✿. 02

162 36 5
                                    

"Kemana kita akan pergi?"

Hugo berhenti melangkah, berbalik badan melihat gadis yang berjalan dibelakangnya. "Ikuti saja, ini akan sangat menyenangkan."

Senyuman lebar yang terlihat bahagia itu membuat Nola malah semakin kebingungan, entah kemana lelaki itu akan membawanya tapi Nola juga penasaran. Melihat ke sekitar, semuanya tampak asing bagi Nola. Mungkin ada ribuan pepohonan yang menjulang tinggi ke atas, akar-akar besar menjalar keluar dari tanah. Itu membuat Nola sedikit kesulitan untuk mengambil langkah, harus sangat berhati-hati.

Lama-kelamaan, gadis itu mulai kehabisan tenaga karena terus berlarian tanpa henti, mengikuti Hugo di depannya yang sama sekali tidak terlihat kelelahan bahkan dengan kedua kakinya yang telanjang.

Bruk!

Tebak siapa yang terjatuh. Ya, sudah pasti Nola. Ia kurang teliti memperhatikan langkah sampai tak sengaja tersandung akar pohon. Gadis itu tersungkur ke depan. Sementara Hugo yang mendengar itu langsung berhenti melangkah dan menghampiri Nola yang masih pada posisi tersungkur nya. Ia enggan bangkit karena kelelahan.

"Hei, kau tak apa?" nada bicaranya terdengar khawatir. Lelaki itu membantu Nola untuk bangun, membawanya duduk ditepi batu besar.

"Lututmu terluka" mendengar itu, Nola langsung beralih menatap ke bawah. Benar, dress putihnya jadi memiliki bercak merah dan darah itu mengalir di kaki kanannya. Tapi yang aneh, Nola tak merasakan apapun. Luka itu tidak sakit sama sekali. Mungkin Nola tidak akan menyadarinya kalau bukan Hugo yang bilang. Ini aneh, bagaimana bisa ia tidak merasakan apapun?

Saat Nola kembali mengangkat kepalanya, ia melihat Hugo yang datang dari arah Barat membawa sesuatu. Kemudian lelaki itu berjongkok dihadapan Nola, berniat untuk mengobati luka yang ada di lutut Nola. Dengan telaten dan hati-hati Hugo membersihkan darah yang mengalir, itu membuat Nola sedikit merasa senang.

"Maaf, aku berlari terlalu cepat, ya?" katanya merasa bersalah.

"Tidak, lagipula itu tidak sakit" jawab Nola. "Apa itu?" tanyanya kemudian, menunjuk ke arah daun hijau yang Hugo tempelkan di lututnya.

"Ini tanaman binahong, dia yang memberikannya padaku" kata Hugo, menunjuk sebuah pohon besar yang berada tak jauh di depan mereka. Disamping pohon itu, terdapat sebuah tumbuhan hijau yang sama persis dengan yang ada di lututnya. Tapi, "Dia" yang dimaksud Hugo itu siapa?

Nola sempat kebingungan, namun saat hendak bersuara untuk bertanya, Hugo terlanjur menariknya untuk menghampiri pohon itu. "Dia itu siapa, Hugo?" ucapnya.

"Temanku. Kau harus berkenalan dengannya."

Dahi Nola berkerut. "Teman?" batinnya.

Sesampainya didepan pohon besar itu, Nola ternganga. Pohon ini ternyata jauh lebih besar dan tinggi dibandingkan pohon-pohon yang lain. Nola sibuk mendongak ke atas, ia sedikit penasaran bagaimana jika dirinya bisa naik ke atas sana.

Sementara Hugo malah berjongkok. Menyadari itu, pandangan Nola bergulir. Kini ia melihat sebuah pintu kecil yang berada diantara akar pohon besar itu. Ia terkejut. Bagaimana tidak? Saat Hugo mengetuk pintu kecil itu, tiba-tiba saja keluar sosok kecil yang lebih kecil dari pintu itu.

Dia perempuan dan bersayap indah, gaunnya pun begitu cantik. Membuat Nola tak bisa berkata-kata. Ini pertama kalinya ia melihat sosok peri secara langsung. Ternyata jauh lebih kecil dari yang ia bayangkan. Hampir saja Nola tersandung lagi kalau tidak ditahan oleh Hugo. Nola terperanjat saking terkejutnya melihat peri itu mulai mengepakkan sayapnya dan mendekat. Seperti ada glitter yang berjatuhan ketika peri itu terbang, membuat Nola semakin tidak percaya bahwa yang ia lihat saat ini adalah sosok peri asli.

Flowers in My Hair, Asakura JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang