06: Berbincang

48 11 0
                                    

SURAI panjang Dania terdorong ke belakang akibat terpaan angin di atas motor yang dikendarai oleh Prisa.

Tidak obrolan di antara Dania dan Prisa selama di perjalanan. Mereka tenggelam pikiran masing-masing. Dania menerka-nerka tempat tujuan mereka, sedangkan kepala Prisa sejak malam mencoba memecahkan rencana Jaya.

Menurut Prisa, Jaya sengaja ambil ponselnya sebagai taruhan. Untuk bisa menebusnya, Prisa harus membawa Dania. Seperti yang terjadi semalam, Jaya tidak memiliki kesempatan untuk berbicara sehingga mungkin inilah rencananya agar bisa berkomunikasi lagi dengan Dania mengenai masalah mereka. Prisa yakin, Jaya juga sengaja upload video itu guna memancing Dania datang pada Prisa, hingga Prisa pun bisa dengan mudah membawakan perempuan itu kepada Jaya. Sungguh, Prisa tidak percaya kalau Jaya masih punya kewarasan. Padahal, video itu jelas dapat menjatuhkan reputasi Dania.

"Ini ... mau ke mana, sih?" Akhirnya Dania mengeluarkan suara ketika mereka memasuki ke sebuah daerah lapak yang begitu lengang. Ia mulai sedikit takut.

Alih-alih menjawab, Prisa justru memberinya pertanyaan. "Bukannya lo tau, ya?"

"Enggak, tuh."

Prisa diam, merasa mustahil Dania asing dengan jalan ini. Memangnya Jaya tak pernah mengajaknya ke sini?

"Basecamp-nya Jaya sama temen-temennya," jawab Prisa bertepatan berhenti di depan gudang yang hanya terbuat dari seng berkarat dan kayu sebagai penguat dinding.

Dania turun dari atas motor sembari menelisik keadaan sekitar. Oh, Dania baru ingat, Jaya pernah membicarakan soal ini kepadanya. Sering diajak juga. Namun, Dania terus menolak karena lebih suka berkencan di kafe tepi jalan atau wisata alam.

"Sering diajak ke sini?" Dania menolehkan kepala ke samping untuk melihat Prisa yang sedikit lebih tinggi darinya.

Prisa melirik Dania sekilas. "Beberapa kali aja."

Kemudian Prisa memimpin jalan. Membuka pintu rapuh itu dan masuk lebih dahulu yang diikuti oleh Dania di belakangnya.

"Jaya?" panggil Prisa.

Gudang ini ternyata luas dan hanya diisi oleh sofa, meja, dan sebuah dipan terbuat dari kayu untuk duduk atau berbaring santai. Keadaan gudang itu terlihat tertata, tetapi agak berantakan. Terutama di dipan yang terdapat sampah makanan ringan, batang rokok, dan botol minuman alkohol. Dania yang tidak terbiasa dengan aroma itu pun menutup hidungnya dengan tangan. Sementara Prisa memeriksa satu ruangan di sana dan menyerukan nama Jaya. Sayangnya, Prisa tidak menemukan keberadaan lelaki itu.

"Coba telepon, deh," ujar Prisa sambil menutup pintu dan menghampiri Dania yang berdiri di tengah-tengah ruangan.

Dania menatap Prisa. "Udah diapus."

"Telepon dari riwayat pesan?"

"Udah diapus juga."

Prisa berdecak pelan. "Ke mana, sih, anjing. Katanya ke gudang, tapi dianya aja nggak ada. Dongo banget."

"Lu disuruh dia ke sini?"

"Iya," jawab Prisa. "Pas lu pergi dari mal, dia ambil HP gua, terus nyuruh orang buat bilangin ke gua, kalo mau ambil ajak lu ke tempat ini."

"Maksudnya?" Dania tak mengerti.

"Gua nggak tau tujuannya apaan. Tapi, gua mikirnya tuh orang emang sengaja ambil HP gua, terus upload video itu biar lo datengin gua, dan gua bisa bawa lu ke dia," ucap Prisa menjelaskan. Melihat reaksi geming Dania, ia pun menambahkan. "Semalem lu nggak ngasih kesempatan dia buat ngomong, kan? Mungkin ini caranya satu-satunya menurut dia biar bisa ngomong sama lu lagi."

Attention ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang