Prolog

1.6K 236 8
                                    

Abi berjalan santai menuju mobilnya dengan senyuman tipis mengembang di bibir. Dia baru saja keluar dari King, melewati salah satu malam di antara malam-malam indah yang dia miliki di tempat kebanggaannya itu.

Sembari berjalan, Abi mengeluarkan ponsel dari saku celana. Lalu ketika layarnya menyala, ada beberapa notifikasi yang muncul di sana. Namun yang menyita perhatian Abi adalah notifikasi dari Gisa.

                Istrinya itu tampak menghubunginya sebanyak tiga puluh kali, lalu mengirimi beberapa pesan. Abi benar-benar tidak tahu jika Gisa tadi menghubunginya berkali-kali. Dia terlalu sibuk mengobrol dan minum bersama teman-temannya. Belum lagi bersenang-senang di dance floor bersama semua teman-temannya itu. Dan sekarang, setelah menemukan puluhan notifikasi dari istrinya, Abi bergegas membuka pesan-pesan itu. 

Kedua mata Abi terbelalak ketika menemukan kalimat 'Alma sakit'.

Dan didetik itu juga dia melangkah cepat menghampiri mobil, mengemudi dengan kecepatan penuh sembari berusaha menghubungi Gisa.

Sayangnya, tak ada satu panggilan pun yang terjawab. Dan hal itu membuat Abi panik bukan main. Karena Gisa tidak bisa dihubungi, maka Abi mencoba menghubungi Arjuna. Tapi Arjuna pun tidak menjawab. Ingin menghubungi Ibunya Gisa, tapi Abi baru saja ingat kalau Ibu mertuanya itu sedang tidak ada di rumah sejak beberapa hari yang lalu.

                Ibunya Gisa akan kembali tinggal di kampung untuk sementara karena harus menemani sepupunya yang sedang mengurus anaknya yang sedang sakit.

                Begitu Abi tiba di rumah, Abi bergegas menuju kamarnya. Tangannya baru saja hendak menyentuh knop pintu, tapi pintu itu malah terbuka dan memperlihatkan Arjuna yang keluar dari sana.

"Juna, Alma—"

                "Sshhuutt," Arjuna berbisik pelan. "Jangan ngomong keras-keras, Bang. Alma baru aja tidur."

                "Alma gimana? Sakit apa? Mau di bawa ke rumah sakit?" Abi bertanya dengan gelagat panik yang masih belum memudar di wajahnya.

                "Jam dua belas tadi, tiba-tiba Alma demam tinggi, terus muntah-muntah, Bang." Abi pucat pasti mendengar penuturan adik iparnya itu. "Tapi Bang Abi tenang aja. Kak Gisa tadi udah kasih Alma obat dan demamnya udah berkurang. Udah nggak muntah-muntah juga. Tadi sih nangis terus karena ngantuk cuma nggak bisa tidur. Tapi sekarang Alma udah tidur kok, Bang. Makanya Bang Abi kalau masuk ke kamar, jangan berisik dulu, ya. Kasihan Alma nanti kebangun lagi."

                "Lo dari tadi nemenin Gisa?"

                Arjuna mengangguk pelan. Mungkin itu kenapa Arjuna tidak menjawab panggilannya sejak tadi.

                "Thanks, Juna." ucap Abi pada Arjuna. Ketika Arjuna pamit kembali ke kamarnya, Abi mendorong pintu kamarnya hati-hati. Begitu pintu terbuka, matanya menatap langsung pada sosok istrinya yang sedang duduk dengan kepala menyandar di sandaran sofa, memeluk Alma yang bersandar di dadanya. Mereka berdua tampak tertidur sangat lelap.

                Abi menutup pintu kamar, melangkah penuh hati-hati menghampiri mereka berdua. Kemudian, ketika dia berdiri tepat di hadapan Gisa, Abi memandangi wajah Alma sejenak. Wajah putrinya yang berusia delapan bulan itu tampak sedikit pucat. Padahal tadi malam, sebelum Abi pergi, Alma masih baik-baik saja berada dipelukannya.

                Lalu kini tatapan Abi beralih ke wajah Gisa. Dipandanginya lekat wajah istrinya yang tampak begitu kelelahan. Rasa iba sontak menyergap Abi. Membayangkan Gisa mengurusi Alma yang sedang sakit sejak jam dua belas malam tadi seorang diri, tanpa Abi, membuat Abi merasa bersalah pada Gisa.

                Tangan Abi terulur pelan, ketika hampir saja menyentuh kepala Gisa, Abi menghentikannya. Abi takut Gisa akan terbangun jika menyadari sentuhan Abi dan itu akan mengganggu tidurnya. Gisa pasti kelelahan, dan dia butuh tidur yang nyenyak.

                Abi menghela napasnya. Lalu beranjak perlahan-lahan, duduk di samping Gisa, memiringkan wajahnya hingga matanya bisa menatap sepenuhnya pada Gisa. Ditatapnya sendu wajah istrinya itu, dan seiring berjalannya waktu, kedua matanya pun mulai terpejam.

***

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang