Bab 20

28.1K 2.5K 59
                                    

Happy Reading!!!!

Riri mengusap perutnya dengan senang, kandungannya sudah memasuki Minggu ke-35, sebentar lagi dia akan bertemu dengan bayinya.

"Kamu senang kan bentar kita lagi bertemu? Tapi Mama jauh lebih senang." Ucap Riri pada bayi dalam kandungannya. Sejak mengandung bayinya Riri memang sudah ingin dipanggil Mama. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk bertemu bayinya dan mendengar panggilan dari anaknya. Riri dan Bayu bahkan sudah mengisi penuh kamar untuknya. Berbagai buku tentang mengasuh anak juga sudah dibacanya. Mereka sangat menantikan kehadirannya.

Suara mobil memasuki pekarangan rumah. Suaminya sudah pulang. Beberapa saat kemudian langkah kaki itu mendekatinya dengan cepat. Diletakkannya beberapa buku mengasuh anak di meja depannya.

Bayu mengecup kening Riri, lalu kemudian menunduk untuk berbicara dengan bayinya.

"Hei, Kamu sehat kan? Kangen papa nggak? Mulai besok papa bakal nemanin kamu seharian di rumah. Kamu senang kan?" Bayu mengecup lembut perutnya, rona bahagia terlihat jelas di wajahnya. Bayu juga sangat suka berbincang dengan bayinya hampir setiap saat dia akan mengajak bayinya berbicara.

"Beli buku lagi?" Ucap Riri pada Bayu.

"Iya, kali ini aku beli buku tentang cara menidurkan bayi." Jawab Bayu dengan antusias.

Jika ada yang membaca buku kehamilan dan cara merawat anak lebih banyak dibanding Riri, maka itu adalah Bayu. Hampir setiap mereka ke toko buku pandangan Bayu tidak beralih dari buku tentang kehamilan dan mengasuh anak. Selain itu lebih dari separuh isi kamar bayi mereka dibeli oleh Bayu. Bahkan ada barang-barang untuk anak berusia lima tahun ke atas.

"Bukanya udah kebanyakan ya mas?"

"Nggak apa-apa, mas pengen baca. Nanti saat bayi kita lahir kamu bisa tidur nyenyak ketika dia bangun di tengah malam. Biar anak kita nanti mas yang menidurkannya."

"Beneran ya?" Riri mengecek buku lain yang dibeli Bayu. "Terus ini buku MPASI, kan buat anak usia 6 bulan?" Heran Riri.

Cengiran muncul dari bibir Bayu, "Persiapan saja." Ucapnya santai.

Riri tahu Bayu sangat mencintai anak mereka. Bayu bahkan hampir tidak pernah lembur lagi selama kehamilan Riri. Banyak pekerjaan yang dibawa Bayu pulang ke rumah. Walaupun Bayu masih sering menerima pesan dan telepon dari Cindy dibelakangnya, Bayu tidak pernah mengabaikan Bayinya lagi. Hanya sekali saat Riri melihat Bayu di rumah sakit bersama Cindy.

Hal itu membuatnya yakin bahwa Bayu akan lebih memilih Bayi mereka di banding Cindy dan bayinya. Tidak apa-apa kalau bukan Riri yang dipertahankan oleh Bayu. Sakit yang dirasanya tidak akan dirasakan oleh bayinya. Dia akan selalu menjadi prioritas Bayu dan Riri. Mungkin nanti Riri akan berani menanyakan pilihan Bayu.

Dan itu pasti setelah dia yakin Bayu akan memilih Riri dan Bayinya.

*****

Ruangan yang bisanya sepi itu sekarang penuh dengan kebisingan.

"Lo pindah kesini cuma bawa badan ya? gila aja isi kulkas lo cuman air putih. Nggak ada makanan, Setidaknya buat tamu kayak kami." Gerutu Bimo yang sedang melihat isi kulkas di apartemen Bayu.

"Pesan saja. Atau nggak Lo pergi sekarang. Cari makan di tempat lain" Jawab Bayu datar. Malas mendengar gerutuan dari tamu tidak diundang tersebut.

"Gue udah pesan," Sahut Rian. "Lo habis dari jogja? Gue ke kantor lo kemarin." Tanya Rian.

"Hm." Jawab Bayu yang mengambil sebuah rokok lagi.

"Mau cepat mati Lo?! Udah berapa bungkus hari ini?" Omel Rian.

Bekas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang