Disclaimer: 15+
Jangan baca cerita ini kalau dalam pikiran kalian masih bilang "Semua budaya itu sama."
Sinopsis:
Sierra tiba-tiba harus mengurus seorang bayi yang bukan anak kandungnya, bahkan harus menyembunyikannya demi reputasi sang kakak dan di...
Pemilik nama itu menghentikan langkahnya mendengar suara Calla memanggilnya.
"Hmm?" responnya singkat.
"Gue mau ngomong sesuatu."
"Nanti ya, Ca? Gue ada urusan."
"Tentang Sierra, yakin gak mau denger?"
"Sierra? Kenapa dia?" kebetulan Alden memang akan mencarinya ke gedung fakultas karena komunikasi terakhirnya dengan Sierra malam tadi lewat video call, hari ini Alden belum mendapatkan kabarnya.
Calla menunjukkan sesuatu dari ponselnya, agak terkejut bukan karena foto yang ditunjukkan Calla, namun darimana gadis di depannya ini mendapatkan foto itu?
"Tau, tapi lo dapet foto itu dari mana?"
"Lo gak tau Sierra udah masuk base kampus?" ia menunjukkan lagi layar ponselnya yang menampilkan sumber foto tersebut yang menampakkan Sierra tengah membawa keluar seorang bayi dari tempat penitipan anak, caption yang tertera di sana pun sangat menyudutkannya yang memancing komentar negatif.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan masih banyak komentar jahat lainnya.
"Oh shit." umpatnya setelah membaca beberapa komentar teratas, "Gue yakin ada orang di balik semua ini, gak mungkin base kampus asal-asalan kan, Ca?"
"Iya gue juga kepikiran kayak gitu."
***
Sementara Sierra yang baru tiba di kelasnya mendadak menjadi pusat perhatian mulai dari kedatangannya hingga kini duduk di antara Senja dan Hyena.
Senja yang baru memainkan ponselnya itu dibuat terkejut dan langsung peka dengan sekitarnya yang sepertinya menatap Sierra penuh kejanggalan.
"Ra, kayaknya kita bicarain ini di luar aja deh." Senja menarik lengannya keluar diikuti Hyena yang juga baru paham situasi di kelasnya.
"Hah? Ini ada sih?" gumamnya, namun tetap menuruti Senja yang kini membawanya ke sudut gedung dekat tangga.
"Liat ini!"
Mata Sierra membulat setelah tahu postingan di salah satu akun kampusnya yang memang sering membuat berita-berita panas dan kontroversi.
"Gak bener itu, siapa orang yang berani fitnah gue?"
"Terus lo mau gimana, Ra? Orang-orang di kelas aja udah pada terlanjur salah paham?" kata Hyena.
"Gue gak tahu, image gue udah jelek, sebenarnya sih bodo amat sama pandangan orang-orang, cuma gue aneh aja siapa yang ngirim kayak gitu ke base kampus?"
"Jadi apa yang di bilang akun ini bener, Ra?" tanya Senja ragu.
"Lo pikir gue MBA? anak ini aja masih bayi kapan gue hamilnya." sanggah Sierra.
"Gue gak bermaksud, tapi yang namanya kehamilan kan bisa di sembunyiin."
"Senja, lo kemakan sama berita itu?" terdengar ada sedikit amarah dalam nada bicaranya.
"Enggak, gue cuma ngomong logika aja, bukan berarti gue percaya, gue gak bodoh Sierra."
"Udah jangan ribut kalian berdua, gue mau tanya ke lo Ra, itu anak siapa sebenarnya?" Lerai Hyena.
Sierra terdiam, mereka berdua memang tidak mengenal kakaknya, hanya sebatas tahu bahwa Sierra memiliki kakak laki-laki namun Sierra juga takut berbicara sejujurnya.
"Itu keponakan gue."
"Kenapa bisa sama lo? Maksud gue yang diliat dari foto ini lo keliatan yang ngurus si anak ini," tanya Hyena lagi.
"Emang gue yang ngurus, nyokapnya ilang di telan bumi." bagaimanapun Sierra tidak mungkin menyebutkan nama Airin apalagi salah satu dari temannya ini diam-diam sering menjadi wartawan gosip artis dadakan.
"Gak tanggung jawab gitu maksudnya?"
"Hmm.. Udahlah gue males bahas dia."
***
Sampai detik ini Sierra belum membuka ponselnya, padahal sedari tadi terus bergetar sampai ia menjadikannya mode hening, sesekali mengintip notifikasi, banyak mention padanya disertai isi komentar pedas ia terlalu malas melihatnya.
"Sierra!" Panggil Alden yang membuat langkahnya terhenti ketika akan keluar dari pekarangan kampus.
Ia memejamkan matanya sejenak sebelum betul-betul berhadapan dengan Alden, takut kalau cowok itu membahasnya apalagi sedari pagi Sierra tidak membalas pesannya.
"Kamu gak papa kan?"
Hanya helaan napas lelah sebagai jawaban.
"Come here." Alden merentangkan tangannya dan tentu di sambut haru oleh Sierra.
Sandaran ini yang ia butuhkan, dalam pelukan Alden ia hanya merasa bebannya hilang seketika, setidaknya ia memiliki Alden selain kedua temannya yang menjadi alasan Sierra tersenyum.
"Kamu percaya sama aku, Alden?"
"Eum, aku percaya sama kamu, apapun itu."
"Thanks."
"Aku anterin kamu pulang ya?"
Sierra melepaskan pelukannya dan mengangguk menerima tawaran Alden.
***
Maaf bgt bgt bgt, aku terus nunda cerita ini laaamaaaa bgt...
Kepada para pembaca, kalau masih ada yang baca part ini aku ucapin makasih banyak kalian masih stay, nunggu aku yg writer's block.