15

156 28 6
                                    

Gadis itu hanya akan menggosok gigi dan berganti pakaian. Hari itu, adalah hari di mana Winter untuk pertama kali nya selangkah lebih dekat dengan Jaemin.

 Hari itu, adalah hari di mana Winter untuk pertama kali nya selangkah lebih dekat dengan Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokkan harinya, Jaemin benar-benar menjemput Winter di rumah. Cowok itu membawa mobil putihnya, katanya terlalu lama tidak dipakai, jadinya Mama Jaemin meminta cowok itu memakainya saja sesekali. Winter hanya menganga saja mendengar itu. Pasalnya, ternyata cowok itu mobilnya banyak. Maksudnya, Winter memang pernah berkunjung ke rumah Jaemin sesekali, tapi gadis itu tidak memperhatikan garasi rumah Jaemin. Lagipula, tempat itu selalu tertutup dan terkunci.

"Papa, kan dinas di Korea. Kadang balik ke rumah sebulan dua kali, jadi mobil gak ada yang pake. Lagian, Papa juga udah ada mobil di Korea," ucap Jaemin saat keduanya sudah ada di jalanan kota Bandung menuju kampus pagi itu.

"Lo ada rumah juga di Korea?" tanya Winter penasaran.

Jaemin mengangguk, "ada, tapi bukan rumah, sih. Lebih ke apartemen."

Winter mengangguk-angguk mengerti. Ya, kini dia paham betul Jaemin itu berasal dari keluarga kaya.

"Terus kenapa lo milih blok F?"

Jaemin menoleh sebentar, tatapan matanya seperti tidak paham maksud dari pertanyaan Winter.

"Maksud gue, kenapa lo gak tinggal di blok G aja?" tanya Winter lagi memperjelas. Jaemin tertawa pelan mendengar pertanyaan Winter yang menurutnya terkesan random.

"Emang kenapa, sih harus di blok G?" Jaemin malah balik bertanya. Winter menyandarkan punggungnya di kursi kemudi, matanya menatap ke depan. Jalanan kota Bandung tidak terlalu ramai di pagi hari.

"Karena rata-rata keluarga kalangan atas ada di sana semua."

Jawaban itu membuat Jaemin tersenyum tipis sebelum memarkirkan mobilnya di depan sebuah restoran bubur ayam yang memang sudah buka sedari pagi.

"Gak semua. Ayo, sarapan dulu. Lo belum makan, kan?"Jaemin melepas seatbelt nya, kemudian mendahului keluar dari mobil. Winter sendiri bergegas keluar mobil setelah berkaca sedikit di kaca spion. Kegiatan sarapan ini memang seperti rutinitas untuk Jaemin. Pria itu tak pernah absen menanyakan Winter sudah sarapan atau belum.

Keduanya berjalan beriringan memasuki restoran yang cukup besar itu. Alasan Jaemin membawa Winter ke sini dan bukan tukang bubur grobakkan, adalah karena untuk mencari tempat parkir yang luas dan resmi. Ia paling malas harus memarkirkan mobilnya di sembarang tempat seperti pinggir jalan. Jaemin tidak munafik. Ia sendiri sering meletakkan motor di pinggir jalan jika makan di warung kaki lima yang tidak punya lapak parkir, namun untuk mobil, dia kurang suka.

Jaemin dan Winter duduk di kursi kayu beralaskan bantal empuk berwarna putih. Pelayan datang tak lama setelah mereka duduk. Restoran tidak sepi, juga tidak ramai karena memang ini jam-jamnya sarapan. Apalagi, tempat ini juga buka hingga malam, membuat siapapun yang ingin makan bubur kapan saja, bisa ke sini atau memesannya lewat Go Food.

Rexona Dry Serum (JAEMIN WINTER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang