Bab 4

37.3K 3K 26
                                    

Selamat membaca!! Jangan Lupa Vote dan koment Dulu , Ya!!

Bayu menatap dengan fokus pada wanita yang sedang berbicara di depannya, suara wanita itu terdengar percaya diri, bahkan gestur tubuhnya memperlihatkan betapa dia sangat berdedikasi pada pekerjaannya. Wanita itu, menjelaskan dengan lancar berbagai rencana yang telah ditampilkannya. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita itu sedetik pun. Mencoba merekam berbagai ekspresi wajah yang baru saja dilihatnya, ini adalah pertama kalinya dia melihat sosok wanita itu ketika dia sedang bekerja.

Wajahnya tidak berubah banyak di banding 3 tahun lalu, masih secantik yang ada diingatannya. Sosok hanya menjadi lebih dewasa. Dia benar-benar merindukan wanita itu.

Meskipun ada orang lain di ruangan itu, dia tidak memperdulikannya sama sekali. Bayu takut bahwa semua ini tidak nyata, mungkin saja dia masih terjebak dalam mimpi dan kemudian terbangun dengan perasaan hampa. Bayu masih ingat bagaimana tatapan wanita itu ketika melihatnya ketika masuk kedalam ruangan, wanita itu masih membencinya.

Riri masih membencinya

Ketika pikiran itu terbersit di kepalanya, kesedihan langsung menghampirinya. Tangannya langsung meremas pena yang digenggamnya untuk menekan rasa perih di ulu hatinya. Riri memang layak membencinya. Namun dia datang bukan untuk menyerah begitu saja.

Ah bukan, dia memang layak dibenci.

*******

"Sekian dari saya, jika ada yang ingin ditanyakan atau ditambahkan bisa langsung kita bahas bersama." Riri menutup presentasinya dan duduk di tempatnya untuk membahas lebih lanjut mengenai keinginan Graha Food.

Riri bersikap seperti biasanya, tidak seperti pertama kali melihat Bayu. Lebih tepatnya, dia berpura-pura tidak ada yang terjadi. Apalagi ketika melihat bayu yang sedang duduk dihadapannya dengan wajah tanpa baik-baik saja.

Hidup Bayu Pramesta baik-baik saja setelah menyakitinya, lalu kenapa Riri harus menunjukan penderitaannya di hadapan laki-laki itu. Tidak mungkin kan laki-laki itu akan mengerti dan dia tidak mau laki-laki itu mengerti.

Dia tidak mau.

Riri tidak boleh terlihat lemah. Dia bukan orang bodoh itu lagi. Jangan sampai hidupnya kembali dipermainkan oleh mereka. Dia tidak mau lagi menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.

*******

Mereka mendiskusikan beberapa bagian yang ingin lebih ditonjolkan oleh Graha Food dan menyesuaikan antara ide dan budget yang disediakan.

"Sepertinya akan lebih baik jika menggunakan model lain, menggunakan anak-anak dalam iklan susu sudah lumrah, saya ingin iklannya tampil berbeda." Bayu menyampaikan keinginannya pada Pak Beni .

"Baik Pak, Setelah kami memperbarui konsep iklannya, kami akan mendiskusikannya kembali dengan Graha Food."

Bayu pun melangkah pergi setelah bersalaman dengan Pak Beni. Ketika sudah sampai di depan pintu, Bayu menolehkan kepalanya sehingga tatapannya bertemu sebentar dengan Riri yang langsung memutus tatapan itu. Gurat kesedihan sempat ditangkap oleh netra Riri, namun berusaha tidak peduli, setelah itu Bayu melanjutkan langkahnya, Dikuti pak beni yang juga kembali ke ruangannya.

"Saya keluar dulu, kita akan diskusikan kembali mengenai konsep iklan setelah makan siang." Ucap Pak Beni

Setelah Bayu dan Pak Beni tidak terlihat lagi, keributan langsung memenuhi ruangan itu.

"Gila!! Ganteng banget!" Bella langsung berucap dengan antusiasnya

"Gue setuju!" Sinta langsung setuju, " bukan cuman ganteng, auranya berkharisma banget. Kalau nggak ingat Rio, Gue udah naksir kali ya." Sinta berkata dengan kagum, wajahnya terlihat terpesona.

Bekas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang