Memiliki anak adalah impian bagi sebagian besar orang tua. Namun, sayangnya tidak semua orang berkesempatan untuk mendapatkan posisi tersebut. Oleh karena itu, mengadopsi anak dinilai sebagai salah satu alternatif untuk merasakan posisi menjadi orang tua.
Talia begitu menyayangi anak yang diadopsinya dari panti asuhan bersama sang suami. Meskipun Taufan bukanlah darah dagingnya, akan tetapi Talia dan Denan memperlakukan Taufan bagai anak kandung mereka sendiri.
Keluarga mereka tampak bahagia, harmonis dan begitu tentram.
'Akhirnya keluarga ini menjadi lebih lengkap berkat kehadiran anak ini,' batin Denan yang sedang menemani Taufan bermain di belakang rumah mereka.
Saat itu usia Taufan masih tiga tahun. Namun anak itu begitu aktif dan rewel, juga berisik. Hal itu membuat rumah mereka jadi ramai berkat kehadirannya. Talia dan Denan bukannya kerepotan, mereka malah merasa senang. Mereka berdua begitu menyayangi Taufan.
Sedang asyik-asyiknya menonton tingkah Taufan, Denan menyergit ketika menyadari apa yang sedang dilakukan anak itu. Taufan sedang berjongkok membelakanginya. Denan kira anak itu sedang membuat gambar di atas tanah, tapi begitu melihat ada yang aneh, Denan pun segera mendekat.
"Astaga Taufan, apa yang sedang kamu lakukan?!" Pria itu kaget melihat Taufan sedang memotek kepala ayam dan membanting binatang malang itu secara berulang-ulang. Tangannya bahkan penuh darah. Keadaan si ayam sudah sangat mengenaskan. Kakinya tak utuh seperti telah dipotong dengan acak dan salah satu matanya terdapat luka tusukan. Sepertinya sebelum mati, si ayam telah mengalami penyiksaan yang kejam.
Denan segera menjauhkan tangan anaknya dari mayat ayam itu dan melempar pisau berkarat yang tadi dipegang Taufan. Entah dari mana anak itu mendapat benda tersebut.
"Apa kamu gak papa nak? Ayam milik siapa itu?!"Taufan menoleh ke arah ayahnya dan tersenyum senang. "Ayah, ayam itu nakal. Tadi dia masuk rumah. Trus makan nasinya Upan. Upan gak suka, jadi ayam itu harus dihukum."
Denan bergidik ngeri melihat kondisi ayam yang terlihat sangat mengenaskan itu. Dan juga, Denan terdiam melirik anaknya. Bingung, karena Taufan tampak biasa-biasa saja setelah mengeksekusi secara kejam pada binatang itu.
Denan jadi ingat dengan sesuatu. Dirinya dan Talia memang kadang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing akhir-akhir ini. Taufan sering ditinggal sendiri di rumah.
Pernah suatu ketika, Denan memergoki Taufan suka sekali menonton film bergenre gore, yang ada aksi bunuh-membunuhnya. Mungkin anak itu terinspirasi dari sebuah film untuk membunuh si ayam secara kejam.
'Anak ini harus diawasi. Aku tidak akan membiarkannya nonton film begituan lagi,' batin Denan jadi khawatir.
Berkat kejadian itu, Denan menyuruh istrinya untuk berhenti bekerja dan fokus saja mengurusi anak mereka. Talia pun tampak tidak keberatan. Wanita muda itu justru merasa senang. Waktunya jadi banyak digunakan bersama anaknya.
Semua tampak baik-baik saja setelahnya. Taufan mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari Talia. Begitu juga dari Denan.
Hingga kemudian mereka mengalami sebuah kecelakaan. Tepatnya terjadi pada Talia. Wanita itu tertabrak sebuah truk ketika melihat Taufan berlarian di tengah jalan raya. Talia berhasil mendorong anaknya supaya tidak tertabrak, naasnya wanita itu menjadi korban. Dan nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Kecelakaan tersebut menjadi bencana dalam keluarga mereka. Denan adalah satu-satunya orang yang begitu kehilangan. Pria itu sangat menyayangi istrinya lebih dari apapun.
Kematian Talia membuat keadaannya begitu mengkhawatirkan. Denan jadi sering melamun. Kerjaannya jadi berantakan. Akibat sering tidak fokus karena terus memikirkan istrinya yang telah tiada, Denan pun kehilangan pekerjaan. Pria itu menjadi pengangguran, doyan mabuk dan suka melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
Teen FictionTaufan adalah seorang psikopat gila. Siapa pun yang berani menyakiti kedua saudaranya, maka sudah dapat dipastikan orang itu akan merasakan penyesalan yang teramat sangat. Sedangkan Gempa merupakan siswa terpandai di sekolah. Nilai mata pelajarannya...