Ketika Arjuna dan Raja sedang berada di rumah, Gisa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Dia akan menyuruh kedua lelaki itu untuk menjaga putrinya setiap kali Alma bangun dari tidurnya. Gisa hanya akan mengurus Alma ketika putrinya itu mandi, makan dan mengganti diapersnya yang sudah penuh. Selebihnya, biarkan saja dua lelaki itu yang mengurusi Alma.
Seperti saat ini, Gisa duduk santai di ruang televisi sembari menonton serial India favoritnya. Ada semangkuk es krim di atas pangkuannya, menemani Gisa selagi menonton acara favoritnya itu. Raja dan Arjuna datang menghampiri dengan Alma yang berada di punggung Raja sedang Arjuna memegangi keponakannya itu dari belakang agar tidak terjatuh. Alma terkekeh geli manakala Raja menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa, tepat di samping Gisa. Berbeda dengan Alma yang tertawa geli, Gisa malah memelototi Raja. "Ngapain dibawa ke sini, sih? Kan gue bilang tolong jagain Alma." Omel Gisa.
Raja mencibir. "Nggak tahu diri lo, Gis!"
Arjuna yang sudah biasa mendengar percekcokan itu hanya tersenyum geli. "Kita mau keluar sebentar, Kak. Mau beli makanan. Titip Alma sebentar, ya? Nanti Alma kita jagain lagi kok."
Satu alis Gisa terangkat ke atas. "Kemana? Jauh nggak?"
"Mau tahu aja lo." sahut Raja jutek. Dia duduk di atas lantai, di hadapan Alma, sedang memelintir jari-jari gempal Alma yang menggemaskan. Ketika Gisa memukul kepalanya pelan dengan remot tv, Raja berdecak kuat.
"Nggak, Kak. Paling juga lima belas—"
"Sayaaaaaang!"
Ucapan Arjuna terhenti ketika mereka semua mendengar sebuah teriakan kuat yang bukan lagi merupakan hal baru di rumah itu. Suara siapa lagi kalau bukan suara milik Abizar Ilyas itu.
Kini keempat orang yang berada di ruang televisi itu menoleh serentak pada Abi. Dia berjalan santai dengan senyuman manisnya yang sempurna namun tak ada satu orang pun dari keempat orang itu yang tersihir oleh senyuman sempurna yang Abi miliki.
"Suaminya pulang nih." Abi merentangkan kedua tangannya ke udara begitu dia berhenti di hadapan Gisa.
Tapi, bukannya mendapatkan sebuah pelukan seperti bayangannya, istrinya itu malah mendekat hanya untuk mengambil beberapa bungkusan yang sejak tadi Abi bawa di tangannya. Seketika senyuman Abi lenyap begitu saja.
Gisa bahkan sudah kembali duduk di tempatnya semula, memeriksa isi bungkusan itu bersama Arjuna dan Raja yang mengerubunginya.
"Mie ayam, gado-gado, es kelapa muda..." gumam Gisa selagi mengabsen satu persatu makanan yang berada di dalam bungkusan. "TAICHAN!" Pekiknya histeris begitu menemukan bungkus terakhir. Bahkan kini senyuman Gisa tampak begitu sumringah.
"Apaan sih, norak banget lo. Cuma taichan juga." rutuk Raja.
Gisa mencibir malas pada Raja. "Suka-suka gue dong, mau norak kek, mau nggak kek. Apa urusannya sama lo?"
Raja mendengus, namun satu tangannya mendekati salah satu bungkusan di pangkuan Gisa, bermaksud ingin mengambil salah satunya. Namun sayangnya, Gisa sudah lebih dulu memeluk semua bungkusan itu. "Mau ngapain lo?!" tanya Gisa galak. "ini semua punya gue."
"Itu banyak, Gis. Memangnya lo sanggup ngabisin semuanya?"
"Iya, gue sanggup. Apa lo?!"
"Itu Mie Ayamnya ada empat bungkus, Gis!"
"Ya terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
General Fiction#AbiGisa Blurb Mulanya menggebu-gebu, hingga segala hal terasa indah dan menyenangkan. Seakan-akan Abi tidak membutuhkan hal apa pun lagi selain Gisa. Tapi sepertinya Abi salah mengira. Karena ketika rasa jenuh itu muncul dan godaan akan kehidupan y...