Bab 13

27.5K 2.2K 15
                                    

Selamat Membaca!!!

Sejujurnya peluang teman kantornya untuk dapat bertemu Bayu di apartemennya cukup kecil. Selain karena Riri tidak pernah mengajak mereka berkunjung, seharusnya mereka juga tidak punya alasan untuk berkunjung. Tapi semua peluang itu ternyata tidak begitu penting dihadapan dirinya. Apa Riri pernah bilang? Dia sangat tidak beruntung, sepertinya kesialan selalu mengikuti setiap langkahnya.

Riri menatap Bayu dan teman kantornya, berusaha memikirkan berbagai alasan untuk menjelaskan situasi ini. Tidak sepertinya yang butuh waktu lama untuk berpikir. Bayu sudah bersikap santai dan melangkah mendekati mereka tanpa memperdulikan reaksi orang lain.

Bayu berdehem pelan menyadarkan teman kantor Riri, karena mereka masih sibuk mengamatinya.

Indra menjadi orang pertama sadar dari keterkejutannya. "Selamat sore pak Bayu, Kebetulan sekali bertemu disini, apakah Pak Bayu juga punya kenalan disini?" Indra menyapa dengan ramah.

"Saya tinggal di sini." Dia membalas singkat menunjuk apartemen di sebelah unit milik Riri.

Keempat orang tersebut heran, "Pak Bayu tetangganya Riri?" Mereka tidak menduga hal itu.

"Iya. Saya baru saja pindah."

Teman kantornya tersebut menatap Riri sepeti meminta kepastian. Riri tidak tahan lagi dengan situasi canggung ini, "Iya. Pak Bayu tetangga gue, sekarang kalian masuk aja dulu, kalian menghalangi pak Bayu yang mau pergi. Iya kan, Pak Bayu?" Riri berharap Bayu akan koperatif saat ini.

Bayu hanya menatap Riri, tidak menjawabnya sama sekali, "Kalian sedang apa di sini?" Tanya Bayu pada teman kantor Riri.

"Hari ini Riri cuti karena sakit Pak, jadi kami datang menjenguk." Ucap Denis.

Sudut mulut Bayu sedikit naik, "Sepertinya tidak sopan jika saya pergi begitu saja. Tidak mungkin saya mengabaikan begitu saja tetangga saya yang sakit."

"Saya tidak masalah pak Bayu" Ucap Riri.

"Saya yang bermasalah."

"Bukannya pak Bayu tadinya ingin pergi ke luar, saya tidak enak menggangu pak Bayu." Riri berharap Bayu mengerti maksud Riri.

Bayu menatap Riri sambil menaikan sebelah alisnya. Dia sebenarnya masih ingin ikut mengganggu Riri. Tapi Bayu sangat mengenal Riri, jika dia tetap ngotot sekarang Riri pasti akan benar-benar marah

"Iya, Saya sudah punya janji."

*****

"Gila! Pak Bayu beneran tetangga, lo?"
Pintu apartemennya baru saja tertutup ketika Indra mengatakan hal tersebut, sepertinya dia benar-benar sudah menahan dirinya dari tadi.

"Iya, dia baru aja pindah. Duduk dulu aja, gue ambil minum."

"Nggak perlu Ri, kita datang buat jenguk lo, masa minta minum sama orang sakit."

"It's ok. Now i'm felling better. Duduk saja."

Mereka akhirnya duduk di sofa ruang tengah apartemennya. Mereka masih berbincang karena ruang tengah dan dapur itu tidak berada di ruang terpisah.

"Ini baru pertama kalinya gue ke apartemennya Riri. Kayaknya gue harus ngeluarin setengah dari gue deh buat cicilannya." Ucap Bella yang sekarang masih tinggal dengan orang tuanya.

Indra mengangguk, "Gue juga butuh cukup lama baru kebeli apartemennya gue yang sekarang." 

"Kayaknya apartemen ini nggak sesuai sama pak Bayu deh." Ucap Sinta.

Riri meletakan jus jeruk di hadapan mereka mereka. "Maksud Lo apartemen gue jelek gitu?" Berusaha bercanda walaupun dia cemas ketika membahas alasan Bayu tinggal di sebelah unitnya.

Bekas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang