelah ini? Aku harus ke mana saat rumahku diambil alih oleh orang asing?

Hujan semakin sering turun saat aku berpisah dengan rumah kesayanganku itu. Aku selalu menangis di bawah hujan karena kehilangan milikku yang paling berharga.

Sekarang aku harus apa?
Aku tidak mungkin lagi bisa memasuki rumah itu. Kuncinya sudah diganti orang itu. Aku tidak bisa masuk lagi. Aku kalah.

Kalian paham maksud dari ceritaku ini, bukan?

Baiklah bagi yang belum memahami ini, aku akan menjelaskannya secara singkat.
Intinya begini, sebenarnya aku bukan seseorang yang mudah jatuh cinta, entah mengapa saat mengenalnya pintu hatiku yang tertutup rapat kini kembali terbuka karenanya, luka dan rasa hampa yang pernah kurasa seketika lenyap karena kehadirannya.
Namun sekarang keadaannya berbeda setelah dia pergi bersama kuncinya, aku tidak bisa lagi membuka pintu hatiku untuk mencintai yang lain, karena dia adalah rumahku. Rumah yang sangat berharga yang tidak bisa digantikan dengan apapun dan siapapun.
Dia tempatku pulang, tempat di mana aku bisa bercerita banyak tentang keseharianku. Tempat aku meluapkan segala kesedihanku, tempatku berbagi kesenangan yang telah kualami.

Tidak, aku tidak pernah menyalahkannya. Aku tidak pernah menyalahkan siapapun di sini, kecuali diriku sendiri.
Karena dari awal aku juga memaksa untuk memasuki hatinya.
Aku berharap dia tidak membenciku karena aku terlalu mencintainya.
Aku kalah. . .

Aku bisa apa selain merelakannya pergi?
Aku memang egois, tapi aku tidak akan membiarkannya terluka karena bersamaku..
Semoga saja dia selalu ceria tidak sepertiku di sini.
Aku selalu berdoa agar dia baik-baik saja.

Dia, rumahku.
Sampai kapanpun akan tetap seperti itu.
Aku akan selalu memperhatikannya dan mencintainya dari kejauhan.
Jangan rusak rumahku!
Jangan rusak, rumahku.


ASA & RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang