A/N: Di sini ada ochobot versi manusianya ea gaes. Jadi kuganti namanya menjadi Ocho syaja.
Oke cekidot 👇
..
.
..
.
.
.Keesokkan hari di sekolah. Di tempat Adu Du dan Probe, duo kutu kupret itu heboh sendiri.
"Probe, aku dapat telepon dari ibunya bos besar semalem. Kamu juga dapat telponnya gak?"
"Iya sama. Katanya bos besar abis tongkrongan gak pulang-pulang. Kemana ya dia?"
"Entahlah, apa dia nginep di rumah temen-temennya?"
"Masalahnya temen-temennya juga nanyain kemana bos Bora Ra pergi."
"Trus kemana dia pergi?"
"Ya gak tau."
Begitulah keributan mereka sambil bisik-bisik. Diam-diam Gempa menghela napas lega. Baguslah. Brati hari ini Bora Ra tidak mengganggunya lagi. Mungkin hanya antek-anteknya saja. Kalau bullyan dari mereka tak separah yang dilakukan Bora Ra. Jadi aman.
Kemudian Gempa merasa ada yang sedang memperhatikannya. Setelah ia menoleh, rupanya Taufanlah yang sedang memperhatikannya sambil tersenyum misterius.
"Mulai sekarang dia tidak akan mengganggumu lagi," katanya hanya menggunakan gerakan mulut tanpa suara.Gempa yang tidak tahu apa-apa, cuma terdiam dan kembali menatap bukunya. Ia ingat semalam Taufan kembali ke kosnya sekitar jam satu malam. Di jam segitu, Gempa terbangun dengan wajah mengantuk sekali. Dan kalau tidak salah ingat, tangan dan pakaian Taufan dipenuhi percikan darah.
Gempa tercengang. 'Jangan-jangan Taufan telah melakukan … ah, tapi tidak mungkin. Taufan terlihat seperti anak baik yang murah senyum, mana ada dia melakukan perbuatan semacam psyko gitu.'
Ia menoleh pada Taufan lagi, yang kini tampak tidur tertelungkup. Padahal pelajaran masih berlangsung, si angin muson itu malah enakan tidur.
'Kalo tidur gitu nanti dia ketinggalan pelajaran,' batin Gempa ingin membangunkan saudara kembarnya, tapi tak jadi begitu melihat betapa nyenyaknya Taufan tidur.'Semalam apa dia gak tidur ya?' tanya Gempa dalam hati malah sibuk membatin.
..
.
Pulang sekolah."Gempa, hari ini aku ingin menginap di rumahmu lagi ya. Tapi aku harus pergi dulu ke suatu tempat. Mau ada urusan," kata Taufan menurunkan skateboard yang dibawanya hari ini.
"Oke."
"Kalau begitu aku pergi ya, bye!"
"Hmm, Taufan," panggil Gempa ragu. Taufan yang tadinya berniat menjalankan skateboardnya pun tak jadi.
Taufan menoleh pada Gempa sambil tersenyum tipis. "Ya?"
Gempa sabenarnya ingin menanyakan sesuatu yang mengganggunya. Seperti curiga kalau Taufan melakukan perbuatan yang tidak-tidak. Sekali lagi Gempa melihat Taufan dengan intens. Di matanya, Taufan terlihat tidak mencurigakan. Dia tampak seperti anak baik yang suka mengumbar senyum.
"Kenapa Gem?" tanya Taufan lagi dengan kebingungan.
Gempa pun menggelengkan kepalanya. Ia balas menggunakan senyuman serupa, "Gak ada kok. Gak jadi. Cuma berpikir kalau meskipun kita kembar, aku menyadari bahwa kita memiliki sifat yang berbeda. Seperti kamu yang tampak ceria dan mudah senyum."
"Owh, gitu. Kukira apa. Hehe. Yasudah aku pergi ya sekarang. Dada~"
Setelah menjauh dari Gempa, senyuman Taufan berubah menjadi senyuman miring. Senyuman yang jauh berbeda dengan senyum yang biasa ia tunjukkan di depan kebanyakan orang. Terutama pada Gempa, karena mana mungkin Taufan membiarkan Gempa tau sisi buruk darinya. Sebuah senyuman yang terlihat ganjil karena tidak sejalan dengan sorot mata biru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
Fiksi RemajaTaufan adalah seorang psikopat gila. Siapa pun yang berani menyakiti kedua saudaranya, maka sudah dapat dipastikan orang itu akan merasakan penyesalan yang teramat sangat. Sedangkan Gempa merupakan siswa terpandai di sekolah. Nilai mata pelajarannya...