Chapter 6 : Her teacher

206 39 7
                                    

Seminggu sudah Sasuke dan Sakura berada dalam proyek yang sama. Banyak pengalaman yang dapat dia ambil dari pria Uchiha tersebut. Sakura seperti mendapat guru secara cuma-cuma. Hal itu berbanding terbalik dengan sifat Sasuke yang semakin hari semakin membuatnya pusing. Pemimpin Uchiha Group ini sangat pemaksa melebihi Garra dan tentu saja tidak bisa ditolak apa yang sudah menjadi perintahnya. Sakura merasa tidak enak hati selalu diantar dan dijemput Sasuke untuk bekerja maupun pulang. Oleh karena itu, dia berinisiatif membeli mobil agar tidak merepotkan. Lima hari setelah paksaan antar jemput, Sakura akhirnya membeli mobil Audi hitam, tentu saja hal itu ditolak keras oleh Sasuke.

Ugh, dasar alien! Sasuke bahkan meminta bawahannya untuk mengambil salah satu ban depan mobil Sakura agar dia tidak dapat mengoperasikannya lagi. See? Uchiha itu sudah gila. Mobil tersebut terpaksa Sakura amankan di rumah Garra agar tidak menjadi sasaran kembali. Sungguh, hari-hari yang melelahkan jika sudah berhubungan dengan Sasuke.

Tiga belas hari proyek ini telah berjalan. Rencananya akan selesai sampai satu setengah bulan ke depan, dan kini Sakura maupun Sasuke sedang menikmati makan siang di lokasi terdekat.

"Cukup Sasuke-san! Kau terlalu banyak minum kopi hari ini. Aku rasa itu tidak baik untuk lambung."

"Hn.." ya seperti inilah sasuke yang sering kali menjawab Sakura dengan gumaman tidak jelas. Pria itu bahkan sudah meminum dua gelas americano di café ini. Sungguh, apa enaknya kopi pahit itu?

"Apa yang membuatmu senang? Aku lihat daritadi kau hanya fokus pada telepon genggammu, Sakura."

"Aa.. ini. Ya, aku sedikit senang mendapat chat dari temanku."

"Siapa?"

"Hah?"

"Temanmu, siapa?"

Sakura tidak yakin akan pertanyaan Sasuke. Dia merasa laki-laki di depannya sedikit kurang bersahabat ketika bertanya. Memang apa salahnya? "Aku tidak yakin, mengapa kau menanyakan ini Sasuke-san. Ini chat dari guru bahasa Jepangku."

"Apakah gurumu itu laki-laki? Kau terlihat bahagia."

"Huh, ya dia laki-laki. Aku memang bahagia setiap kali mendapat kabar darinya, terutama saat dia mengatakan akan mengajakku menonton konser Uzumaki Naruto di Tokyo Dome." Sakura tidak pernah tau apa yang sedang dipikirkan Sasuke karena pria itu selalu saja tiba-tiba. Seperti saat ini, mata hitam itu tiba-tiba menajam melihat kearahnya. Suasana hati Sasuke sepertinya sedang buruk. Entah karena apa, atau perkataannya yang membuat Sasuke seperti ini? Sakura tidak yakin.

"Aku bahkan bisa mengajakmu bertemu langsung dengan Naruto." sungut Sasuke.

Si sombong ini, tidak tau tempat. Pastilah dia bisa bertemu Naruto secara eksklusif, merekakan berteman. "Oh, Sasuke-san aku minta maaf. Nanti tak perlu mengantarku pulang. Sasori-kun akan menjemputku."

"Siapa Sosori? Dia pacarmu?" tanya Sasuke dengan kedua alisnya yang menyatu seperti jembatan.

"Namanya Sasori bukan Sosori. Dia guru bahasa Jepangku." Jawab Sakura tak terima ketika Sasuke salah menyebut nama gurunya.

"Aku tidak peduli dengan namanya. Kelihatannya kalian sangat akrab sehingga kau memanggilnya dengan akhiran kun?"

"Ya, aku mengenalnya sudah hampir 6 bulan. Dia teman pertamaku di Jepang. Nanti ku kenalkan dengan Sasori-kun. Orangnya sangat ramah dengan siapapun."

Sepertinya pilihan yang salah untuk mengenalkan mereka berdua. Sasuke terlihat sedikit sombong kepada Sasori. Wajahnya bahkan sangat menakutkan saat ini. Sakura tidak habis pikir, mengapa Sasuke menatap Sasori dengan begitu tajam? Seingatnya mereka belum pernah bertemu sebelum ini. Dia akan meminta maaf kepada sang guru akan sifat kekanakan Sasuke. Beruntung sang guru bukan tipe yang pemarah, mungkin Sasori bisa memaklumi sifat dari Sasuke. Lelah hati Sakura melihatnya. Dasar alien!

Mungkin hari ini terasa melelahkan baginya, dimana seharian sudah dia bekerja untuk proyek besar antar perusahaan Haruno Group dan Uchiha Group. Nyatanya semua rasa penat itu bisa hilang dalam sekejap mata setelah bertemu Sasori. Mereka hanya mengobrol dan makan malam, tapi terasa menyenangkan karena hanya pembicaraan riang yang tertuang tanpa ada embel-embel pekerjaan lantas sang guru mengantarnya kembali ke apartemen.

Niat hati ingin merebahkan diri setelah mandi, namun hal itu harus tertunda ketika mendengar teleponnya berbunyi nyaring. Siapa sih malam-malam begini telepon? Tidak tau aturan. Makian hampir saja terucap, kalau saja layar tidak menampilkan nama Sasuke.

"Selamat malam Sasuke-san. Ada yang bisa saya bantu?"

"Kau sudah makan malam?"

"Ya, aku sudah makan malam. Ada apa Sasuke-san?"

"Temani aku makan malam. Kau meninggalkanku makan malam sendiri?"

"Apa? Tapi..."

"Buka pintumu, Sakura! Aku di depan."

"Apa?" Sakura benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan random Sasuke. Apa yang dikatakan dan inginkan? Ugh, dia sudah mengantuk sekarang. Mengapa laki-laki itu tidak makan sendiri saja dan malah mampir ke apartemennya? Meski diliputi rasa jengkel, Sakura tetap membuka pintu untuk Sasuke. Dia merasa kasian karena pria itu pasti sedang kelaparan sekarang.

"Kenapa mampir kesini untuk makan malam?" Tanya Sakura keheranan.

"Kita biasa makan malam setelah pulang kerja, dan tadi kau meninggalkanku sendiri dengan Sosori." Ujar Sasuke sambil memakan saladnya.

"Huh, namanya Sasori. Kau kan bisa cari makan sendiri?"

"Mulai dua minggu lalu, aku tidak terbiasa makan sendiri."

Uchiha absurd Sasuke. Sepertinya nama tengah itu cukup cocok untuk pria di sampingnya. Benar-benar semua tingkahnya tidak bisa diprediksi oleh akal sehat Sakura. Terkadang menjadi kekanakan seperti saat ini. Lain kali dia harus membeli lebih banyak stok sabar untuk menghadapi tingkah aneh Sasuke.

"Kau tau, Sakura? Aku tidak suka dengan gurumu. Lainkali jangan pulang dengannya lagi." Adalah kata terakhir Sasuke sebelum pulang.

***

Happy reading y'all
Please, keep your vote :))

ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang