4. Papa Bara?

41 34 71
                                    

- Orang tua sudah seharusnya menjadi pegangan sang anak saat akan melangkah ke depan. Tidak perlu meragukan keputusan nya. Orang tua, pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya -

.....

"Jadi gini, sebenarnya kita mah ga ada urusan apapun buat pindah ke sekolah ini. Kita juga ga kena masalah apapun di SMA Galaksi. Kita cuma pengen ngikutin Bara aja. Ye gak?" Jelas Rio sambil bertanya kepada Bara.

Sedangkan yang ditanya hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun sambil memasukkan suapan terakhir mi ayam yang hampir habis itu ke dalam mulutnya.

"Lah terus, lo ngapain Bar, pindah ke sekolah ini?" Tanya Salma.

"Ck, gue males cerita panjang lebar. Lagian, kalian juga ga ada urusan nya dengan ini kan. Intinya gue pindah karena di suruh sama bokap." Jawab Bara.

"Bokap nya Bara aneh banget, padahal SMA Galaksi ga kalah bagusnya sama SMA Garuda. Kalian juga ga buat masalah kan. Terus, kenapa di suruh pindah ya?" Gumam Olin yang dapat didengar oleh semuanya.

'Well, sepertinya ini mulai menarik.'
Batin seseorang di antara mereka.

"Kenapa ga lo tanyain aja ke Papa lo?" Usul Maura.

"Lo kira gue bego? Mau di suruh pindah gitu aja tanpa tau alasannya? Gue udah tanya berkali-kali. Tapi bokap gue bilang, ntar jawabannya ada disini. Yaudah gue ikutin aja alur nya." Jelas Bara.

"Lagian, bokap nya Bara ga mungkin ngelakuin ini tanpa alasan. Apapun alasannya pasti itu yang terbaik buat Bara. Orang tua pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya. Ya kan?" Tanya Alvin kepada semua yang ada di meja tersebut.

Semuanya dengan serentak mengangguk kan kepala mereka dan lanjut menghabiskan makanan milik masing-masing.

"Udah kelar semua kan? Balik ke kelas yuk. Bentar lagi bel nih." Kata Kia sembari melihat jam di pergelangan tangannya.

"Yaudah, ayo." Ajak Salma.

Mereka pun berjalan beriringan kembali ke kelas. Di sepanjang koridor, banyak murid yang menatap kagum kepada mereka. Banyak yang berbisik-bisik tentang mereka. Baik itu hal baik, maupun hal buruk karena iri dengan ke-10 remaja tersebut. Meskipun begitu, mereka tidak terlalu memikirkan hal itu. Selagi tidak mengusik, mereka tidak akan terganggu sama sekali hanya karena suara dari para haters tersebut.

.....

Sesampainya mereka di kelas, ternyata kelas sedang jam kosong karena guru yang mengajar, yakni Pak Dodi sedang mengalami kemalangan. Sang ketua kelas yang seharusnya memanggil guru piket untuk menggantikan guru yang berhalangan tersebut, justru malah asik memainkan game Mobile Legend di handphone nya bersama dengan anak laki-laki di kelas tersebut. Yah, meskipun ini sekolah elite, tetapi yang namanya jiwa anak muda, tentu tidak jauh berbeda dengan anak-anak di sekolah biasa lainnya. Seperti kata pepatah 'Masa muda tidak datang 2 kali.' Jadi, sebaiknya nikmati masa muda kalian.

Di sisi lain, Maura yang baru saja hendak duduk di bangku nya seketika mengurungkan niatnya saat membaca sebuah pesan masuk di Whatsapp nya.

Bisa bertemu sebentar di aula?

Begitulah isi pesan tersebut. Maura dengan langkah tergesa segera keluar dari kelas dan berjalan ke arah aula yang terletak di sebelah kiri lapangan upacara.

.....

Sesampainya di aula, Maura langsung menghampiri sosok pria paruh baya yang sedang berdiri membelakangi nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Welcome, Bara [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang