Bab 3

37.7K 3.1K 20
                                    

Selamat membaca!! Jangan Lupa Vote dan koment Dulu, Ya!!

Sebulan setelah kejadian tersebut Riri kembali bersikap seperti biasanya. Dia kembali kepada rutinitas yang biasa dia lakukan. Bekerja dan pulang ke apartemen seperti biasa. Mencoba melupakan pertemuan tersebut, Jakarta cukup luas sehingga menurut nya kesempatan bertemu kembali dengan mantan suaminya itu sangat kecil.

"Ri, kerjaan lo udah selesai? Makan siang mau bareng kita nggak?" Sinta bertanya pada Riri yang masih sibuk bekerja.

"Sudah Sin, tinggal di kirim ke pak Beni, mau makan apa?" Riri berkata sambil mengirim file pekerjaan nya pada atasannya.

"Mau makan gado-gado depan kantor aja, tuh bareng sama Indra, Denis, Bella."

"Oke. Udah selesai nih."

Mereka pun berjalan bersama menuju lift. Kantor mereka berada di lantai 3 dan 4 gedung ini. Riri bekerja di sebuah perusahaan bernama Invo Advertising, perusahaan periklanan yang cukup terkenal yang sering menangani berbagai brand yang namanya sudah banyak dikenal masyarakat.

"Kalian udah tahu siapa perwakilan dari perusahaan Graha food?" Bella bertanya pada mereka di dalam lift.

Graha Food adalah klien yang baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan Invo Advertising. Graha food merupakan salah satu anak perusahaan dari Graha Company yang memiliki usaha di berbagai sektor, salah satunya adalah Graha Food yang memasarkan berbagai produk olahan susu.

"Gue dengar sih direktur pemasaran nya datang langsung. Kenapa memangnya, Bel?" Denis menanggapi.

"Katanya temen gue yang kerja di sana, Direkturnya itu masih muda. baru 32 tahun katanya dan gosipnya sih ganteng." Suaranya terdengar antusias ketika membahas hal tersebut.

Menurut Riri, Bella cukup mirip dengan Andien ketika membahas tentang laki-laki tampan.

"Terus kenapa kalau gitu?" Indra menanggapi.

Ting

Suara lift yang menghentikan pembicaraan tersebut.

Mereka keluar dari lift dan berjalan menuju warung gado-gado yang berada di depan gedung tersebut.

Setelah memesan makanannya masing-masing Bella melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus tadi.

"Siapa yang tahu? Bisa aja dia jodoh gue kan? Pas banget umurnya cuman beda enam tahun sama gue. "

Bella memang yang termuda di tim mereka, dia baru berusia 26 tahun.

"Laki-laki mapan terus ganteng di umur segitu emang ada yang masih single?" Pertanyaan dari sinta kemudian terdengar.

"Gue nggak mungkin bahas dia kalau dia nggak single. Pembicaraan tentang laki-laki yang sudah menikah karena nggak ada gunanya."

"Terus kalau single emang dia bakal ngelirik Lo? Dengan kualifikasi segitu, pasarannya udah bukan budak korporat kayak kita" Denis berkata sambil terus melahap gado-gadonya.

"Jodoh nggak ada yang tahu ya. Maybe I'll be cinderella and he's my prince charming." Bella mengucapkannya sambil tersenyum dengan nada bercanda.

Sudah Riri bilang kan, Bahwa Bella itu mirip dengan Andin, yang suka kalap kalau melihat laki-laki tampan.

"Menurut mbak Riri gimana?" Bella akhirnya mengalihkan perhatian nya kepada Riri yang asik makan dan hanya mendengarkan saja dari tadi.

"Menurut gue kita harus siap-siap untuk besok. Umur segitu dia udah jadi Direktur. Pastinya dia orang yang sangat perfeksionis."

Perkataan itu disampaikan Riri dengan nada santai, namun membuat Bella langsung cemberut. Mereka menyadari bahwa mereka akan sibuk.

Bekas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang